Bitcoin Ancam Posisi Emas, Ini Kata Bos The Fed!

3 weeks ago 19

Jakarta, CNBC Indonesia - Posisi emas sebagai aset terbesar di dunia semakin terancam oleh kehadiran Bitcoin. Hal ini disampaikan Chairman bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell pada dini hari Kamis (5/12/2024).

Dilansir dari cryptobriefing.com, Powell berbicara di New York Times DealBook Summit dan membahas Bitcoin sebagai pesaing emas, bukan dolar AS.

"Orang-orang menggunakan Bitcoin sebagai aset spekulatif. Itu seperti emas, persis seperti emas, hanya saja itu virtual, digital," kata Powell. "Orang-orang tidak menggunakannya sebagai alat pembayaran atau penyimpan nilai. Itu sangat volatil. Itu bukan pesaing dolar; itu sebenarnya pesaing emas."

Membahas kripto secara lebih luas, Powell menekankan bahwa peran Federal Reserve adalah untuk mengamati bagaimana aset digital berinteraksi dengan sistem perbankan, namun ia menjelaskan bahwa bank sentral tidak mengatur aset kripto.

Ketika ditanya apakah ia memiliki aset kripto, Powell menjawab bahwa ia tidak diperbolehkan memiliki aset semacam itu karena posisinya.

Sebagai informasi, dikutip dari companiesmarketcap.com, aset dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia masih ditempati oleh emas dengan US$17,959 triliun. Sementara Bitcoin berada di posisi ketujuh dengan kapitalisasi pasar US$1,954 triliun (1 BTC = US$98.743).

Pernyataan Powell tentu menandai pergeseran besar dalam pengakuan terhadap Bitcoin sebagai kelas aset. Pernyataan tersebut telah memicu perdebatan di pasar yang lebih luas tentang apa artinya bagi rencana cadangan Bitcoin strategis yang sedang dipersiapkan oleh Presiden terpilih Donald Trump.

Selama dekade terakhir, peran Bitcoin telah berkembang pesat. Kendati koin ini dimulai sebagai aset untuk memfasilitasi pembayaran Peer-to-Peer, BTC terus berkembang menjadi lindung nilai yang sah terhadap inflasi. Perbandingan antara BTC dan emas berfokus pada hal ini, mengingat emas telah lama menjadi penyimpan nilai yang dapat diandalkan selama berabad-abad.

Narasi utama lain yang didorong oleh para pendukung Bitcoin dibandingkan dengan emas adalah tingkat pertumbuhannya. Kendati kedua aset ini telah mencatatkan beberapa rekor Tertinggi Sepanjang Masa (ATH) tahun ini, BTC telah mengungguli emas dalam keuntungan Tahun-ke-Tahun (YTD).

Untuk diketahui, secara YTD hingga 4 Desember 2024, harga emas mengalami kenaikan sebesar 28,47% yakni dari US$2.062 per troy ons menjadi US$2.649 per troy ons. Sedangkan Bitcoin terbang sebesar 130,27% yakni dari US$42.505 menjadi US$97.876.

Lebih lanjut, rasio BTC terhadap emas juga terus mengalami kenaikan dan bahkan hampir menyentuh angka 37 atau tepatnya 36,94 pada 4 Desember 2024. Posisi ini mendekati saat 2021 atau satu tahun pasca pandemi Covid-19.

Keterlibatan institusi besar pun semakin mengerek harga Bitcoin, khususnya setelah danayang diperdagangkan di bursa bitcoin berbasis spot (ETF bitcoin spot) telah disetujui oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) pada Januari 2024.

ETF bitcoin spot merupakan salah satu instrumen investasi yang mewakili nilai dari bitcoin itu sendiri dan diperdagangkan di pasar saham konvensional. Hal ini mirip dengan reksadana, di mana investor mempercayakan dananya kepada pihak ketika untuk dikelola.

Ini adalah cara bagi investor untuk mendapatkan eksposur terhadap nilai aset dasar tanpa memilikinya secara langsung. Maka dari itu, ketika harga aset yang mendasarinya naik (dalam hal ini yakni bitcoin) maka ETF tersebut akan naik, begitupun sebaliknya akan turun jika harganya turun.

Dikutip dari Farside Investors, hingga 3 Desember 2024, tercatat ETF Bitcoin spot mengalami inflow sebesar US$31,64 miliar atau sekitar Rp502,9 triliun.

FarsideFoto: Bitcoin ETF Flow (US$m)
Sumber: Farside Investors

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research