- Pasar keuangan Indonesia kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau, IHSG dan rupiah sama-sama menguat
- Wall Street ambruk setelah Presiden Amerika serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan baru soal tarif
- Sentimen mudik, dividen, tarif perang dagang, serta inflasi PCE akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin di tengah positifnya kinerja saham BUMN serta pembagian dividen.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan mengalami gejolak pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Rabu (26/3/2025) menguat dengan kenaikan 3,80% ke 6.472,35.
Penguatan ini didorong oleh sentimen positif terhadap saham-saham BUfMN yang melonjak tajam setelah pengumuman jajaran direksi Danantara. Dari total 801 saham yang diperdagangkan, sebanyak 531 saham menguat, sementara hanya 112 yang melemah. Sektor utilitas dan finansial menjadi motor utama reli dengan kenaikan masing-masing 5,66% dan 5,4%.
Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 2,58 triliun pada perdagangan kemarin.
Saham konstruksi BUMN seperti PT Adhi Karya (ADHI) dan PT Krakatau Steel (KRAS) meroket hingga auto rejection atas (ARA), sementara PTPP juga mengalami lonjakan hingga 25%. Tidak ketinggalan, saham farmasi KAEF melesat 18%.
Saham perbankan pelat merah turut menjadi pendorong utama IHSG, dengan PT Bank Tabungan Negara (BBTN) naik 9,15%, PT Bank Negara Indonesia (8,97%), PT Bank Mandiri (BMRI) 8,65%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI )5,26%. Secara keseluruhan, saham BUMN mendominasi kenaikan hari ini, kecuali PT Wijaya Karya ( WIKA), danPT Waskita Karya (WSKT) yang masih dalam suspensi.
Bahana Sekuritas dalam riset terbarunya menyoroti bahwa optimisme pasar terhadap Danantara menjadi katalis utama lonjakan IHSG.
Dari 18 direksi yang baru diumumkan, mayoritas memiliki latar belakang profesional di pasar modal dan keuangan global.
Selain itu, momentum Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan pengumuman dividen bank BUMN turut memberikan sentimen positif. Pasar kini bersiap menghadapi sisa perdagangan Maret dengan fokus pada RUPST, tren mudik, serta data ekonomi dari Amerika Serikat ((AS) yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks dalam beberapa hari ke depan.
Bergeser ke pasar valuta asing, nilai tukar rupiah akhirnya keluar dari tren pelemahan tiga hari berturut-turut dengan menguat 0,09% ke Rp16.575 per dolar AS pada Rabu (26/3/2025).
Apresiasi ini terjadi di tengah stagnasi pergerakan dolar AS setelah rilis data ekonomi terbaru. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tercatat naik tipis 0,13% ke level 104,32 pada pukul 14:56 WIB, mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kebijakan ekonomi AS yang sedang berlangsung.
Mata uang Negeri Paman Sam mengalami tekanan setelah data menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun ke level terendah dalam empat tahun terakhir.
Kekhawatiran terhadap dampak tarif perdagangan besar-besaran yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi AS juga menjadi faktor utama yang menahan reli dolar. Secara historis, kebijakan tarif sering dianggap inflasioner dan mendukung penguatan dolar, tetapi kali ini investor justru mencemaskan potensi dampak negatifnya terhadap daya beli dan aktivitas bisnis.
Meskipun rupiah berhasil terapresiasi, pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi volatilitas di kuartal kedua.
Permintaan dolar AS diperkirakan meningkat seiring dengan pembayaran dividen perusahaan asing dan kebutuhan impor yang lebih besar menjelang semester kedua. Faktor eksternal seperti kebijakan The Fed dan perkembangan geopolitik global juga masih menjadi variabel yang dapat mempengaruhi stabilitas rupiah dalam beberapa pekan mendatang.
Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ditutup di level 7,103%, turun dari posisi 7,205% kemarin.
Yield bergerak berlawanan terhadap harga SBN. Yield yang melandai menunjukkan harga SBN yang menguat karena diburu investor dan sebaliknya.
Pages