Rekor Lagi, Rekor Lagi! Harga Emas Terbang ke Langit ke-7

1 week ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiada bosan harga emas terus menerus mencetak rekor tertinggi baru. Harga emas kembali melonjak di tengah ketegangan baru geopolitik di Timur Tengah. Harga emas juga ditopang keputusan The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) mempertahankan suku bunga dan mengisyaratkan dua kali pemangkasan pada 2025.

Pada perdagangan Rabu (19/3/2025), harga emas dunia di pasar spot menguat 0,44% di level US$3.047,18 per troy ons. Harga penutupan tersebut menjadi harga tertinggi sepanjang masa perdagangan emas dan menjadi kenaikan tiga hari beruntun.

Harga sang logam mulia sudah menguat selama tiga hari beruntun dengan penguatan mencapai 2,1%.

Pada perdagangan hari ini Kamis (20/3/2025) hingga pukul 06.21 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,09% di posisi US$3.050,02 per troy ons.

Harga emas melonjak ke rekor tertinggi pada perdagangan Rabu, menyusul pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell dan karena The Fed mempertahankan suku bunga tetap seperti yang diantisipasi, tetapi mengisyaratkan kemungkinan memangkas suku bunga hingga  50 bps hingga akhir tahun ini.

"Harga emas naik ke rekor tertinggi lainnya setelah penampilan yang benar-benar luar biasa oleh Ketua Powell, karena saham dan obligasi juga naik," ujar Tai Wong, pedagang logam independen.

"Emas sedang dalam pasar bullish setelah melonjak tajam di atas US$3000 per troy ons dan akan terus bergerak naik karena ketidakpastian yang 'meningkat' dan ketakutan akan inflasi yang lebih tinggi. Pasar berpikir, beli emas apa pun yang terjadi," tambahnya.

The Fed mempertahankan suku bunga kebijakannya antara 4,25% dan 4,50%. Para pejabat menyesuaikan prospek inflasi mereka ke atas untuk tahun ini, sementara secara bersamaan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi, menyusul penerapan tarif oleh pemerintahan Trump.

Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa inflasi kemungkinan akan naik karena tarif dari pemerintahan Trump. Dia juga mengingatkan soal potensi resesi AS ke depan.

Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 25%, efektif minggu lalu, dan mengatakan ia bermaksud agar tarif timbal balik dan sektoral baru mulai berlaku pada tanggal 2 April.

Emas, yang secara tradisional dipandang sebagai investasi safe haven selama masa inflasi atau volatilitas ekonomi, telah naik lebih dari 15% sepanjang tahun ini.

Pelaku pasar melihat peluang 66% bahwa The Fed akan melanjutkan pemangkasan suku bunga pada pertemuan Juni, naik dari  proyeksi sebelumnya 57% sebelum keputusan tersebut. Emas menjadi lebih menarik ketika suku bunga rendah, karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Di bidang geopolitik, Rusia dan Ukraina saling menuduh telah melanggar perjanjian baru untuk menahan diri dari serangan terhadap target energi hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump berbicara melalui telepon dengan Vladimir Putin dari Rusia.

Ketegangan politik lain juga menopang emas yakni dari Timur Tengah. 

Serangan udara Israel di Gaza menewaskan lebih dari 400 orang, dengan Israel memperingatkan bahwa serangan tersebut "baru permulaan."

"Saat ini, tampaknya tidak ada hambatan bagi emas untuk terus naik, dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, risiko ekonomi global yang meningkat, dan ketidakpastian tarif yang semakin mendorong daya tarik emas sebagai aset safe-haven," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG, kepada Reuters.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Hamas melanggar perjanjian damai dengan menolak membebaskan sandera dan melanjutkan serangan ke Gaza. Hal ini menghidupkan kembali konflik di Timur Tengah, meskipun Amerika Serikat (AS) berupaya mempertahankan gencatan senjata.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research