Durian Bikin Hubungan Ekonomi China-Vietnam Makin Lengket, Kok Bisa?

1 day ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Durian, dengan aroma khasnya yang memikat sebagian dan menghindarkan sebagian lainnya, kini menjadi simbol diplomasi ekonomi yang berkembang antara China dan Vietnam. Di tengah ketegangan Laut China Selatan yang kadang mencuat, kedua negara memilih untuk lebih menekankan hubungan ekonomi dibanding konflik maritim.

Dilansir dari SCMP, Vietnam, yang telah menjadi eksportir durian terbesar ke China sejak Oktober 2024, mengapalkan durian senilai US$ 2,78 miliar dalam 10 bulan pertama tahun ini-naik 42,6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Bahkan, Vietnam kini mengungguli Thailand dalam hal pasokan buah berduri ini ke pasar China, di mana durian dapat mencapai harga US$ 25 per buah di supermarket setempat.

Selain durian, perdagangan lobster Vietnam ke China juga melonjak tajam, dengan pertumbuhan fantastis 3.285% sepanjang tiga kuartal pertama 2024. Keputusan Beijing mencabut pembatasan impor tahun lalu menjadi pendorong utama tren ini. Tingginya angka perdagangan antara kedua negara semakin mendorong urgensi peningkatan konektivitas jalur kereta api untuk mempercepat distribusi barang. Proyek peningkatan jarak rel agar sesuai standar China telah dimulai di perbatasan, dengan rencana integrasi lebih luas di Asia Tenggara.

Namun, diplomasi durian ini bukan hanya tentang perdagangan buah. Inisiatif kereta cepat senilai US$ 67 miliar dari Hanoi ke Ho Chi Minh City menjadi contoh konkret komitmen China terhadap pembangunan infrastruktur di Vietnam. Jalur ini bahkan diproyeksikan untuk terhubung dengan sistem kereta Kunming-Bangkok-Singapura, mempererat konektivitas ekonomi di Asia Tenggara. Dalam konteks ini, China berhasil menunjukkan keunggulannya dalam proyek infrastruktur kompleks (Jennings, 2024).

Ekspor Durian Diam-Diam Terbang 515%Foto: Infografis/ Ekspor Durian Diam-Diam Terbang 515%/ Edward Ricardo
Ekspor Durian Diam-Diam Terbang 515%

Sektor pariwisata juga menjadi elemen penting dalam kerja sama bilateral. China, sebagai penyumbang wisatawan terbesar kedua ke Vietnam setelah Korea Selatan, mengirimkan 1,8 juta pelancong dalam paruh pertama 2024, melonjak dari 557.000 pada periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, wisatawan Vietnam memanfaatkan kereta charter yang mulai beroperasi untuk menikmati salju, fenomena langka di negara mereka. Diplomasi ini menguat melalui kolaborasi hotel-hotel besar dan agen perjalanan.

Di tengah kerja sama pragmatis ini, hubungan China-Vietnam tidak sepenuhnya bebas dari tantangan. Konflik perbatasan dan insiden antara aparat hukum China dan nelayan Vietnam masih menjadi duri dalam daging. Namun, seperti dikatakan Frederick Burke dari Hong Kong Business Association di Vietnam, pendekatan kedua negara kini cenderung lebih fokus pada kerja sama praktis daripada perselisihan prinsipil terkait wilayah maritim. Menurut Zha Daojiong dari Universitas Peking, kerja sama di darat menjadi kunci untuk mengurangi tekanan akibat konflik maritim.

Vietnam sendiri menunjukkan kesiapan lebih besar dalam menjalin kerja sama setelah stabilitas politik domestik tercapai pasca-pemilihan Sekretaris Jenderal baru pada Agustus dan meredanya kampanye anti-korupsi. Stabilitas ini memberikan momentum bagi kedua belah pihak untuk meningkatkan hubungan ekonomi.

Dengan pertumbuhan kelas menengah Vietnam, yang kini mencapai populasi 100 juta, pasar domestik mereka menjadi daya tarik tersendiri bagi perusahaan China. Produk elektronik konsumen seperti TCL dan Xiaomi semakin terlihat di jalanan Ho Chi Minh City, sementara investasi besar seperti saham US$ 150 juta di VinFast oleh pengembang baterai China, Gotion, menandakan meningkatnya sinergi ekonomi. Proyek e-commerce pun melibatkan pemain besar seperti Shein dan Temu, meskipun masih menghadapi tantangan regulasi di Vietnam.

Diplomasi durian ini mencerminkan pendekatan pragmatis kedua negara untuk memprioritaskan keuntungan bersama. Dengan hubungan perdagangan yang terus berkembang dan proyek-proyek strategis yang mendalam, durian tidak hanya menjadi komoditas ekspor tetapi juga simbol manisnya kolaborasi ekonomi di tengah dinamika geopolitik kawasan.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research