Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada hari pertama perdagangan usai libur panjang. Sejumlah analis pun membeberkan penyebab IHSG jatuh dalam pada sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (30/1/2025).
Berdasarkan data Refintiv pada sesi pertama perdagangan hari ini IHSG berada di 7.068,57 atau turun 1,36% dari posisi penutupan sebelumnya.
Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta, CTA menilai bahwa komentar Chairman Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed menjadi penyebab.
"Faktor Powell hawkish remarks, dimana menegaskan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam memangkas suku bunga pada pertemuan berikutnya," ungkap Nafan kepada CNBC Indonesia pada Kamis (30/1/2025).
"Hal ini terjadi seiring dengan terjadinya kenaikan harga dan kondisi ketenagakerjaan yang berpengaruh terhadap adanya tekanan inflasi selama tiga bulan terakhir, dimana inflasi telah naik mendekati 3% dari 2,4% pada bulan September 2024 ketika sebelumnya the Fed melakukan pelonggaran moneternya," sambung Nafan.
Nafan juga menilai pasar mencermati agenda ekonomi Trump yang dapat mencakup pajak impor (trade war) yang kemudian dapat dibebankan kepada konsumen, tentunya memiliki efek inflasi, sehingga membuat the Fed semakin mengurangi perlunya pemangkasan suku bunga.
Sementara itu, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani, mengungkapkan bahwa terlihat aksi profit taking sudah terjadi oleh investor menjelang pengumuman The Fed.
"Terlihat kemarin 23 Januari, hari Kamis IHSG sempat menembus 7.320. Sehingga setelah itu terlihat ada aksi profit taking juga sebelum hari libur bursa 27 dan 29 Januari. Pasar juga sedang menguji level support pertama di 7.040," ungkap Arjun kepada CNBC Indonesia, Kamis (30/1/2025).
Aqil Triyadi, Research Analyst PT Panin Sekuritas Tbk mengatakan kebijakan The fed membuat pasar khawatir akan kebijakan moneter yang ketat ke depan.
"Sentimen datang dari The Fed yang masih menjaga suku bunga pada level 4,25% - 4,5% meskipun inflasi mengalami tren peningkatan. Sehingga, hal ini membuat kekhawatiran investor terhadap arah kebijakan moneter ke depan yang masih akan ketat," kata Aqil kepada CNBC Indonesia, Kamis (30/1/2025).
Aqil juga mengatakan bahwa outflow asing masih terjadi sampai saat ini. Selain itu, terlihat penurunan dari saham big bank dan beberapa saham big caps.
Head of Equity Trading Mitra Andalan Sekuritas (Mitra Pemasaran Mandiri Sekuritas) Arwendy Rinaldi Moechtar mengungkapkan sektor perbankan jadi pemberat laju pasar saham.
Diketahui, The Fed mulai menahan laju pemangkasan suku bunga dengan mempertahankan The Fed Fund rate (FFR) di 4,25-4,50% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (30/1/2025). Keputusan menahan suku bunga ini adalah yang pertama setelah The Fed memangkasnya dalam tiga pertemuan beruntun terakhir.
Mengawali tahun ini, The Fed juga mengisyaratkan akan menahan suku bunga dalam waktu lama dengan menegaskan tidak akan terburu-buru memotong FFR. The Fed hanya menegaskan jika keputusan suku bunga ke depan akan sangat ditentukan oleh perkembangan data ekonomi.
Seperti diketahui, The Fed telah membabat suku bunganya tiga kali beruntun pada tahun lalu secara berturut-turut yakni pada September (50 bps), November (25 bps), dan Desember (25 bps).
Kebijakan menahan suku bunga ini diputuskan pada awal tahun di rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) pertama The Fed sejak Presiden Donald Trump memimpin kembali AS.
Keputusan The Fed ini juga berbanding terbalik dengan keinginan Trump yang menginginkan suku bunga rendah.
"Kami merasa tidak perlu terburu-buru untuk melakukan penyesuaian apa pun. Saat ini, kami merasa kami berada di posisi yang sangat baik. Kebijakan ini sudah diposisikan dengan baik dan ekonomi berada dalam posisi yang cukup baik." tutur Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai menggelar rapat FOMC, dikutip dari CNN International.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)