Gokil! Sebulan Terbang 30%, Ini Prospek TPIA Jelang IPO Anak Usaha

3 days ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mulai koreksi setelah terbang lebih dari 30% dalam sebulan mendekati level All Time High (ATH).

Pada perdagangan Senin hari ini (26/5/2025) sampai pukul 13.50 WIB, saham TPIA turun 6% ke posisi Rp9.900 per lembar.

Koreksi hari ini terbilang cukup normal setelah reli kencang selama sebulan lebih dari 30% ke posisi Rp10.550 per lembar pada akhir pekan lalu (23/5/2025).

Level harga TPIA kini semakin mendekati posisi tertinggi sepanjang masa yang pernah dicapai secara intraday pada 7 Agustus 2024 di Rp11.225 per lembar.

Ada beberapa faktor yang membuat pergerakan saham TPIA moncer, mulai dari prospek IPO anak usaha, ekspansi akuisisi bisnis plastik di Singapura melalui JV dengan Glencore, sampai prospek peningkatan kapasitas petrokimia sampai dua kali lipat dari Proyek Chandra Asri 2 (CAP2).

Prospek IPO Anak Usaha TPIA, PT Chandra Daya Investasi

Langkah TPIA membersamai anak usahanya, PT Chandra Daya Investasi untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebentar lagi semakin serius.

Kabarnya,emiten ini akan listing dengan kode saham CDIA, potensial valuasi ditaksir mencapai US$ 1 miliar. Paling cepat IPO bisa berlangsung pada bulan depan.

Dalam prospektus sebelumnya, CDIA diperkirakan akan mengeluarkan saham baru maksimal 12,48 miliar saham, dengan harga penawaran di Rp170 sampai Rp190 per lembar. Sehingga, dana segar yang bisa diraih sebanyak-banyaknya Rp2,73 triliun.

Jika harga atas bisa ditetapkan secara final, CDIA bakal menjadi emiten dengan raihan dana IPO terbanyak setelah emiten properti yang punya hubungan dengan Agusn, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) sebesar Rp2,3 triliun.

CDIA ini merupakan perusahaan investasi yang berfous pada infrastruktur seperti pengembangan kawasan industri, energi, atau infrastruktur untuk mendukung rantai pasok industri petrokimia.

Adapun untuk underwriter, CDIA dikabarkan akan menggandeng enam sekuritas yaitu BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, DBS Vickers Sekuritas Indonesia, Henan Putihrai Sekuritas, OCBC Sekuritas, dan Trimegah Sekuritas Indonesia. Sejauh ini masih bersifat sementara, jadi masih ada peluang untuk tambah lagi.

Prospek JV TPIA & Glencore Akuisisi Aset Chevron Phillips Singapore Chemicals

Hal menarik berikutnya dari TPIA datang dari prospek akuisisi aset Chevron Phillips Singapore Chemicals (CPCS) yang memproduksi Polietilena (PE) adalah jenis resin plastik yang digunakan di industri kemasan, konstruksi, dan medis.

Sejauh ini belum diketahui berapa nilai transaksi dari aksi korporasi ini, tetapi menimbang prospeknya, pabrik di Singapura ini akan memberikan berbagai dampak positif bagi bisnis TPIA secara keseluruhan.

Saat ini pabrik CPSC mengoperasikan fasilitas produksi PE dengan kapasitas 400.000 ton per tahun. Setelah akuisisi selesai, pabrik ini bisa memiliki integrasi vertikal dengan produk TPIA yaitu etilena, terutama setelah proyek Chandra Asri Petrochemical Complex II (CAP2) di Cilegon beroperasi.

Proyek CAP2 diperkirakan akan selesai pada 2027 mendatang, proyek ini bernilai investasi US$ 5 miliar dan potensi menambah kapasitas etilena sampai dua kali lipat, kurang lebih 1,1 juta ton per tahun.

Sebagai informasi, pabrik PE di Singapura ini memiliki bahan utama etilena. Dengan prospek peningkatan kapasitas bahan baku dan integrasi dengan pabrik PE, maka efisiensi bisnis dan operasional diharapkan bisa terjalin lebih optimal, harapannya margin juga bisa meningkat ke depan.

Bagaimana Profitabilitas TPIA?

Sampai periode tiga bulan pertama tahun ini, sayangnya TPIA tercatat masih merugi. Meski begitu, rugi sudah turun signifikan, dari sebelumnya rugi US$ 32,6 juta pada kuartal I/2024, susut 27,7% menjadi rugi US$ 23,6 juta.

Penurunan kerugian ditopang oleh pendapatan yang naik. Top line tercatat US$ 622,1 juta, melonjak 31,8% secara tahunan (yoy), ditopang segmen bisnis kimia yang naik pesar 32,5% yoy menjadi US$ 592,6 juta dan segmen infrastruktur naik 19,4% jadi US$ 29,5 juta,

Sementara itu, jika ditarik dari tahun ke tahun sejak kuartal I 2020 sampai kuartal I 2025, TPIA lebih banyak merugi dibandingkan untung. Secara total, retained loss atau kerugian yang terakumulasi dari periode itu masih mencapai lebih dari Rp300 miliar.

Dari kondisi TPIA yang merugi kami menilai dalam jangka waktu 1-2 tahun ke depan, belum pasti akan memberikan dividen yang menarik. Meski begitu, mengikuti momentum teknikal selama tren masih naik juga masih cukup menarik diperhatikan.

Adapun untuk risiko TPIA yang perlu investor perhatikan terkait bisnisnya adalah memonitor kembali seberapa besar nilai akuisisi dari aset CPCS yang belum diketahui. Akan lebih baik jika akuisisi pembiayaan berasal dari kas perusahaan supaya tidak membebani neraca, meski begitu aksi korpotasi itu setidaknya dibeli melalui JV, jadi ditanggung bersama Glensor.


CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research