Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2024 bukanlah tahun yang cukup baik bagi para pemegang saham, terutama saham-saham yang masuk dalam indeks LQ45. Dalam sepanjang 2024, indeks LQ45 turun hingga 15%.
Indeks LQ45 dikenal sebagai salah satu indeks saham utama di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdiri dari 45 saham pilihan dengan likuiditas tinggi. Saham-saham yang masuk dalam indeks ini dipilih berdasarkan kriteria tertentu seperti kapitalisasi pasar, frekuensi perdagangan, dan nilai transaksi.
Akan tetapi, sayangnya saham-saham indeks di LQ45 tidak memiliki performa saham yang cukup baik seperti saham-saham konglomerasi RI yang mampu mencatat kenaikan harga saham hingga ratusan persen.
Terpantau tujuh saham milik konglomerasi RI mencatatkan kenaikan harga saham yang signifikan di sepanjang 2024.
Berikut catatan CNBC Indonesia Research, tujuh saham konglomerasi RI yang melejit di sepanjang 2024.
PT Petrosea Tbk (PTRO)
Emiten andalan Prajogo Pangestu si orang terkaya nomor satu di Indonesia, PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatatkan kenaikan harga saham sepanjang 2024 sebesar 399,12% di level Rp28.325 per saham hingga perdagangan sesi I Jumat (27/12/2024).
Kenaikan harga saham PTRO bukanlah didorong dari kinerja keuangan Perseroan. Diketahui, PTRO mencatatkan penurunan laba bersih pada kuartal III 2024 sebesar 72,89% menjadi US$2,86 juta atau setara Rp43,4 miliar, dari US$10,57 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Melejitnya saham PTRO didorong dari aksi korporasi Perseroan yang mampu mendorong minat investor terhadap saham PTRO.
PTRO baru saja mendirikan anak usaha baru dengan nama PT Petrosea Infrastruktur Nusantara (PIN) untuk menunjang dan mendukung pengembangan kegiatan usaha. PIN didirikan oleh PTRO dengan porsi kepemilikan saham 99,90% dan PPT Rekakarsa Karya Nusantara 0,10%.
PIN tengah melakukan due dilligence untuk kemungkinan akuisisi sejumlah aset infrastruktur pertambangan. Hal ini dilakukan sejalan dengan rencana ekspansi dan diversifikasi kontrak jasa pertambangan yang ditangani oleh PTRO.
Melalu rencana akuisisi tersebut, PTRO sebagai kontraktor tambang makin solid. Perseroan pun bisa mendapat nilai tambah dari kepemilikan langsung atas sejumlah aset-aset infrastruktur tambang tersebut nantinya.
Sebelumnya, PTRO telah mengumumkan alokasi investasi sebesar Rp6 triliun atau sekitar US$400 juta untuk peralatan pertambangan baru. Sejumlah peralatan pertambangan yang baru juga telah diperoleh perseroan dari PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Trakindo Utama, PT Indotruck Utama, PT Indo Traktor Utama, dan PT Eka Dharma Jaya Sakti.
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)
Saham milik konglomerasi Franky Widjaja yang merupakan putra konglomerasi pendiri Grup Sinarmas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) mampu mencatatkan kenaikan saham hingga 387,01%.
Sama halnya seperti PTRO, kenaikan saham DSSA bukan didorong dari kinerja keuangan perseroan. Per 30 September 2024, DSSA hanya mencatat laba sebesar US$243,85 juta. Angka tersebut merosot 34% dari periode yang sama tahun lalu US$371,79 juta. Dengan hasil itu, laba per saham dasar turun ke posisi US$0,04 dari sebelumnya US$0,05.
Turunnya laba bersih didorong dari anjloknya pendapatan perseroan. Pendapatan usaha US$2,24 miliar, turun 45% dari periode sama tahun lalu US$4,09 miliar.
Akan tetapi melejitnya saham DSSA didorong dari aksi korporasi perseroan. DSSA melakukan aksi akuisisi pada 7 Agustus 2024. Melalui PT SMPlus Sentra Data (SSD) dan PT SMPlus Digital Investama (SDI), DSSA telah melakukan transaksi akuisisi atas saham PT Teknovatus Solusi Sejahtera (TSS).
Diketahui Teknovatus adalah sebuah perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang jasa teknologi dan kegiatan terkait lainnya.
Transaksi akuisisi tersebut dilakukan dari pihak ketiga dengan nilai transaksi sebesar Rp 26,5 miliar. Dengan transaksi akuisisi tersebut, TSS dimiliki oleh SSD (99,999%) dan SDI (0,001%). SSD dan SDI merupakan entitas anak perseroan (DSSA) dengan kepemilikan efektif lebih dari 99%.
Akuisisi tersebut diharapkan dapat mengembangkan bisnis teknologi perseroan.
Kabar akusisi tersebut mendorong kenaikan harga saham DSSA hingga ratusan persen.
PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC)
Saham milik pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang merupakan pemilik Grup Artha Graha atau Artha Graha Network, Tomy Winata juga tak kalah hebat dengan saham konglomerasi lainnya.
PT Bank Artha Graha Internasional Tbk (INPC) mampu mencatatkan kenaikan harga saham hingga 236%.
Hingga saat ini belum diketahui alasan pasti kenaikan saham INPC yang mencapai ratusan persen tersebut.
Secara kinerja keuangan, INPC masih mencatatkan pertumbuhan laba bersih, akan tetapi tidak begitu signifikan. Berdasarkan laporan keuangan perseroan per September 2024, perseroan membukukan kenaikan laba bersih sebesar 0,96% menjadi Rp127 miliar, naik sedikit dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp125,78 miliar.
PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)
Saham yang terafiliasi dengan adik Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo juga turut berpesta di sepanjang 2024. PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) melejit 172,26% di sepanjang 2024.
Kenaikan harga saham WIFI yang mencapai ratusan persen sejalan dengan kenaikan kinerja keuangan perseroan. Pada kuartal III 2024, WIFI membukukan kenaikan laba bersih sebesar 339,41% menjadi Rp152,07 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp34,60 miliar.
Peningkatan laba bersih didorong dari kenaikan pendapatan usaha bruto sebesar 46,57% menjadi Rp 506,42 miliar per September 2024, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 345,51 miliar.
Kenaikan pendapatan WIFI didorong dari pertumbuhan segmen telekomunikasi yang membukukan Rp253 miliar di sepanjang Januari hingga September 2024. Angka tersebut melejit 136,78% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan tersebut didorong dari ekspansi yang dilakukan perseroan. Sebelumnya WIFI melakukan ekspansi infrastruktur internet ke 25 juta rumah. Ekspansi itu diwujudkan melalui kerja sama terkait fiber to the home (FTTH) dengan perusahaan asal Jepang, Nippon Telegraph and Telephone Corporation (NTT), e-Asia Corporation.
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
Emiten yang terafiliasi dengan Anindya Bakrie, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga ikut berpesta di sepanjang 2024 dengan kenaikan 96,57% hingga perdagangan Jumat (27/12/2024) sesi I. Kenaikan harga saham BRMS sejalan dengan kenaikan harga emas dunia di sepanjang 2024, dimana BRMS merupakan emiten di sektor pertambangan emas.
Secara kinerja keuangan, mencatat hingga kuartal III tahun 2024 pendapatan terbang 231% menjadi US$ 108,4 juta (Rp 1,68 triliun) dari periode yang sama tahun 2023 yang sebesar US$ 32,7 juta (Rp 506,85 miliar).
Laba usaha meroket 189% pada kuartal III tahun ini menjadi US$ 28,5 juta dari capaian tahun lalu yang sebesar US$ 9,8 juta. Serta laba usaha sebelum pajak naik 143% menjadi US$ 24,9 juta dari sebelumnya yang sebesar US$ 10,2 juta.
Sehingga, laba bersih BRMS pada kuartal III tahun ini ikut terdongkrak naik sebesar 54% menjadi US$ 16,4 juta dibandingkan periode yang sama tahun 2023 sebesar US$ 10,6 juta.
Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan kenaikan kinerja keuangan BRMS pada tahun ini.
Pertama, produksi emas perseroan terus meningkat dikarenakan kandungan emas yang diproses lebih tinggi pada 2024. Kedua, kenaikan harga jual emas pada 2024 juga berdampak positif terhadap kinerja keuangan perseroan.
Terbaru, BRMS sedang dalam proses mendapatkan fasilitas pinjaman untuk mendanai konstruksi penambangan bawah tanah di Palu. Perseroan berharap untuk dapat memproses bijih dengan kandungan emas yang lebih tinggi dari tambang bawah tanah kami di Palu di akhir 2027.
PT Rukun Raharja Tbk (RAJA)
Emiten yang terafiliasi dengan Arsjad Rasjid ini belum melaporkan kinerja keuangan kuartal III 2024 hingga hari ini Jumat (27/12/2024). Kenaikan kinerja harga saham RAJA ditopang dari aksi ekspansi perseroan.
PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) berencana untuk masuk ke dalam bisnis gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) hingga petrokimia melalui blue ammonia. RAJA menargetkan dapat mulai memetik hasil dari bisnis LNG dan petrokimia mulai tahun 2028, dengan estimasi menyumbang 30% terhadap pendapatan.
Selain itu, mulai tahun 2032 RAJA berencana untuk memanen hasil dari bisnis Energi Baru dan Terbarukan (EBT), yang diestimasikan berkontribusi 10% pada pendapatan.
RAJA pun sudah menyiapkan sejumlah proyek strategis dan rencana ekspansi prioritas dengan tujuan mendorong pertumbuhan bisnis serta mendukung transisi energi nasional. Proyek tersebut yakni pembangunan pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kalimantan Timur yang ditargetkan beroperasi pada kuartal IV-2026 serta pembangunan Fasilitas Kompresor Gas di Sulawesi Selatan dengan target operasi pada kuartal IV-2025.
Perseroan juga tengah dalam tahap negosiasi dan finalisasi untuk beberapa proyek strategis lainnya. Di antaranya studi kelayakan pembangunan Terminal LNG, akuisisi saham partisipasi dalam blok migas di Indonesia Timur, dan kerja sama dengan perusahaan energi terbarukan asal Timur Tengah untuk mengikuti tender Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di beberapa wilayah di Indonesia.
Proyek-proyek strategis ini merupakan komitmen RAJA dalam memperkuat infrastruktur energi nasional serta mendukung upaya transisi menuju energi yang lebih bersih. Sejalan dengan visi perseroan, RAJA berkomitmen untuk menjadi perusahaan energi terdepan di Indonesia yang mengedepankan prinsip keberlanjutan.
Perseroan memiliki visi jangka panjang untuk menjadi perusahaan energi terintegrasi yang berkomitmen pada transisi energi. Rencana strategis ini mencakup fokus pada pengembangan energi baru terbarukan, optimalisasi kinerja bisnis utama di sektor hulu, tengah, dan hilir, serta ekspansi ke bisnis LNG dan petrokimia.
Dengan langkah-langkah tersebut, Perseroan tidak hanya menjawab tantangan perubahan iklim, tetapi juga turut membangun ekosistem energi yang lebih berkelanjutan di Indonesia. Melalui inovasi dan investasi strategis, Perseroan optimis dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi seluruh pemangku kepentingan.
PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS)
Bukan hanya PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) milik Franky Widjaja yang melejit di sepanjang 2024, akan tetapi PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) juga ikut berpesta di tahun ini dengan mencatatkan kenaikan mencapai 79,83%.
Kenaikan harga saham GEMS ditopang dari solidnya kinerja keuangan perseroan. GEMS mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal III 2024 sebesar 2,8% menjadi US$397,39 juta, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$386,32 juta.
Akan tetapi perseroan mengalami penyusutan pendapatan usaha sebesar 2,04% secara tahunan menjadi US$2,012 miliar pada akhir September 2024. Bila dirinci, nilai ekspor batu bara merosot 5,3% secara tahunan menjadi US$1,336 miliar. Akan tetapi penjualan batu bara ke pasar dalam negeri tumbuh 5,1% secara tahunan menjadi US$675,97 juta.
Hingga akhir September 2024, GEMS mencetak produksi batu bara sebesar 38,4 juta ton. Capaian penjualan batu bara GEMS sampai akhir September 2024 adalah sebesar 38,2 juta ton.
Adapun, GEMS menggelontorkan belanja modal sebesar US$60 juta atau setara Rp942,3 miliar (kurs Rp15.705 per dolar AS) untuk tahun ini. Belanja modal ini rencananya akan digunakan GEMS untuk mendukung kinerja operasional selama 2024. Belanja modal tersebut akan digunakan untuk fasilitas pelabuhan, hauling road, serta fasilitas pendukung kinerja operasional lainnya.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)