Ramalan Terbaru Harga Emas di 2025: Sanggupkah Tembus US$ 3.000?

2 days ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas nyaris tak bergerak menjelang Hari Raya Natal tahun ini. Perkembangan di Amerika Serikat (AS) membuat harga sang logam mulia stagnan.

Merujuk Refinitiv, harga emas pada Selasa (24/12/2024) ditutup di posisi US$ 2.613/troy ons. Harga ini hanya menguat 0,01% dari penutupan seelumnya.
Kendati demikian, harga emas kemarin lebih baik dibandingkan Senin di mana harga emas jatuh.

Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse dari OANDA, menjelaskan harga emas relatif tidak bergerak karena saat ini investor lebih melihat prospek ke depan, bukan kepentingan jangka pendek.

Investor tengah memperkirakan bagaimana kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan kebijakan tarif Presiden terpilih Donald Trump memengaruhi arah pergerakan logam pada tahun depan.

"Tren sideway yang ada saat ini tampaknya terutama didorong oleh likuiditas yang rendah," ujar Zain kepada Reuters.

Dia mengingatkan harga emas terbang 27% pada tahun ini, yang merupakan kinerja terbaik sejak 2010.

"Rally serupa bisa terjadi pada 2025, tetapi ini sangat bergantung pada perkembangan geopolitik. Tanpa gangguan geopolitik, proyeksi menunjukkan harga emas sekitar $2.800, yang didorong oleh risiko yang terus-menerus dan kekhawatiran perang dagang." imbuhnya.

Harga emas juga sedikit membaik karena melemahnya dolar dan imbal hasil US Treasury. Indeks dolar AS melemah ke 125,5 pada perdagangan kemarin dari 127,3 pada hari sebelumnya.

Sebaliknya, imbal hasil US Treasury meningkat menjadi 4,5907% pada perdagangan kemarin dari 4,599% pada hari sebelumnya.

Analis memprediksi bahwa rekor tertinggi berturut-turut pada 2024 akan membuka jalan bagi rally serupa pada 2025. Kondisi ini didorong oleh pembelian bank sentral yang berkelanjutan, ketegangan geopolitik yang meningkat, dan pemotongan suku bunga oleh The Fed.

Namun, momentum mulai mereda pada awal November seiring penguatan dolar di tengah "euforia Trump", yang meredam rally emas.

Dengan Trump diperkirakan kembali ke Gedung Putih pada Januari, investor AS bersiap-siap menghadapi perubahan kebijakan signifikan pada 2025, termasuk tarif perdagangan yang lebih tinggi, deregulasi, dan perubahan pajak, yang semuanya dapat berdampak inflasi.

"Jika (tarif) terwujud, ini akan memberi ruang lebih sedikit bagi The Fed untuk terus memangkas suku bunga, dan kami telah melihat pasar sudah mengurangi ekspektasi tersebut untuk 2025," kata Frank Watson, analis Kinesis Money, kepada Reuters.

The Fed agresif memangkas suku bunga pada September, November, dan Desember, mereka telah memberikan sinyal pengurangan yang lebih sedikit pada 2025 karena inflasi yang tetap tinggi.

Analis Pasar Utama Exinity Group, Han Tan menjelaskan emas bisa mencapai $3.000 pada 2025, dengan asumsi pasar tetap pada peran emas sebagai lindung nilai inflasi, terutama jika kebijakan Trump membangkitkan kembali tekanan inflasi AS.

Investor AS bersiap-siap menghadapi serangkaian perubahan pada 2025 dari tarif dan deregulasi hingga kebijakan pajak yang akan merembet ke pasar saat Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari.

"Para investor dan pemilik emas mungkin menikmati tahun cemerlang lainnya jika ketegangan geopolitik global meningkat di bawah Trump 2.0, yang berpotensi mendorong investor ke tempat perlindungan aman yang sudah teruji waktu ini," kata Tan.

Emas dianggap sebagai investasi yang aman selama ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik, tetapi suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang untuk memegang aset yang tidak menghasilkan imbal hasil.

CNBC Indonesia Research
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research