IPO Farmasi Medela Potentia MDLA Dijual Murah, Menarik Gak Ya?

1 week ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten di sektor distribusi kesehatan akan kedatangan penghuni baru PT Medela Potentia Tbk (MDLA), yang akan melakukan Intial Public Offering (IPO) dan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Harga penawaran awal berkisar di Rp180 hingga Rp230 per lembar saham yang telah berlangsung pada 11 hingga 17 Maret 2025. Sementara penawaran umum akan berlangsung pada 27 Maret hingga 11 April 2025. Kemudian, penjatahan efek akan jatuh pada 11 April 2025. Dan pendistribusian saham akan dilaksanakan pada 14 April 2025. Perseroan pun akan listing pada 15 April 2025.

Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 35 juta lot dengan persenan total saham sebesar 25%. Perseroan pun akan meraup dana IPO berkisar Rp630 miliar hingga Rp805 miliar. Market cap setara dengan Rp2,52 triliun hingga Rp3,22 triliun.

Penjamin emisi perseroan adalah Mandiri Sekuritas dan Indo Premier Sekuritas. Dan perseroan masuk dalam papan utama.

Lalu bagaimana dengan kinerja perseroan dan prospek bisnis ke depan? Berikut rangkuman dan analisa IPO MDLA.

Penggunaan Dana IPO

a) 86,4% akan disalurkan kepada PT AAM dalam bentuk pinjaman sebesar 70,6% dan setoran modal sebesar 29,4%, dengan alokasi:

- pembayaran seluruh utang pokok yang timbul dari penggunaan fasilitas kredit jangka pendek yang diperoleh dari PT Bank Central Asia ("BCA") pada tanggal jatuh tempo.

- pembelian tanah dan bangunan berikut sarana pelengkap dan utilitas bangunan milik PT Sarana Titan Manunggal ("PT STM") di Kawasan Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, yang saat ini disewa dan digunakan oleh PT AAM sebagai NDC.

- modal kerja pembelian persediaan barang sejalan dengan pertumbuhan segmen usaha distribusi.

b) 10,0% akan disalurkan kepada PT DMM dalam bentuk setoran modal dengan alokasi:

- pembayaran dipercepat atas seluruh utang pokok yang timbul dari penggunaan Fasilitas Kredit Investasi yang diperoleh dari BCA berdasarkan Akta No. 29 tanggal 25 Februari 2022, yang dibuat di hadapan Veronica Sandra Irawaty Purnadi, S.H., Notaris di Kota Administrasi Jakarta Selatan.

- modal kerja, meliputi antara lain pembelian bahan baku dan bahan kemas, serta biaya operasional lainnya.

c) sisanya akan disalurkan kepada PT KITA dalam bentuk setoran modal, yang akan digunakan untuk modal kerja untuk mendukung berbagai inisiatif, termasuk namun tidak terbatas pada kegiatan pemasaran dalam rangka menambah mitra apotek dan mengembangkan GoApotik.

Bisnis

Perseroan menjalankan kegiatan usaha utama sebagai perusahaan induk atas grup usaha yang bergerak di bidang distribusi dan pemasaran atas produk farmasi, produk kesehatan dan alat kesehatan, manufaktur alat kesehatan, serta penyelenggaraan portal web dan/ atau platform digital dengan tujuan komersial melalui Perusahaan Anak.

Medela Potentia melalui PT Anugrah Argon Medica ("PT AAM") yang saat ini telah menjadi salah satu distributor terbesar untuk obat etikal dengan pangsa pasar sebesar 17,5% berdasarkan penjualan obat etikal untuk periode 12 bulan yang berakhir pada 31 Desember 2023, berdasarkan data dari Euromonitor.

Kegiatan usaha Medela Potentia saat ini terbagi dalam empat segmen operasi utama melalui 5 anak usaha:

- Distribusi : perseroan mendistribusikan obat resep dokter, produk kesehatan, dan alat kesehatan di Indonesia dan Kamboja.
- Marketing : perseroan memiliki platform Inmark Healthcare untuk menunjang aktivitas pemasaran dan distribusi obat.
- Manufaktur : perseroan memproduksi alat ksehatan merek Stardec.
- Digital Platform : perseroan memilki e-commerce obat dan alat kesehatan sekaligus telemedicine GoApotik.

Produk yang didistribusikan perseroan:

- Produk Farmasi : dexa, novo nordisk, pfizer, actavis, ferron
- Produk Kesehatan : dexa, little joy, gently, loreal, nestle
- Alat Kesehatan : stardec, johnson-johnson, Medtronic, prajunk, embecta

Kinerja Keuangan

MDLAFoto: MDLA

Melihat dari kinerja keuangan, PT Medela Potentia Tbk (MDLA) berhasil membukukan kenaikan laba bersih per September 2024 sebesar 15,66% menjadi Rp254,17 miliar, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp219,75 miliar.

Kenaikan laba bersih ditopang dari peningkatan penjualan bersih per September 2024 sebesar 11,23% menjadi Rp10,79 triliun, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp9,69 triliun.

MDLAFoto: MDLA

Per September 2024, kontribusi penjualan terbesar perseroan masih berada di produk farmasi dengan kontribusi sebesar 69,2%, disusul produk kesehatan sebesar 19,3% dan alat kesehatan sebesar 11,7%.

Rasio Keuangan

Perseroan menawarkan harga IPO yang dapat dikatakan murah alias undervalued. Dimana Price Book Value (PBV) mencatatkan angka satu hingga di bawah satu. Namun sayangnya, meskipun murah, perseroan hanya membukukan margin sebesar 9,41%. Dari margin tersebut, perseroan mampu mencatatkan laba bersih atau Net Profit Margin (NPM) 2,35%.

Return on Equity (ROE) perseroan cukup baik, sehingga dalam mengelola modal terhadap laba bersih cukup baik. Begitu juga dengan Return on Asset (ROA) perseroan juga berada di angka yang baik, sehingga dalam mengelola aset terhadap laba bersih cukup baik.

Namun sayangnya, Debt to Equity (DER) perseroan berada di angka yang cukup buruk berada di atas 100%. Dalam hal ini total hutang perseroan lebih besar dibandingkan total modalnya. Sehingga dalam membayar kewajiban terhadap modal kurang baik.

Akan tetapi, perseroan ternyata memiliki likuiditas yang baik dengan Current Ratio (CR) di atas 100%. Sehingga dalam hal ini dalam membayar kewajiban lancar terhadap aset lancar cukup sehat.

Track Record Penjamin Emisi

Prospek Bisnis

Fokus bisnis perseroan berada di distribusi bidang farmasi, Medela Potentia memiliki salah satu jejaring distribusi terluas di Indonesia melalui PT Anugrah Argon Medica (AAM) dan Kamboja melalui DAC, yang didukung oleh sistem logistik terdepan.

PT AAM saat ini melakukan kegiatan distribusi di Indonesia melalui 35 cabang, yang dilengkapi fasilitas gudang, dan tiga kantor perwakilan, yang berpusat pada National Distribution Center ("NDC") di Kawasan Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, sementara DAC melakukan kegiatan distribusi di Kamboja melalui tiga kantor cabang.

Jejaring distribusi PT AAM di Indonesia per 30 September 2024 telah menjangkau lebih dari 70.000 titik penjualan di 38 provinsi, yang meliputi lebih dari 3.000 rumah sakit, 23.000 apotek, 2.000 instansi pemerintah, 1.300 Pedagang Besar Farmasi ("PBF") dan Penyalur Alat Kesehatan ("PAK"), 50.000 pedagang di pasar modern dan 20.000 pelanggan lainnya.

Namun dalam pendistribusian, perseroan masih melakukan sewa armada. Jejaring distribusi PT AAM didukung 210 motor dan 150 mobil serta truk untuk pengiriman jarak dekat dan jarak menengah, serta moda laut dan udara untuk pengiriman antar pulau.

Sebagian besar armada tersebut disewa dari pihak ketiga dan dioperasikan oleh PT AAM. Armada pengangkutan ini tersebar di seluruh Indonesia sebagai bagian dari rantai logistik PT AAM dengan melakukan sekitar 40.000 pengiriman per minggu.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan pertumbuhan industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) akan tumbuh 6,59% pada 2025, seiring dengan target pertumbuhan ekonomi nasional 8% dalam 5 tahun ke depan.

Berdasarkan data Kemenperin, rata-rata pertumbuhan sektor IKFT pada 2018-2024 tumbuh dikisaran 2,5% dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 6,1% pada 2019. Dari sisi kontribusi sektor IKFT terjadap produk domestik bruto (PDB) nasional mencapai 2,8% dalam 2 tahun terakhir.

Akan tetapi tantangannya, jika tidak masalah kesehatan yang serius seperti virus maka permintaan tidak akan begitu baik dan margin pun sulit untuk ditingkatkan.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research