Situasi Berbalik: Dulu RI Diburu Bak Primadona Kini Ditinggal Asing

1 month ago 21

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing terpantau keluar dari pasar keuangan domestik pada pekan lalu. Investor asing keluar dari Indonesia bersamaan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil surat utang AS yang tinggi.

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 16-19 Desember 2024, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp8,81 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp3,67 triliun di pasar saham, Rp4,43 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan Rp0,71 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sementara selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 19 Desember 2024, investor asing tercatat beli neto sebesar Rp17,45 triliun di pasar saham, Rp37,81 triliun di pasar SBN dan Rp171,97 triliun di SRBI.

Dulu Asing Memburu RI Kini Meninggalkan Pergi

Jika dibandingkan dengan Desember 2023, kali ini investor asing cukup masif keluar dari Indonesia di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) pada 2025 yang jauh lebih sedikit dibandingkan proyeksi September 2024 lalu.

Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, pada pekan pertama, kedua, dan ketiga Desember 2023, foreign inflow secara total tercatat masing-masing sebesar Rp4,1 triliun, Rp6,82 triliun, dan Ro6,37 triliun.

Hal ini berkebalikan dengan kondisi Desember 2024 pada pekan pertama, kedua, dan ketiga yang masing-masing sebesar outflow Rp5,13 triliun, Rp7,33 triliun, dan -Rp8,81 triliun.

Bank sentral AS (The Fed) pada Summary of Economic Projections/SEP pekan lalu menunjukkan bahwa potensi cut rate 2025 hanya sebesar 50 basis poin/bps. Angka ini hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025.

"Dengan langkah hari ini, kami telah menurunkan suku bunga sebesar satu poin persentase dari puncaknya, dan stance kebijakan kami kini jauh lebih longgar. Oleh karena itu, kami bisa lebih berhati-hati saat mempertimbangkan penyesuaian lebih lanjut terhadap suku bunga kebijakan kami." ujar Chairman The Fed Jerome Powell di konferensi pers usai rapat.

Lebih lanjut, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%).

The FedFoto: Dot Plot Desember 2024
Sumber: The Fed

Suku bunga yang masih cukup tinggi di 2025 membuat indeks dolar AS (DXY) berada di level yang cukup tinggi dan membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi tertekan.

Selain itu, imbal hasil US Treasury (USt) tenor 10 tahun pun melesat dengan signifikan pasca pengumuman The Fed pekan lalu. Untuk diketahui, pada 19 Desember 2024, imbal hasil UST tenor 10 tahun berada di angka 4,57%. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak 29 Mei 2024 atau sekitar tujuh bulan terakhir.

Melonjaknya imbal hasil tersebut pada akhirnya membuat surat utang dan pasar keuangan domestik menjadi kurang menarik bagi investor untuk berinvestasi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research