Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri akan mempengaruhi pasar keuangan domestik. Pada Senin (9/12/2024), China akan merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK). Konsensus memperkirakan bahwa China akan mengalami inflasi secara tahunan sebesar 0,5% year on year/yoy.
Jika hal tersebut benar terjadi, maka sentimen positif akan terjadi dan memberikan angin segar juga kepada Indonesia karena artinya roda perekonomian China mulai pulih dan Indonesia akan terdampak positif mengingat China merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Pada hari yang sama, Bank Indonesia (BI) akan merilis data Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK). Indeks ini akan merepresentasikan optimisme konsumsi masyarakat di Indonesia. Apabila hasilnya meningkat, maka daya beli dan kepercayaan konsumsi masyarakat dinilai positif namun apabila kembali menurun, maka yang terjadi adalah sebaliknya.
Sebagai informasi, data IKK Oktober 2024 menunjukkan terjadi penurunan angka IKK dari 123,5 menjadi 121,1.
Kemudian esok harinya (10/12/2024), BI kembali akan merilis data penjualan ritel untuk periode Oktober 2024.
Sebelumnya, penjualan ritel di Indonesia tumbuh sebesar 4,8% secara tahunan pada September 2024, melambat dibandingkan dengan kenaikan 5,8% pada bulan sebelumnya. Ini menandai bulan kelima berturut-turut adanya peningkatan dalam omset ritel, dengan penjualan terutama meningkat untuk makanan (6,9% vs 8,0% pada Agustus), bahan bakar (8,1% vs 4,3%), pakaian (0,5% vs 2,7%), dan suku cadang & aksesori otomotif (3,5% vs 1,4%).
Sementara itu, penjualan mengalami penurunan dengan laju yang lebih cepat untuk barang-barang budaya & rekreasi (-3,1% vs -0,2%), informasi & komunikasi (-12,1% vs -9,8%), dan peralatan rumah tangga (-7,0% vs -5,7%). Untuk bulan Oktober, diperkirakan penjualan ritel akan naik 1,0%. Secara bulanan, penjualan ritel turun 2,5% pada September, berbalik dari kenaikan 1,7% pada Agustus.
Selanjutnya pada 11 Desember 2024, AS akan merilis data IHK dan IHK inti baik secara bulanan maupun tahunan.
Hingga saat ini, IHK secara tahunan diperkirakan akan mengalami peningkatan dari 2,6% yoy pada Oktober menjadi 2,7% yoy pada November 2024.
Jika hal ini benar terjadi, maka probabilitas bank sentral AS (The Fed) dalam menurunkan suku bunganya di bulan ini akan semakin kecil mengingat angka inflasi yang terus meningkat.
Kemudian pada Kamis (12/12/2024), Departemen Tenaga Kerja AS akan merilis angka klaim pengangguran (awal dan lanjutan).
Sampai saat ini, konsensus memperkirakan angka klaim pengangguran awal tidak akan jauh berbeda dibandingkan periode sebelumnya.
Untuk diketahui, klaim pengangguran awal di AS naik menjadi 224.000 untuk minggu yang berakhir pada 30 November, dari 213.000 pada minggu sebelumnya, melebihi ekspektasi pasar yang sebesar 215.000 dan mencatatkan angka tertinggi dalam enam minggu.
Meskipun ada kenaikan ini, hasil tersebut masih mendukung pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap berada pada level yang kuat secara historis meskipun ada siklus pengetatan agresif oleh Federal Reserve dalam beberapa kuartal terakhir, memberikan ruang bagi bank sentral untuk memperlambat laju pelonggaran moneter jika inflasi tetap tinggi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)