Menunggu Kado Santa Rally Pekan Ini, Siap Berpesta?

1 month ago 18

  • Pasar keuangan RI bergerak senada pada akhir pekan lalu, IHSG dan rupiah menguat
  • Wall street kompak menguat pada perdagangan terakhir pekan lalu
  • Pasar keuangan Indonesia hanya akan dibuka selama tiga hari pekan ini di mana sentimen window dressing dan santa rally bisa menjadi pengegrak positif

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI bergerak senada pada akhir pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak berakhir di zona penguatan pada akhir perdagangan Jumat (20/12/2024). Penguatan IHSG dan juga rupiah terjadi usai penurunan yang tajam dalam sepekan lebih.

Pergerakan IHSG dan juga rupiah pada pekan inidiprediksi akan lebih volatile meskipun perdagangan pada pekan ini hanya akan terlaksana dalam tiga hari. Masih terdapat beberapa sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri sepanjang pekan ini. Selengkapnya mengenai sentimen dan proyeksi pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 pada artikel ini. Dan para investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.

IHSG ditutup menguat tipis pada akhir perdagangan Jumat (20/12/2024), setelah sempat bangkit ke level psikologis 7.000 namun pada akhirnya gagal untuk bertahan di level tersebut.

IHSG ditutup naik tipis 0,09% ke posisi 6.983,86. IHSG sempat menyentuh level psikologis 7.000 di awal sesi I dan pada sesi II menjelang akhir perdagangan. Namun sayangnya, IHSG gagal untuk bertahan di level tersebut.

Nilai transaksi indeks pada Jumat (20/12/2024) mencapai sekitar Rp 11,8 triliun dengan melibatkan 18,9 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 296 saham menguat, 288 saham melemah, dan 202 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor energi menjadi penopang terbesar IHSG di akhir perdagangan hari ini yakni mencapai 0,61%. Sedangkan sektor konsumer non-primer menjadi penekan terbesar IHSG mencapai 0,74%.

Sementara dari sisi saham, emiten energi baru terbarukan (EBT) konglomerasi Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG yakni mencapai 14,4 indeks poin.

Sedangkan emiten perbankan raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar IHSG yakni mencapai 4,3 indeks poin.

Tampaknya investor sudah mulai kembali melirik pasar saham RI meski secara garis besar masih wait and see sembari menimbang dampak dari dipangkasnya kembali suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed).

Pekan lalu, pada Kamis (19/12/2024) dini hari waktu Indonesia, The Fed memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) ke 4,35-4,50%, sesuai ekspektasi pasar. Akan tetapi di balik pemangkasan, bank sentral AS tersebut mengisyaratkan akan lebih hati-hati.

The Fed dalam pernyataan terbarunya menyebutkan bahwa pemangkasan suku bunga acuan (Fed Funds Rate) pada 2025 kemungkinan hanya akan terjadi dua kali, lebih rendah dari proyeksi September yang mencapai 100 basis poin (bps).

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menegaskan perlunya kehati-hatian dalam penyesuaian kebijakan moneter.


Beralih ke rupiah, dilansir dari data Refinitiv, pada penutupan perdagangan Jumat (20/12/2024) rupiah sumringah dengan menguat hingga 0,58% ke level Rp16,190/US$. Sepanjang perdagangan Jumat, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.185/US$ dan terjauh di posisi Rp16,305/US$.

Akan tetapi, dalam sepekan kemarin rupiah masih alami penurunan cukup dalam hingga 1,25% Seiring dengan penguatan rupiah pada Jumat (20/12/2024), Indeks Dolar AS (DXY) justru melemah sebesar 0,16% tepat pukul 15.00 di posisi 108,231. Pelemahan DXY pastinya membawa angin segar bagi nilai tukar rupiah.

Selain terdorong oleh melemahnya DXY, rupiah juga menguat pada akhir pekan ini di tengah pelonggaran ketidakpastian di pasar internasional dan pergerakan positif pada beberapa indikator ekonomi utama.

Salah satu faktor utama adalah stabilisasi sentimen di pasar saham AS, di mana indeks Dow Jones Industrial Average berhasil keluar dari tren pelemahan terpanjangnya sejak 1974 dengan penguatan tipis sebesar 0,04% ke level 42.342,24.

Meski penguatan terbatas, penurunan volatilitas dengan Cboe Volatility Index yang turun hampir 13% turut memberikan dorongan psikologis pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia.

Selain itu terdapat juga kabar dari China yang kembali menahan suku bunga acuannya. Bank Rakyat China (PBoC) mempertahankan suku bunga acuan pinjaman satu tahun pada 3,1%, dengan LPR lima tahun pada 3,6%.

Dari sisi fundamental, data ekonomi China yang telah rilis pada pekan kemarin turut menjadi sorotan. Produksi industri China tercatat stabil di angka 5,8% hingga Oktober 2024, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 5% pada periode yang sama.

Adapun dari pasar obligasi Indonesia, pada perdagangan Jumat (20/12/2024) imbal hasil obligasi tenor 10 tahun tercatat melemah ke level 7,053% dari perdagangan sebelumnya. Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN). Begitu pula sebaliknya, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN).

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research