Zulhas-KKP-Bos Pupuk dan Susu Bendera Buka-bukaan Soal Swasembada Pangan

1 week ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan swasembada pangan sebagai bagian dari strategi ketahanan nasional. Namun, tantangan seperti perubahan iklim dan infrastruktur pertanian yang belum optimal masih menjadi hambatan utama.

Indonesia kini menyiapkan sejumlah strategi mencapai ketahanan pangan dengan berbagai cara.

Sebagai bagian dari dukungan terhadap inisiatif ini, CNBC Indonesia menggelar Food Summit 2025 dengan tema "Pangan Berdaulat, Indonesia Semakin Kuat". Acara ini menjadi forum strategis untuk membahas langkah-langkah konkret dalam mencapai swasembada pangan, sekaligus merumuskan solusi atas tantangan yang dihadapi.

Dalam acara ini, CNBC Indonesia menghadirkan Menteri Koordinator Bidang Pangan-Zulkifli Hasan (Zulhas) sebagai keynote speaker. Selain itu hadir pula, MWakil Menteri Kelautan dan Perikanan Didit Herdiawan Ashaf, Corporate Affairs Director PT Frisan Flag Indonesia, Andrew F. Saputro,  Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, Direktur Utama PT Garam, Abraham Mose, dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prastyo Adi.

Berikut beberapa poin dari pembicara dalam acara Food Summit 2025:

Zulkifli Hasan (Menteri Koordinator Bidang Pangan-Zulkifli Hasan (Zulhas))

1. Situasi Pangan dan Tantangan Swasembada

  • Indonesia sebagai negara besar dengan populasi hampir 300 juta jiwa, menjadikan pangan sebagai kebutuhan vital.

  • Pengalaman di Qatar menunjukkan bahwa negara dengan kondisi geografis ekstrem pun bisa mandiri dalam pangan (misalnya, produksi susu di gurun).

  • Swasembada pangan adalah prioritas utama pemerintahan Prabowo, tetapi mencapainya tidak mudah.

  • Infrastruktur pangan masih mengandalkan peninggalan era Soeharto, sementara yang baru belum banyak dibangun.

  • Perubahan lahan sawah menjadi kawasan industri dan pemukiman memperparah kondisi, terutama di Jawa yang sudah overcapacity.

2. Optimalisasi Produksi dan Infrastruktur

  • Indonesia memiliki 7,4 juta hektar sawah, dengan rata-rata panen hanya 1,4 kali per tahun.

  • Penyebab produktivitas rendah: masalah irigasi, pupuk, dan obat-obatan yang tidak tersedia tepat waktu.

  • Pemerintah telah menyederhanakan sistem distribusi pupuk agar langsung sampai ke petani sejak Januari.

  • Bulog harus menyerap gabah dengan harga minimal Rp6.500/kg untuk menjaga semangat petani.

  • Hasilnya, produksi beras per April 2025 mencapai 13,5 juta ton, tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

  • Jika Bulog bisa menyerap 1,5 juta ton beras, Indonesia tidak perlu impor hingga akhir 2026.

3. Stabilitas Harga dan Kolaborasi dengan Pengusaha

  • Harga gabah nasional hampir sesuai target Rp6.500/kg.

  • Produksi jagung berlimpah (16 juta ton), tetapi harga belum stabil karena kendala distribusi.

  • Pemerintah bekerja sama dengan pengusaha pakan ternak untuk memastikan penyerapan jagung dengan harga Rp5.500/kg.

  • Impor 500 ribu ton gandum kualitas rendah diusulkan untuk stabilisasi harga pakan ternak.

4. Diversifikasi Pangan dan Ketahanan Gizi

  • Peningkatan produksi protein melalui budidaya ikan (target 20 ribu hektar lahan budidaya).

  • Program impor sapi perah untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri.

  • Faktor lingkungan, seperti kelembaban dan irigasi, harus dikelola agar produksi pangan berkelanjutan.

5. Reformasi Regulasi dan Koordinasi Pemerintah

  • Regulasi pangan masih terlalu rumit: harus melewati banyak kementerian dan lembaga sebelum bisa dieksekusi.

  • Menko Pangan dibentuk untuk mempercepat koordinasi antarinstansi, seperti era Soeharto.

  • Koordinasi pusat-daerah penting, tetapi regulasi sektoral sering menghambat eksekusi kebijakan.

6. Pengelolaan Sampah dan Dampaknya pada Pangan

  • Sampah menjadi masalah besar, perlu solusi berbasis teknologi untuk diubah menjadi energi terbarukan.

  • Proses perizinan yang panjang menghambat investasi pengelolaan sampah, perlu dipersingkat menjadi 2-3 bulan.

  • Kasus di Puncak: alih fungsi lahan konservasi menjadi perumahan merusak ekosistem dan sumber air.

7. Ekosistem Pangan Berkelanjutan dan Kopdes Merah Putih

  • Sektor pangan memiliki potensi ekonomi besar, contohnya kelapa yang kini jadi alternatif susu di Tiongkok.

  • Peran koperasi dalam menyerap hasil pertanian akan diperkuat melalui program Kopdes Merah Putih.

  • Model Koperasi Unit Desa (KUD) era Soeharto akan dihidupkan kembali untuk memotong peran tengkulak.

Rahmad Pribadi (Dirut PT Pupuk Indonesia)

  • Indonesia pernah mencapai swasembada pangan pada 1984, dimulai sejak gerakan pembangunan 1959.

  • Sejak 1982, tidak ada pembangunan infrastruktur pupuk besar, sehingga Pupuk Indonesia akan menginvestasikan Rp116 triliun untuk meningkatkan kapasitas produksi.

  • Pembangunan kawasan industri pupuk baru di Papua, kemudahan aturan penyaluran pupuk, serta pemberian insentif oleh pemerintah.

  • Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan Badan Gizi Nasional, untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pupuk.

Arief Prasetyo Adi (Kepala Badan Pangan Nasional)

  • Ketersediaan pangan lebih penting daripada harga, karena harga tidak ada artinya jika stok tidak tersedia.

  • Diperlukan perencanaan matang dan diversifikasi pangan berbasis lokal, seperti protein dari ikan di Sulawesi.

  • Fokus pada intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan.

  • Produksi kedelai dalam negeri masih jauh dari kebutuhan (2,5 juta ton), sementara impor sebagian besar berasal dari AS dengan GMO.

  • Tantangan utama: lahan, jenis benih, dan regulasi terkait GMO.

  • Harga pangan menjelang Lebaran relatif stabil, termasuk beras, ayam, dan telur. Harga di tingkat petani juga baik.

Budi Sulistiyo (Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, KKP)

  • Indonesia adalah negara maritim dengan 70% wilayah berupa perairan, sehingga pangan akuatik adalah masa depan.

  • Potensi lestari perikanan Indonesia di atas 108 juta ton, tetapi pemanfaatannya belum optimal.

  • Fokus pada keberlanjutan: perluasan kawasan konservasi, modernisasi alat tangkap ramah lingkungan, dan peningkatan hilirisasi perikanan.

  • Ekspor perikanan mencapai 1,4 juta ton, termasuk rumput laut.

  • Setiap daerah memiliki preferensi konsumsi ikan yang berbeda (contoh: lele di Yogya, bandeng di Jabar).

  • Target revitalisasi tambak Pantura 78 ribu hektar, dengan optimasi 22 ribu hektar pada 2025.

  • Produk unggulan ekspor dunia adalah salmon ($32 miliar), tetapi Indonesia bisa fokus pada udang sebagai "champion" sektor bahari.

Andrew F. Saputro (Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia)

  • Industri susu Indonesia pernah hampir swasembada pada 1990-an, tetapi mengalami penurunan sejak 2000-an.

  • Kampanye konsumsi susu (misalnya "4 Sehat 5 Sempurna") perlu dihidupkan kembali.

  • Frisian Flag telah berinvestasi Rp3,8 triliun untuk pabrik baru di Cikarang seluas 25 hektar.

  • Bermitra dengan koperasi sapi perah untuk meningkatkan produksi susu segar dalam negeri.

  • Komitmen investasi jangka panjang untuk swasembada pangan berbasis susu.

  • Harapan terhadap kebijakan yang netral dan bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan.

CNBC Indonesia Research 

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research