Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah bank sentral dunia memangkas suku bunga acuannya disepanjang 2024 bahkan diikuti hingga awal 2025 ini. Langkah ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sejak Januari 2024 hingga awal Februari 2025, mayoritas bank sentral dunia terpantau melakukan pemangkasan suku bunga acuannya di tengah angka inflasi yang cenderung terus mengalami pelandaian bulan demi bulan.
Inflasi yang semakin mendekati target memberikan keleluasaan bagi bank sentral untuk melakukan penurunan suku bunganya agar semakin menggenjot roda perekonomian negaranya.
Pantauan CNBC Indonesia Research menunjukkan bahwa Amerika Serikat (AS) lewat bank sentralnya (The Fed) telah memangkas 100 basis poin (bps) dalam 11 bulan terakhir yakni pada September, November, dan Desember 2024 dengan masing-masing sejumlah 50, 25, dan 25 bps.
Sejak The Fed membabat suku bunganya pada September lalu, kondisi keuangan telah melonggar dengan kenaikan pasar saham, penyempitan spread kredit, penurunan indeks volatilitas VIX, peningkatan ekspektasi inflasi, dan apresiasi dolar AS.
Menurut The Apollo Academy, pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan perkembangan terkait di pasar keuangan akan meningkatkan PDB dalam beberapa kuartal mendatang sebesar 1 poin persentase dan mendorong inflasi naik sebesar 0,5 poin persentase.
Singkatnya, ada dorongan signifikan terhadap pertumbuhan dan inflasi akibat pemangkasan suku bunga The Fed serta pelonggaran kondisi keuangan yang menyertainya.
Berikut ini adalah rincian dampak pemangkasan suku bunga terbaru terhadap biaya pinjaman bulanan dengan total pemotongan 100 bps sejak The Fed mulai menurunkan suku bunga pada September 2024, berdasarkan estimasi Bankrate yang dilansir dari CNBC International.
Tidak hanya The Fed yang melakukan penurunan suku bunga, bahkan bank sentral Kanada dan Uni Eropa pun melakukan pemangkasan suku bunga dengan jumlah yang jauh lebih masif, masing-masing sebesar 175 dan 160 bps.
Bank of Canada (BoC) memangkas suku bunga sebesar 175 bps pada 2024 untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga inflasi tetap mendekati target. Pemangkasan ini dilakukan sebagai respons terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi, meningkatnya tingkat pengangguran, dan pertumbuhan PDB yang lebih lemah dari perkiraan.
Sementara itu, bank sentral Uni Eropa (ECB) juga punya pandangan yang relatif sama dengan BoC, bahwa ECB mulai memangkas suku bunga utama pada Juni 2024 untuk mendorong ekonomi Zona Euro yang tertinggal, dengan harapan suku bunga yang lebih rendah akan merangsang pinjaman, meningkatkan belanja, dan mendorong investasi.
Begitu pula dengan Indonesia lewat Bank Indonesia (BI) yang sangat mengejutkan pasar khususnya di Januari 2025 dengan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps yakni dari 6% menjadi 5,75%.
Hal ini sangat tak disangka-sangka mengingat polling dari CNBC Indonesia Research menunjukkan secara absolut dari 15 lembaga/institusi memperkirakan bahwa BI akan menahan suku bunganya di level 6%.
BI mengungkapkan, keputusan tersebut dilakukan karena terjaganya nilai tukar rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk mengendalikan inflasi dalam sasarannya, dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kami dalam dua hari ini melakukan exercise, skenario-skenario nilai tukar , kesimpulannya nilai tukar sekarang dan ke depan masih konsisten dengan nilai fundamental yaitu pencapaian inflasi dan perkembangan lainnya," kata Perry, usai Rapat RDG, Januari 2025.
BI Putuskan Suku Bunga Hari Ini
BI kembali akan mengumumkan suku bunga acuan hari ini. Pelaku pasar dan masyarakat kini menunggu apa yang akan dilakukan BI dalam mengelola suku bunga (BI rate) di tengah gejolak yang ada saat ini.
Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 19 lembaga/institusi secara mayoritas memberikan proyeksi bahwa BI tampaknya akan menahan suku bunganya di level 5,75%.
Namun, delapan dari 19 lembaga/institusi tersebut justru memperkirakan bahwa BI akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 bps ke level 5,50%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)