Penasihat Presiden, Pertamina dan DPR Jawab Swasembada Energi Prabowo

1 month ago 21

Jakarta,CNBC Indonesia - Swasembada dan ketahanan energi menjadi salah satu fokus utama pemerintahan Prabowo Subianto. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan kerja sama banyak pihak mulai dari pemerintah, pelaku industri, hingga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Dalam Rangka membahas lebih jauh strategi transisi energi dalam swasembada energi, CNBC Indonesia telah sukses menggelar CNBC Indonesia Special Dialogue: Swasembada Energi dengan tema "Strategi sektor Energi Demi Topang Pertumbuhan Ekonomi 8%", kemarin, Selasa (18/2/2025).

Diskusi menghadirkan pemimpin dan ahli di bidang industri energi, regulator serta para pembuat kebijakan. Di antaranya Purnomo Yusgiantoro yang saat ini menjabat Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi, Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Lucky Yusgiantoro, SVP Technology Innovation PT Pertamina Oki Muraza, Wakil Ketua Komisi XII DPR, Sugeng Suparwoto dan Ketua Komisi XII DPR, Bambang Patijaya

Special Dialogue: Swasembada Energi bertujuan mengeksplorasi strategi dalam mencapai kemandirian energi. Di dalamnya telah dibahas mengenai inisiatif pemerintah dan sektor industri dalam mewujudkan ketahanan energi, mengidentifikasi tantangan dan mencari solusi. 

Berikut merupakan beberapa poin yang menarik dari para pembicara yang hadir dalam acara  CNBC Indonesia Special Dialogue: Swasembada Energi kemarin,

1. Purnomo Yusgiantoro (Penasihat Khusus Presiden Urusan Energi)

Swasembada Energi dalam Asta Cita & Target 8% Pertumbuhan Ekonomi

Purnomo menekankan bahwa swasembada energi merupakan bagian dari Asta Cita, yaitu delapan visi pemerintahan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 8% hingga 2029, dan sektor energi harus berkontribusi besar dalam mencapai target tersebut. "Ketahanan energi menjadi kata kunci dalam mencapai swasembada energi, dengan meningkatkan pasokan energi, memperluas jangkauan energi, dan memastikan pemanfaatan energi bersih," ujarnya.

Strategi Swasembada Energi

Untuk mencapai swasembada energi, ada beberapa langkah utama yang harus dilakukan:

  • Peningkatan pasokan energi: Termasuk eksplorasi dan produksi migas, pengembangan sumber energi baru, serta optimalisasi infrastruktur energi.

  • Diversifikasi energi: Mengembangkan berbagai sumber energi alternatif seperti bioetanol dan panas bumi.

  • Efisiensi energi & subsidi langsung: Subsidi BBM akan terus diarahkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi.

Purnomo juga menyoroti pentingnya proyek strategis seperti Masela, Andaman, dan pipa transmisi Semarang-Dumai yang harus dipercepat realisasinya.

Hilirisasi & Transisi Energi

Hilirisasi menjadi bagian krusial dalam mencapai ketahanan energi. Purnomo menyebut bahwa hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dapat mengurangi impor LPG. "Kalau berhasil, kita bisa mengurangi impor LPG yang selama ini membebani neraca perdagangan kita," ujarnya.

Selain itu, ia menyoroti pentingnya transisi energi dengan tetap memanfaatkan energi fosil secara lebih bersih. Pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) juga diharapkan bisa dipercepat.

2. Lucky Yusgiantoro (Sekretaris SKK Migas)

Meningkatkan Produksi Migas & Tantangan Hulu

Lucky menyoroti bahwa produksi minyak nasional terus menurun secara alami sejak akhir 1980-an dan 1990-an, sehingga menjadi tantangan besar bagi ketahanan energi nasional. Ia menekankan perlunya eksplorasi lebih agresif serta optimalisasi sumur tua. "Kita harus mempercepat proyek, menyetujui rencana pengembangan lebih cepat, dan meningkatkan eksplorasi. Seperti Donald Trump yang bilang 'drill, drill, drill', kita pun harus 'eksplorasi, eksplorasi, eksplorasi'," ujarnya.

Paradigma Baru dalam Sektor Gas

Lucky menjelaskan bahwa ke depan, gas akan memainkan peran lebih besar dibanding minyak. Namun, ada dua tantangan utama:

  1. Lapangan gas di wilayah barat sudah mature, sehingga perlu teknologi enhanced recovery untuk meningkatkan produksi.

  2. Lapangan gas di wilayah timur, seperti Masela dan Andaman, berada di laut dalam, sehingga membutuhkan investasi dan teknologi tinggi. "Gas itu bukan hanya soal eksplorasi, tetapi juga infrastruktur hilirnya yang harus dikembangkan," tegasnya.

Daya Tarik Investasi & Low-Carbon Initiatives

Untuk menarik investasi, pemerintah harus menawarkan insentif fiskal yang menarik serta kepastian hukum. Selain itu, SKK Migas juga menerapkan berbagai inisiatif rendah karbon (low-carbon initiatives) untuk mengurangi emisi CO₂ dalam operasi hulu migas.

3. Sugeng Suparwoto (Wakil Ketua Komisi VII DPR)

Tantangan Kuantitatif & Kualitatif dalam Energi

Sugeng menyoroti bahwa Indonesia menghadapi dua tantangan besar dalam sektor energi:

  • Kuantitatif: Konsumsi listrik per kapita Indonesia masih rendah, hanya sekitar 1.380 kWh per kapita, jauh di bawah negara ASEAN lainnya.

  • Kualitatif: Mayoritas listrik masih bergantung pada batu bara, di mana 67% listrik PLN berasal dari PLTU batu bara.

Untuk mengatasi ini, pemerintah harus mempercepat transisi ke energi terbarukan (EBT) dan mendorong industrialisasi agar konsumsi energi meningkat secara alami.

Regulasi UU Migas & Investasi Energi

Sugeng menekankan bahwa revisi UU Migas menjadi prioritas DPR untuk memberikan kepastian hukum bagi investor. Ia juga mengingatkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%, dibutuhkan investasi energi sekitar Rp2.600 triliun per tahun.

4. Oki Muraza (SVP Technology Innovation Pertamina)

Transformasi Energi & Pengurangan Impor BBM

Oki menekankan bahwa Indonesia masih bergantung pada impor gasoline, dengan 20 juta kiloliter masih harus diimpor setiap tahun. Salah satu solusinya adalah mengembangkan bioetanol dari tebu dan gandum sebagai substitusi bensin. "Kami sudah melakukan studi, dan mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa diterapkan secara luas, terutama di Jawa," katanya.

Inovasi Teknologi & Hilirisasi

  • Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) digunakan untuk meningkatkan produksi migas dari sumur tua.

  • Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari minyak jelantah mulai dikembangkan di Cilacap.

  • Unconventional oil & gas masih butuh infrastruktur dan investasi besar, sehingga perlu dukungan kebijakan yang lebih kuat.

5. Bambang Patijaya (Komisi VII DPR)

Swasembada Energi & Hilirisasi Sebagai Kunci Pertumbuhan Ekonomi

Bambang menekankan bahwa hilirisasi merupakan elemen penting dalam transformasi ekonomi Indonesia. Saat ini, industri hanya menyumbang 14-15% dari PDB, padahal 25 tahun lalu angkanya mencapai 30%. "Kalau kita mau keluar dari middle-income trap, maka kita harus dorong hilirisasi industri energi," tegasnya.

RPPKEN & Target 107 GW Listrik

  • Pemerintah berencana membangun 107 GW listrik dalam 15 tahun ke depan.

  • Sekitar 75% dari kapasitas baru ini akan berasal dari EBT.

  • Hilirisasi sektor energi harus sejalan dengan investasi yang masuk agar pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 8%.

6. Satya Widya Yudha (Anggota Dewan Energi Nasional 2020-2024)

Energi sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

Satya menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi 8% membutuhkan gross output sekitar Rp38.000 triliun di tahun 2029. Untuk mencapainya, konsumsi energi per kapita harus naik dari 0,96 ke 1,01 ton minyak ekuivalen.

Transisi Energi & Peran Nuklir

  • PLTN akan menjadi solusi jangka panjang dalam transisi energi.

  • Batu bara akan tetap digunakan dengan teknologi clean coal untuk mengurangi emisi.

  • Target emisi karbon Indonesia adalah mencapai puncak pada 2035 sebelum mulai menurun.

"Kita tidak bisa menghilangkan energi fosil begitu saja, tetapi kita bisa mendekarbonisasi penggunaannya," tegasnya.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research