Lawan Krisis dan Trump, China Keluarkan "Senjata" Baru Senilai Rp6.600 T

3 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China sepakat untuk menerbitkan surat utang khusus senilai CNY 3 triliun atau setara dengan US$ 411 miliar atau skeitar Rp 6.653 triliun (US$1=Rp 16185).

Surat utang atau obligasi bernilai raksasa tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang masa. Jumlah tersebut mencapai tiga kali lipat dari penerbitan terakhir pada 2020 (CNY 1 triliun).

Penerbitan dalam jumlah jumbo merupakan upaya Presiden Xi Jinping dalam membangkitkan kembali ekonomi sang naga di tengah banyaknya ancaman tahun depan. Salah satunya dari dampak perang tarif dengan Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump.

Sebagai catatan, dalam sejarah China, pemerintah Beijing hanya menerbitkan surat utang khusus sebanyak tiga kali yakni pada 1998, 2007, dan 2020.
Penerbitan lekat dengan upaya China untuk bangkit dari Krisis, kecuali pada 2007 di mana penerbitan untuk mendirikan China Investment Corporation (CIC), sebuah dana kekayaan negara yang bertujuan untuk mendiversifikasi cadangan devisa China dan berinvestasi di aset global.

Hasil dari penerbitan surat utang 2024 akan difokuskan untuk meningkatkan konsumsi melalui program subsidi, pembaruan peralatan oleh bisnis, dan pembiayaan investasi di sektor-sektor inovatif yang didorong oleh teknologi canggih, di antara inisiatif lainnya, kata sumber-sumber tersebut.

Penerbitan obligasi khusus ini juga menjadi bagian dari rencana China untuk menaikkan defisit anggaran menjadi 4% dari PDB di 2025 dan mengejar pertumbuhan sebesar 5%.

China umumnya tidak menerbitkan obligasi khusus ultra-jangka panjang dalam rencana anggaran tahunan. Instrumen tersebut hanya diterbitkan sebagai kebijakan luar biasa untuk mengumpulkan dana bagi proyek-proyek atau tujuan kebijakan tertentu jika diperlukan.

Dikutip dari Reuters, sekitar CNY1,3 triliun akan dimanfaatkan untuk membiayai dua program besar dan dua program baru.

Inisiatif "baru" terdiri dari program subsidi untuk barang tahan lama, di mana konsumen dapat menukarkan mobil atau peralatan lama mereka dengan yang baru dengan diskon, serta program terpisah yang mensubsidi pembaruan peralatan skala besar untuk bisnis.

Program "besar" merujuk pada proyek yang melaksanakan strategi nasional seperti pembangunan jalur kereta api, bandara, dan lahan pertanian serta membangun kapasitas keamanan di area kunci, menurut dokumen resmi.

Sebagian dana penerbitan yakni sekitar CNY 1 triliun akan digunakan untuk investasi "kekuatan produktif baru" yang merujuk pada manufaktur canggih, seperti kendaraan listrik, robotika, semikonduktor, dan energi hijau.

Hasil yang tersisa akan digunakan untuk merekapitalisasi bank-bank besar milik negara karena bank-bank besar China tengah berjuang dengan margin yang menyusut, laba yang melemah, dan meningkatnya pinjaman bermasalah.

Sejarah Penerbitan Obligasi Khusus

Penerbitan obligasi khusus senilai CNY 3 triliun akan setara dengan 2,4% dari produk domestik bruto (PDB) China di 2023. Secara besaran PDB, jumlah ini memang lebih kecil dibandingkan pada penerbitan 2007 yakni 5,7% dari PDB.
Obligasi pemerintah khusus jangka panjang yang dijual pemerintah kemungkinan akan memiliki berbagai jangka waktu investasi - dengan jatuh tempo setelah 20 tahun, 30 tahun, atau 50 tahun.

Reuters melaporkan minggu lalu, mengutip sumber, bahwa China berencana untuk meningkatkan defisit anggaran menjadi rekor 4% dari PDB tahun depan dan mempertahankan target pertumbuhan ekonomi sekitar 5%.

Ekonomi China mengalami kesulitan tahun ini karena krisis properti yang parah, utang pemerintah daerah yang tinggi, dan permintaan konsumen yang lemah. Ekspor, salah satu sektor yang masih menunjukkan harapan, bisa segera menghadapi tarif AS lebih dari 60% jika Presiden terpilih AS Donald Trump menepati janji kampanyenya.

Perlambatan ekspor membuat China mengandalkan konsumsi dalam negeri. Padahal, langkah ini sulit dilakukan karena ambruknya harga properti serta melemahnya ekonomi Tiongkok.

Ekonomi Sang Naga hanya tumbuh 4,6% (year on year/yoy) pada kuartal III 2024, terendah dalam enam kuartal. Sepanjang 2023, ekonomi China juga hanya 5,2%, jauh di bawah historisnya yang di angka 7-8%.

(mae/mae)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research