Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan ini hanya berlangsung selama dua hari yakni pada Kamis (30/1/2025) dan Jumat (31/1/2025), karena adanya libur panjang dalam rangka Isra Mikraj 1446 H yang jatuh pada Senin lalu dan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili pada Rabu hari ini.
Pada saat libur panjang, para pelaku pasar tidak bisa melakukan perdagangan walaupun ada beragam sentimen dari luar negeri. Sehingga biasanya pada saat pembukaan perdagangan pasar akan mengalami volatilitas yang tinggi, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah.
Adapun berbagai rilis data yang perlu dicermati oleh pelaku pasar saat perdagangan saham libur adalah sebagai berikut.
1. Ramalan Ekonomi Dunia dan Indonesia oleh Bank Dunia
Bank Dunia dalam laporan "Global Economic Prospects" Januari 2025 memproyeksi bahwa ekonomi dunia akan stagnan di 2,7% per tahun selama periode 2025 dan 2026.
Bank Dunia mengungkapkan ekonomi dunia tampaknya bergerak menuju tingkat pertumbuhan rendah yang tidak cukup untuk mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Hal ini diperburuk oleh sejumlah tantangan, seperti meningkatnya ketidakpastian kebijakan, perubahan negatif dalam kebijakan perdagangan, ketegangan geopolitik, inflasi yang terus-menerus, dan bencana alam terkait perubahan iklim.
Menurut Bank Dunia, negara-negara berkembang dan ekonomi pasar baru (EMDEs)-yang menyumbang 60% dari pertumbuhan global, diproyeksikan memasuki 2025 dengan pendapatan per kapita yang tumbuh jauh lebih lambat dibandingkan sebelumnya dalam mendekati standar hidup negara maju.
Tanpa perubahan signifikan dalam kebijakan, sebagian besar negara berpenghasilan rendah diperkirakan tidak akan mencapai status berpenghasilan menengah pada pertengahan abad ini.
Kondisi tersebut membuat Bank Dunia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di 5,1% pada 2025 dan 2026. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih cepat dari perkiraan 2024 yakni 5,0%.
2. Pengumuman Suku Bunga The Fed
Pada Rabu siang waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya. Hal ini tentunya dinanti-nanti oleh pelaku pasar, mengingat ada potensi bahwa laju pemangkasan suku bunga akan cenderung lebih lambat dari akhir tahun lalu.
Pengumuman Teh Fed sendiri dapat memengaruhi pergerakan pasar keuangan, termasuk pasar saham Indonesia. Pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan minggu ini.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, para pelaku pasar melihat peluang The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25% - 4,5% sebesar 99,5% pada pertemuan minggu ini.
Para pelaku pasar sendiri melihat peluang The Fed untuk memangkas suku bunga pada tahun ini hanya terjadi sekali yakni pada pertemuan Juni sebesar 25 basis poin menjadi 4,00% - 4,25%.
3. Kejatuhan Saham-Saham Teknologi di AS Akibat DeepSeek
Pada Senin lalu, pasar dihebohkan oleh jatuhnya beberapa saham teknologi di AS. Penyebabnya adalah platform chatbot asal China yakni DeepSeek yang secara mengejutkan membuat warga di AS memberikan review terbaiknya di Apps Store Apple.
DeepSeek berhasil menyalip saingannya yakni ChatGPT, sebagai aplikasi gratis berperingkat teratas yang tersedia di App Store Apple di AS.
Mengutip Reuters, DeepSeek didukung oleh model DeepSeek-V3, yang menurut para kreatornya "memimpin papan peringkat di antara model open source dan menyaingi model sumber tertutup tercanggih secara global."
Hal ini menjadi bukti bahwa DeepSeek telah mendobrak kesan di Silicon Valley, mematahkan pandangan umum tentang keunggulan AS dalam AI dan efektivitas kontrol ekspor Washington yang menargetkan chip canggih dan kemampuan AI China.
Bursa saham AS, Wall Street sempat ditutup ambruk pada perdagangan Senin lalu atau pasca viralnya DeepSeek yang berhasil mengalahkan ChatGPT dalam review aplikasi gratis terbaik di App Store Apple AS.
Indeks Nasdaq Composite, yang sarat akan teknologi dan indeks di mana tempat bernaungnya saham-saham teknologi AS, ditutup
Namun di perdagangan Selasa kemarin, Wall Street berhasil rebound setelah sempat merana. Nasdaq pun ditutup melonjak 2,03% ke 19.733,59.
Penurunan tajam Wall Street, terutama Nasdaq pada perdagangan Senin lalu disebabkan oleh dorongan AI China yang mengguncang saham-saham Big Tech AS.
Saham "Magnificient 7" atau saham-saham teknologi mega cap di AS pun secara mayoritas ambruk, muladi dari Nvidia, Microsoft ambles 2,14%, Alphabet (Google), dan Tesla.
Namun, saham Meta Platforms (Facebook) dan saham Apple tak terlalu terpengaruh dari kabar heboh tersebut. Saham Meta Platforms dan Apple masih mampu melesat di perdagangan Senin lalu.
Kemudian pada Selasa kemarin, saham teknologi AS berhasil bangkit, terutama Nvidia, Microsoft, Alphabet, dan Tesla. Sedangkan Meta Platforms dan Apple melanjutkan penguatannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)