Jakarta,CNBC Indonesia - Di tengah sorotan politik nasional yang makin dinamis, Sosok Dr. Hj. Anggia Erma Rini, M.K.M. tampil sebagai figur perempuan yang konsisten membangun narasi kepemimpinan berbasis pengetahuan dan akar gerakan sosial.
Anggia adalah sedikit dari perempuan yang mampu menjadi pentolan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sebagai catatan, terdapat 127 perempuan yang mengisi kursi parlemen dari total 580 anggota DPR 2024-2029.
Keterwakilan perempuan DPR RI periode 2024-2029 meningkat sebanyak 22,1% dan menjadi yang tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Pada Pemilu 1999, presentase anggota DPR perempuan hanya 8,2%. Lalu di Pemilu 2004 ada di angka 11,5%.
Kendati keterwakilan dan jumlah perempuan yang lolos ke DPR terus meningkat tetapi masih sedikit yang bisa naik ke tampu pimpinan tinggi.
Hanya ada satu perempuan dari lima pimpinan DPR. Dari 65 orang pimpinan di 13 komisi di DPR, hanya ada 15 perempuan yang menjabat. Salah satunya adalah Anggia.
Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) asal Sragen ini kini menjabat sebagai Ketua Komisi VI DPR RI Fraksi PKB periode 2024-2029, setelah sebelumnya menjadi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI. Namun, kiprahnya jauh melampaui sekadar peran struktural di parlemen.
Karier Anggia dibangun dari bawah, dimulai dari gerakan perempuan muda Nahdlatul Ulama (NU) lewat Fatayat NU, tempat ia pertama kali aktif di bidang advokasi pada 2005. Ia kemudian dipercaya memimpin organisasi tersebut sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Fatayat NU periode 2015-2020, sebuah tonggak penting yang memperkuat jejaring kepemimpinannya di akar rumput dan sektor kebijakan perempuan.
Perjalanan politiknya menguat lewat peran strategis sebagai Staf Khusus Menteri Pemuda dan Olah raga di era Presiden Jokowi (2017-2019), khususnya di bidang komunikasi dan kemitraan.
Foto: Ketua Komisi VI DPR, Anggia Erma Rini. (Tangkapan layar youtube TV Parlemen)
Ketua Komisi VI DPR, Anggia Erma Rini. (Tangkapan layar youtube TV Parlemen)
Di jalur politik formal, Anggia pernah menjabat Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Sumatera Barat (2020-2023), lalu naik menjadi Wakil Sekjen DPP PKB, dan kini memegang peran ganda sebagai Ketua Komisi VI DPR RI dan Sekretaris Fraksi PKB di Senayan.
Komisi VI merupakan jantung pengawasan atas sektor BUMN, industri, perdagangan, dan investasi wilayah yang menuntut ketajaman ekonomi politik sekaligus sensitivitas sosial. Di sinilah, Anggia menjadi salah satu dari sedikit perempuan yang tak hanya hadir, tetapi memimpin.
Landasan akademik menjadi fondasi kuat peran publiknya. Anggia adalah lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Negeri Malang, Magister Kesehatan Masyarakat dari Universitas Indonesia, dan Doktor Ilmu Administrasi Publik dari Universitas Padjadjaran (2023). Kombinasi antara keilmuan pendidikan, kesehatan publik, dan administrasi pemerintahan memperkuat perspektif lintas sektor yang ia bawa ke parlemen.
Tak hanya aktif di panggung nasional, Anggia juga vokal di isu pemberdayaan perempuan, pembangunan desa, hingga transformasi layanan publik berbasis komunitas. Pengalamannya mengelola program di akar rumput selama enam tahun sebagai Program Manager memperkuat pemahamannya atas kebutuhan kebijakan yang responsif dan berbasis realita lapangan bukan hanya angka statistik.
Anggia juga dikenal sebagai figur pemimpin yang menjembatani dunia aktivisme, birokrasi, dan politik elektoral tanpa kehilangan akar etik dan empati sosial. Gaya komunikasinya yang tenang, juga tegas, menjadikan dirinya tokoh perempuan yang dihormati lintas fraksi dan kementerian.
Di tengah tantangan peran ganda perempuan di ruang publik, Anggia berhasil mengelola amanah politik sambil tetap hadir sebagai ibu dari empat anak.
Anggia Ermarini menyebut perempuan dalam dunia pekerja perlu membawa perubahan. Perubahan ini bisa berupa karakter dan gaya hidup yang lebih baik. Menurut dia perubahan ini nantinya akan membentuk generasi yang lebih berkualitas.
a
"Itu yang dilakukan perempuan dan itu sudah dilakukan perempuan Indonesia," ungkap dia dalam Top Women Fest CNBC Indonesia 2025, Sabtu (24/5/2025).
Dia memaparkan pekerjaan bagi perempuan bukan perkara mengejar target dan jabatan, seperti kedua komisi, direktur, atau manager. Namun, untuk membawa dampak yang lebih besar, termasuk dalam pembuatan keputusan untuk keperluan yang lebih luas di masyarakat.
"Sehingga diniatkan untuk bisa memberikan kemaslahatan yang lebih kuat kepada orang lain," tegas Anggia.
Dalam hal ini kata dia perempuan Indonesia telah menunjukkan kapasitasnya, termasuk menghadapi krisis di era teknologi, bahkan di tingkat dunia.
"Perempuan punya peran yang sangat strategis mulai dari gelombang digitalisasi dan disrupsi. Di Indonesia perempuan hadir bahkan sebagai penggerak UMKM, sebagai inovator dan penyokong ekonomi keluarga," terang dia.
"Perempuan punya andil tak kalah penting. Mereka bukan hanya bertahan tetapi menciptakan peluang, membuka lapangan kerja, serta menjaga keberlanjutan. Itu perempuan," pungkas dia.
Dalam lanskap politik yang masih didominasi laki-laki, Dr. Anggia Erma Rini hadir sebagai bukti bahwa kepemimpinan perempuan bukan representasi simbolik, mencerminkan kapabilitas, konsistensi, dan keberanian menyusun arah kebijakan. Maka tak berlebihan jika namanya masuk dalam nominasi Inspiring Woman Leader Award in the House of Representative sebuah pengakuan atas dedikasi panjang dalam membentuk parlemen yang lebih inklusif dan berdampak.
CNBC Indonesia Research
(emb/emb)