Jakarta, CNBC Indonesia- Di perairan biru Batam, sebuah harapan besar tengah tumbuh. Tidak hanya menyangkut lobster, si penghuni laut yang dijuluki penguasa karang, tetapi juga masa depan ekonomi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada karunia laut.
Di sinilah Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, di bawah naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menjadi penjaga mimpi besar itu, membudidayakan lobster demi keberlanjutan dan kedaulatan laut Indonesia.
Melalui modeling budidaya lobster, BPBL Batam menjalankan tugas ini, bertujuan untuk meningkatkan produksi lobster nasional melalui dua fokus utama, memproduksi benih lobster hingga ukuran 5 gram dan memperbesar lobster hingga ukuran siap panen. Dengan langkah ini, diharapkan budidaya lobster dapat menjadi sektor unggulan baru yang mendukung perekonomian masyarakat pesisir.
Secara singkat, segalanya dimulai di ruang bernama Nursery Room. Benih lobster pasir, yang dibesarkan dengan ketelitian tinggi hingga mencapai ukuran 5 gram. Tahap ini membutuhkan pengawasan bak seorang ibu yang melindungi anaknya. suasana air dijaga sempurna, suhunya diatur agar stabil.
Foto: Ruangan Nursery Room Lobster BBL. (Ber AC dan dilengkapi teknologi untuk sirkulasi air dan memastikan suhu ruangan sesuai). (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Ruangan Nursery Room Lobster BBL. (Ber AC dan dilengkapi teknologi untuk sirkulasi air dan memastikan suhu ruangan sesuai). (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Setelah melewati nursery room, lobster pasir dipindahkan ke kerangkeng M untuk pembesaran hingga beratnya mencapai 30 gram. Teknologi modern seperti CCTV turut membantu pengawasan, memastikan setiap lobster melewati proses molting dengan baik. Selanjutnya, kerangkeng L menjadi panggung terakhir sebelum lobster mencapai ukuran panen ideal
Foto: Gapura menuju tambak modeling budi daya lobster BPBL Batam. (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Gapura menuju tambak modeling budi daya lobster BPBL Batam. (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Namun, perjalanan lobster bukan tanpa rintangan. Salah satu tantangan terbesar dalam budidaya lobster adalah proses molting, pergantian kulit yang menjadi momen kritis dalam pertumbuhan mereka.
Pada tahap ini, lobster menjadi sangat rentan, tidak hanya terhadap stres lingkungan tetapi juga kanibalisme. Lobster yang masih lemah setelah molting sering kali menjadi mangsa sesama, yang berujung pada tingkat kelangsungan hidup survival rate yang rendah.
Di sinilah inovasi BPBL Batam berperan penting. BPBL Batam menemukan solusi melalui inovasi pakan lokal. Alih-alih menggunakan ikan saja , mereka mengadopsi penggunaan kerang coklat dari Lombok atau kerang lokan yang dibudidayakan oleh peternak lokal. Kerang ini tidak hanya memberikan nilai ekonomi lebih terjangkau, tetapi juga kaya nutrisi yang membuat lobster lebih kuat selama fase molting. Dengan asupan nutrisi optimal, risiko kanibalisme dapat ditekan secara signifikan, meningkatkan SR lobster.
Foto: Lobster dalam Krangkang ukuran M (5-30Gram). (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Lobster dalam Krangkang ukuran M (5-30Gram). (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Proses budidaya di BPBL Batam menggunakan sistem nursery semi-RAS yang canggih. Di tahap awal, benih lobster berukuran 5 gram dipelihara di bak indoor dengan padat tebar 150-250 ekor/m³ selama dua bulan.
Pada tahap ini, pakan kerang menjadi kunci keberhasilan menjaga tingkat SR hingga 90%. Selanjutnya, lobster dipindahkan ke kerangkeng M untuk pembesaran hingga berat 30 gram dalam waktu empat bulan, dengan SR sekitar 80%. Tahap terakhir, pembesaran II di kerangkeng L, membutuhkan waktu delapan bulan hingga lobster mencapai ukuran panen (300-500 Gram).
Foto: Tambak Lobster Pasir, Krankang L untuk ukuran 30 Gram hingga panen, memakan waktu hingga 8 bulan. Tambak diawasi CCTV. (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Tambak Lobster Pasir, Krankang L untuk ukuran 30 Gram hingga panen, memakan waktu hingga 8 bulan. Tambak diawasi CCTV. (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Selain pakan inovatif, BPBL Batam juga memanfaatkan teknologi modern, seperti CCTV untuk pemantauan, segmentasi budidaya, hingga ruang pendingin (cold room) berkapasitas 10 ton untuk menjaga kualitas hasil panen. Hasilnya, produktivitas budidaya lobster meningkat dari 1,03 kg/m² menjadi 6 kg/m²-lompatan besar yang mencerminkan efektivitas pendekatan terpadu ini.
Foto: Lobster Pasir dalam krangkang ukuran L, lobster sedang dalam proses “Molting”. (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Lobster Pasir dalam krangkang ukuran L, lobster sedang dalam proses “Molting”. (CNBC Indonesia/Emanuella B)
Tidak hanya meningkatkan produksi, BPBL Batam juga berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pelibatan peternak lokal dalam rantai pasok kerang. Selain itu, teknologi ini turut mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah dan berkontribusi pada peningkatan pendapatan negara nantinya
Melalui sinergi antara teknologi, sumber daya lokal, dan strategi berkelanjutan, BPBL Batam selalu berusaha untuk menciptakan modeling sistem budidaya lobster yang efisien dan bernilai tinggi.
Dengan harapan, ke depannya, sistem modeling ini dapat diimplementasikan, dikembangkan lebih luas, atau direplikasi di perairan Indonesia lainnya untuk mendukung budidaya lobster secara merata dan berkelanjutan.
Karena nantinya, tidak menutup kemungkinan,berhasilan ini tidak hanya memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian daerah tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam industri lobster dunia.
CNBC Research Indonesia
(emb/emb)