Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia libur panjang pada pekan ini dari 27 Januari 2025 dan dibuka kembali pada 30 Januari 2025. Selama libur, ada rilis data-data penting yang harus tetap dicermati oleh pelaku pasar karena reaksi yang tertunda hingga pasar buka.
Pada saat libur panjang, para pelaku pasar tidak bisa melakukan perdagangan walaupun ada beragam sentimen dari luar negeri. Sehingga biasanya pada saat pembukaan perdagangan pasar akan mengalami volatilitas yang tinggi.
Adapun berbagai rilis data yang perlu dicermati oleh pelaku pasar saat perdagangan saham libur adalah:
PMI Manufaktur China
Badan Statistik China akan mengumumkan survei kinerja manufaktur atau PMI Manufaktur untuk periode Januari pada pagi ini (27/1/2025). PMI Manufaktur China tersebut dijadwalkan rilis pada 8.30 WIB.
Menurut konsensus Trading Economics, PMI Manufaktur China pada Januari akan stabil di 50,1 atau sama seperti periode sebelumnya.
Angka tersebut menggambarkan PMI Manufaktur China dalam kondisi ekspansi, di mana batas antara ekspansi dan kontraksi adalah 50.
Pada periode Desember, PMI Manufaktur China dari Biro Statistik Nasional (NBS) secara tak terduga turun menjadi 50,1 dari angka tertinggi tujuh bulan pada November.
Meskipun begitu, ini menandai bulan ketiga berturut-turut ekspansi dalam aktivitas pabrik, setelah serangkaian langkah dukungan dari pemerintah setempat sejak akhir September.
Output tumbuh pada tingkat paling lambat dalam empat bulan (52,1 vs 52,4 di November), sementara pesanan baru meningkat paling tinggi sejak April (51,0 vs 50,8). Selain itu, aktivitas pembelian meningkat untuk bulan kedua berturut-turut dengan laju tercepat sejak Maret (51,5 vs 51,0).
Namun, tantangan tetap ada karena pesanan asing (48,3 vs 48,1) dan tingkat pekerjaan (48,1 vs 48,2) masih lemah. Waktu pengiriman barang melambat secara signifikan, paling parah sejak setidaknya Desember 2023 (50,9 vs 50,2).
Dari sisi harga, biaya input turun lebih cepat (48,2 vs 49,8), dan harga jual turun paling banyak dalam tiga bulan terakhir (46,7 vs 47,7). Terakhir, tingkat kepercayaan melemah ke posisi terendah dalam tiga bulan setelah mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan di November (53,3 vs 54,7).
Foto: tradingeconomics
PMI Manufaktur China
Ramalan Ekonomi Dunia dan Indonesia oleh Bank Dunia
Bank Dunia dalam laporan "Global Economic Prospects" Januari 2025 memproyeksi bahwa ekonomi dunia akan stagnan di 2,7% per tahun selama periode 2025 dan 2026.
Bank Dunia mengungkapkan ekonomi dunia tampaknya bergerak menuju tingkat pertumbuhan rendah yang tidak cukup untuk mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Hal ini diperburuk oleh sejumlah tantangan, seperti meningkatnya ketidakpastian kebijakan, perubahan negatif dalam kebijakan perdagangan, ketegangan geopolitik, inflasi yang terus-menerus, dan bencana alam terkait perubahan iklim.
Menurut Bank Dunia, negara-negara berkembang dan ekonomi pasar baru (EMDEs)-yang menyumbang 60% dari pertumbuhan global, diproyeksikan memasuki 2025 dengan pendapatan per kapita yang tumbuh jauh lebih lambat dibandingkan sebelumnya dalam mendekati standar hidup negara maju.
Tanpa perubahan signifikan dalam kebijakan, sebagian besar negara berpenghasilan rendah diperkirakan tidak akan mencapai status berpenghasilan menengah pada pertengahan abad ini.
Kondisi tersebut membuat Bank Dunia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di 5,1% pada 2025 dan 2026. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih cepat dari perkiraan 2024 yakni 5,0%.
Pengumuman Suku Bunga The Fed
Topik paling hangat dan paling dinantikan oleh para pelaku pasar adalah pengumuman suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed.
Pengumuman Teh Fed sendiri dapat memengaruhi pergerakan pasar keuangan, termasuk pasar saham Indonesia.
Pedagang memperkirakan bank sentral AS The Federal Reserve atau The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan minggu ini.
Melansir perangkat Fedwatch para pelaku pasar melihat peluang The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25% - 4,5% sebesar 99,5% pada pertemuan minggu ini.
Para pelaku pasar sendiri melihat peluang The Fed untuk memangkas suku bunga pada tahun ini hanya terjadi sekali yakni pada pertemuan Juni sebesar 25 basis poin menjadi 4,00% - 4,25%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)