Gak Selalu Berkilau, 4 Fakta Emas Ini Bikin Anda Ilfeel

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia-  Emas kembali unjuk gigi. Kilau logam mulia ini semakin menyilaukan setelah menembus rekor harga tertinggi sepanjang masa di pasar global.

Harga emas dunia kini bertengger di level US$3.300 per troy ons, bahkan sempat menyentuh US$3.344,22 per troy ons pada Rabu pekan lalu (16/4/2025), mempertegas posisi emas sebagai safe haven utama di tengah perang tarif dan ketidakpastian kebijakan suku bunga.

Lonjakan emas global berdampak besar terhadap emas Antam.  Harga emas Logam Mulia produksi PT Aneka Tambang Tbk meledak pada hari ini, Senin (21/4/2025).

Di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung, harga emas Antam hari ini tercatat sebesar Rp1.980. 000 atau melesat Rp 15.000 dibandingkan perdagangan Sabtu.

Harga emas Antam hari ini adalah yang tertinggi sepanjang masa dan mengungguli rekor sebelumnya di Rp 1.975.000 per gram yang tercatat pada Kamis pekan lalu.

Sepanjang bulan ini, harga emas Antam sudah mencetak rekor tujuh kali.

Fenomena lonjakan harga ini menciptakan rush baru. Di Butik Emas Antam antrean mengular sejak subuh.

Namun di balik kilaunya yang kian menyihir dan memicu rasa takut kehabisan, emas tetaplah instrumen investasi yang tidak tanpa cela. Di tengah euforia pembelian yang cenderung brutal, ada empat kerugian mendasar dari emas yang patut dipertimbangkan. Karena jika salah strategi, emas yang niatnya jadi pelindung, malah bisa jadi jebakan investasi.

1. Tidak Menghasilkan Pendapatan Pasif

Tidak seperti obligasi yang memberi kupon, deposito yang memberi bunga, atau saham yang bisa membagikan dividen emas tidak menghasilkan arus kas apapun. Nilai hanya bisa bertumbuh jika harga emas naik. Dalam masa stagnasi, emas bisa jadi beban, terutama bagi investor yang mengandalkan cash flow untuk tujuan bulanan.

2. Kurang Cocok untuk Jangka Pendek

Kelemahan lain yang kerap diabaikan: emas tidak ramah untuk investasi jangka pendek. Selain kenaikan harga yang relatif lambat, selisih antara harga beli dan harga buyback cukup tinggi, apalagi pada emas fisik.

3. Harga Bisa Turun Saat Dunia Stabil

Naiknya harga emas hampir selalu dikaitkan dengan gejolak. Entah itu pandemi, krisis geopolitik, perang tarif, atau kebijakan moneter agresif.

Namun saat dunia kembali stabil dan investor mulai berani mengambil risiko, perhatian akan beralih ke saham, properti, atau obligasi korporasi yang lebih menguntungkan.

4. Risiko Kehilangan Masih Tinggi (Untuk Emas Fisik)

Bagi yang membeli emas dalam bentuk fisik, risiko keamanan tetap jadi concern utama. Meski ada alternatif seperti safe deposit box atau asuransi, tetap ada beban logistik dan biaya tambahan.

Beberapa investor juga belum percaya pada emas digital, sementara menyimpan emas batangan di rumah juga bukan pilihan bijak tanpa sistem keamanan.

Jadi apakah perlu membeli emas? tentu saja, emas tetap punya tempat dalam portofolio investasi. Tapi proporsinya harus tepat idealnya 5-10% dari total aset. Dan jangan pernah beli hanya karena "yang lain beli" atau "harga lagi naik."

FOMO (Fear of Missing Out) bisa membuat Anda membeli di puncak harga, hanya untuk menjual di titik terendah karena panik.

Sementara The Fed belum memberikan kepastian soal arah suku bunga, dan ketegangan AS-China belum mereda, harga emas bisa terus menanjak. Tapi seperti kata Warren Buffett, "Be fearful when others are greedy."

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research