Jakarta, CNBC Indonesia - Tak sedikit emiten yang melakukan aksi korporasi sepanjang 2024 salah satunya buyback atau aksi pembelian saham kembali.
Aksi buyback saham kerap mendorong harga saham naik saat transaksi beli oleh emiten terjadi. Aksi buyback juga kerap dinilai oleh para investor bahwa saham tersebut masih memiliki prospek bisnis yang cukup baik sehingga pengendali bersedia untuk melakukan aksi pembelian saham kembali.
Terpantau beberapa emiten melakukan aksi buy back yang cukup fantastis mulai dari emiten di sektor komoditas, perbankan hingga teknologi.
Januari 2024
Aksi buyback pertama datang dari emiten di sektor consumer goods, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) melakukan buyback saham dengan modal sekitar Rp350 miliar atau setara maksimal 1,5% dari seluruh saham perseroan. JPFA menjadi saham yang paling rutin melakukan buyback tiap tahunnya. Sampai 31 Januari 2024, JPFA mencatatkan sekitar 98,9 juta lembar saham treasury hasil buybacknya.
Alasan JPFA melakukan buyback yakni untuk menjaga tren harga sahamnya tetap menarik bagi para holder atau pemegang saham eksisting. Pasalnya, dengan aksi buyback juga bisa meningkatkan return on equity (ROE) perseroan.
Masih dalam bulan yang sama, PT Avia Avian Tbk (AVIA) melakukan pembelian kembali saham Perseroan (buyback) senilai Rp 1 triliun. Buyback sendiri dilakukan sejak taggal 7 Desember 2023 hingga 9 Januari 2024.
Jumlah maksimal saham yang dibeli kembali sebanyak 1,425 miliar lembar saham, atau sekitar 2,3% dari jumlah modal disetor dan ditempatkan Perseroan. Selain itu, persentase aktivitas share buyback yang dilakukan AVIA tidak mendominasi dari total kegiatan pasar saham AVIA.
Berdasarkan data pemegang saham AVIA tanggal 9 Januari 2024, AVIA telah merealisasikan sebesar 104.241.800 lembar saham yang dibeli kembali atau sekitar 7,3% dari jumlah maksimal yang ditetapkan Perseroan.
Melalui program share buyback manajemen berharap bisa meningkatkan kepercayaan serta memberikan tingkat pengembalian yang baik kepada para pemegang saham. Beberapa minggu setelah program share buyback dilakukan, terdapat penambahan pemegang saham institusi baru yang mulai membeli saham AVIA, baik institusi lokal maupun asing. Selain itu, banyak pemegang saham retail atau individu lokal juga turut terlibat dengan tingkat partisipasi yang cukup tinggi.
Februari 2024
Dari sektor perbankan, PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA) berencana melakukan pembelian kembali saham (buyback saham) dan pengalihan saham hasil buyback. Dalam prospektus ringkasnya Senin (19/2/2024).
Manajemen BNGA menyampaikan bahwa pembelian kembali saham akan dilakukan bulan paling lama 12 bulan sejak disetujuinya dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), dengan perkiraan biaya sebesar Rp500 juta, dengan sumber dana dari internal Perseroan dan jumlah maksimum 202.000 saham yang telah dikeluarkan dan disetor penuh.
Pelaksanaan transaksi pembelian kembali saham, tidak akan memberikan dampak negatif yang material terhadap kegiatan usaha mengingat Perseroan memiliki modal kerja dan arus kas yang cukup untuk melakukan pembiayaan transaksi bersamaan dengan kegiatan usahanya.
Maret 2024
PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI) kembali melakukan proses pembelian saham kembali atau buyback setelah mengumumkan laporan keuangan kuartal I tahun 2024.
Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada tanggal 13 Maret 2023 lalu, BRI telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan buyback saham BBRI maksimum sebesar Rp 1,5 triliun yang prosesnya dilaksanakan dalam kurun waktu 18 bulan sejak disetujuinya buyback lewat RUPST.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, perseroan melakukan buyback untuk memberikan sinyal bahwa kondisi Perusahaan jauh lebih baik dibandingkan dengan apa yang dipersepsikan market.
Sementara itu, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu R.K, menyampaikan bahwa fokus manajemen adalah memastikan perusahaan dapat tumbuh dengan lebih baik dan lebih sehat dalam jangka panjang, meskipun itu memerlukan koreksi-koreksi kecil di perjalanan jangka pendek.
April 2024
Emiten pertambangan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) berencana untuk melakukan pembelian kembali saham atau buyback dengan menyiapkan dana sekitar US$12,5 juta atau sekitar Rp 200 miliar.
Berdasarkan informasi dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis pada Jumat (19/4/2024), dana tersebut mencakup biaya transaksi, biaya pedagang perantara, dan biaya lain terkait dengan buyback saham MEDC, yang diperkirakan sebesar Rp 225 juta.
Manajemen Medco Energi Internasional mencatat bahwa jumlah saham yang akan dibeli kembali maksimum adalah 100 juta lembar, setara dengan 0,398% dari total modal yang dimiliki oleh MEDC.
"Sumber dana yang digunakan bukan merupakan dana hasil penawaran umum dan bukan merupakan dana yang berasal dari pinjaman dan/atau utang dalam bentuk apa pun," sebagaimana dikutip di keterbukaan informasi BEI, Senin, (22/4/2024).
Tujuan dari buyback saham ini antara lain untuk meningkatkan Return on Equity (ROE) MEDC dan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan modal serta pengembalian kepada pemegang saham. Selain itu, untuk memfasilitasi pengembalian kelebihan kas dan dana kepada pemegang saham dengan efektif dan efisien.
Mei 2024
Pada periode ini, terdapat empat emiten yang melakukan aksi buyback.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengumumkan rencana pembelian kembali (buyback) saham ADRO pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024 pada Rabu, (15/4/2024).
Presiden Direktur Perseroan Garibaldi 'Boy' Thohir mengatakan perseroan berencana untuk membeli kembali saham dengan jumlah sebanyak-banyaknya Rp4 triliun dan dilaksanakan sejak 16 Mei 2024.
Buyback tersebut telah sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 Tahun 2023.
Kedua dari sektor farmasi, PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) melaksanakan pembelian kembali (buyback) saham maksimum Rp1 triliun dengan jumlah saham maksimum 625 juta lembar saham.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), aksi buyback saham tersebut akan dilaksanakan terhitung sejak tanggal 16 Mei 2024 hingga 15 Mei 2025.
Manajemen menyebut, nantinya pendapatan perseroan akan turun akibat dari pelaksanaan aksi korporasi ini. Sebab perseroan akan menggunakan dana internal sebagai sumber pembiayaan pembelian saham.
Dengan mempertimbangkan penurunan pendapatan dan jumlah saham yang dibeli kembali, perseroan memperkirakan proforma laba per saham periode tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2023 adalah Rp59,6/saham dibandingkan laba per saham yang dibukukan sebesar Rp59,8/saham.
Perseroan membatasi harga pembelian saham sebesar maksimum Rp1.600 per saham.
Mengacu pada Pasal 9 ayat (1) POJK No. 29 Tahun 2023, pembelian kembali saham Perseroan akan dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama 12 bulan setelah tanggal Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menyetujui pembelian kembali saham.
Pembelian kembali saham diharapkan memberikan keyakinan kepada investor atas nilai saham Perseroan secara fundamental. Selain itu, juga memberikan fleksibilitas bagi Perseroan dalam mengelola modal jangka panjang, di mana saham treasuri dapat dijual di masa yang akan datang dengan nilai yang optimal jika Perseroan memerlukan penambahan modal.
Dan ketiga justru kabar pembatalan aksi buy back. Emiten investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) membatalkan rencana buyback saham 75 juta saham. Direktur Investasi SRTG Devin Irawan mengatakan rencana aksi korporasi yang dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) hari ini, Kamis (16/5/2024), dibatalkan.
"Untuk agenda buyback itu tidak jadi, ditiadakan," ujar kata Devin saat public expose SRTG di Raffles Jakarta, Kamis (16/5/2024).
Ia menjelaskan keputusan ini sudah dibicarakan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, Devin tidak menjelaskan lebih lanjut alasan dari batalnya rencana buyback saham ini.
Awalnya, emiten milik Sandiaga Uno ini berencana melaksanakan buyback sebanyak-banyaknya sekitar Rp150 miliar. Jumlah saham yang hendak dibeli kembali, adalah sebanyak-banyaknya 0,54% dari modal disetor SRTG atau sebesar 75 juta saham.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Saratoga mengungkapkan ada dua pertimbangan utama dalam rencana aksi korporasi ini. Antara lain, berhubungan dengan pelaksanaan program insentif jangka panjang untuk karyawan.
Selain itu, SRTG menganggap harga pasar saham saat ini belum mencerminkan nilai atau kinerja yang sesungguhnya, walaupun telah menunjukkan kinerja yang bagus.
Dan terakhir, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham milik perusahaan. Rencana tersebut telah disetujui oleh pemegang saham Perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan yang diadakan pada 14 Mei 2024.
Aksi korporasi tersebut sebanyak-banyaknya Rp895 miliar yang dimulai sejak tanggal 15 Mei 2024 sampai dengan tanggal 31 Desember 2024.
Pembelian Kembali Saham tersebut akan dilaksanakan sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29 Tahun 2023 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka (POJK No. 29/2023).
Manajemen memastikan tidak ada dampak khusus terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha Perseroan.
Juni 2024
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masih memiliki rencana untuk melakukan pembelian kembali saham (share buyback) di pasar modal dengan target mencapai US$ 200 juta atau setara dengan Rp 3,2 triliun dalam setahun ke depan.
Rencana ini sudah mendapatkan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 11 Juni 2024 lalu dengan periode sejak 12 Juni 2024 sampai dengan 11 Juni 2025.
Berdasarkan laporan keuangan GOTO per Juni 2024, GOTO diketahui sudah melakukan pembelian kembali saham perusahaan di publik sebanyak 3.825.000.000 saham seri A dengan nilai mencapai Rp 198,40 miliar. Artinya, GOTO masih memiliki anggaran cukup untuk mengeksekusi buyback sebesar sekitar Rp 3 triliun lebih, sesuai dengan persetujuan pemegang saham.
Tidak diungkapkan berapa harga pembelian saham GOTO di pasar, tetapi jika menghitung dari jumlah rupiah, rata-rata harga pembelian di angka Rp 52/saham. Pada perdagangan Rabu 7 Agustus 2024, jelang penutupan sesi 2, saham GOTO bergerak naik di Rp 51/saham dengan nilai transaksi Rp 53 miliar.
Dalam laporan BEI, 9 Juli 2024, terungkap GOTO memang sudah mengeksekusi buyback tahap pertama Juni 2024 dengan membeli 3,82 miliar saham seri A atau setara 0,32% dari total saham beredar GOTO. Hal ini terlihat dari penambahan saham tresuri hasil buyback
Saham hasil buyback lazimnya akan masuk ke dalam pos saham tresuri perseroan. Mengacu laporan keuangan Juni 2024, saat ini jumlah saham tresuri sebanyak 123.716.132.390 (123,72 miliar saham) dengan saham beredar 1.201.409.662.836 (1,20 triliun saham).
Saham GOTO saat ini terbesar dipegang investor publik (di bawah 5%) untuk seri A dan B sebanyak 83,01%, sisanya SVT GT Subco Singapore Pte Ltd 8,45% dan Taobao China Holding Limited 8,21%. Saham seri B adalah saham dengan hak suara multipel (multiple voting share/MVS) yang diperuntukkan untuk para pihak yang berkontribusi besar kepada perusahaan termasuk founder.
Kemudian dari emiten tambang nikel, PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel melakukan sejumlah aksi korporasi tahun ini. Antara lain, pembelian kembali saham (buyback) dan rights issue, yang keduanya sudah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar bulan Maret lalu.
Dalam rencana rights issue tersebut, perusahaan maksimum menerbitkan 18,92 juta saham atau 30%, dengan nilai nominal Rp100 per unit. Sementara untuk buyback saham, Harita Nickel menganggarkan maksimal Rp1 triliun.
Namun, belum jelas berapa harga pelaksanaan dari kedua aksi korporasi tersebut, serta waktu pelaksanaannya. Harita Nickel pun memberikan penjelasan melalui keterbukaan informasi terkait waktu pelaksanaan kedua rencananya.
"Rencana buyback Perseroan akan didasarkan pada harga saham pada saat Perseroan melaksanakan kegiatan pembelian kembali saham perseroan," ujar Legal Manager & Corporate Secretary NCKL Franssoka Y. Sumarwi dalam keterbukaan informasi, dikutip Kamis (18/7/2024).
Ia memaparkan kisaran jumlah saham yang dibeli sebesar 1% hingga 2% saham, atau sebanyak 630 juta hingga 1,26 miliar saham.
Terkait waktu pelaksanaan, Franssoka mengatakan Harita Nickel masih mempertimbangkan waktu terbaik. Kemudian, ia mengungkapkan pihaknya juga masih mempertimbangkan opsi-opsi terbaik untuk metode pengalihan saham buyback.
Sementara terkait rights issue, Franssoka menyampaikan pihaknya masih dalam tahap negosiasi akhir dengan pihak-pihak terkait serta menunggu keputusan akhir dari manajemen NCKL.
Seperti diberitakan sebelumnya, Harita Nickel hendak melakukan akuisisi tambang nikel baru pada tahun ini. Untuk mendorong aksi tersebut, Perseroan akan melaksanakan right issues untuk menggalang dana tersebut.
Aksi tersebut telah mendapat dukungan pemodal 99,96% alias 58,74 miliar saham dengan tingkat kuorum kehadiran 99,96%. Investor juga menyetujui rencana perubahan Pasal 4 ayat (2) anggaran dasar sehubungan dengan hasil pelaksanaan dari peningkatan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).
Agustus 2024
Emiten Grup Salim PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) mengantongi restu rencana pembelian kembali saham atau buyback 88 juta saham dengan harga maksimum Rp1.700 per saham. Ini disepakati pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang digelar Selasa (6/8/2024).
Dalam keterbukaan informasi, produsen roti merek Sari Roti, Sari Kue dan Sari Choco itu menjelaskan rencana buyback itu bertujuan untuk menstabilkan dan menjaga harga saham ROTI agar mencapai tingkat yang baik.
"Pemegang saham telah menyetujui perseroan untuk melaksanakan rencana pembelian kembali sebanyak-banyaknya 88 juta saham dengan harga maksimum Rp 1.700 per saham," kata ROTI dalam keterbukaan informasi yang dikutip Rabu (7/8/2024).
Perusahaan melanjutkan, aksi ini merupakan katalis positif untuk perdagangan saham ROTI yang saat penutupan Bursa hari Senin kemarin (5/8/2024) tercatat pada harga Rp1.000 per saham.
Dengan begitu, ROTI sebanyak-banyaknya bakal mengeluarkan Rp149,6 miliar untuk rencana buyback saham ini. ROTI mengatakan buyback rencananya akan menggunakan sumber dana internal perusahaan.
Mengacu ke Laporan Keuangan per 30 Juni 2024, dapat dicermati Perolehan Kas Neto dari Aktivitas Operasi mencapai Rp214,1 miliar, yang sudah melampaui kebutuhan alokasi dana Shares Buyback Rp149,6 miliar.
Oktober 2024
Salah satu emiten energi, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) mengumumkan rencana buyback dan divestasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Mengutip keterbukaan informasi, Rabu (9/10/2024), TOBA akan membeli kembali saham sebanyak 816,78 juta lembar atau mewakili sebesar 10% dari modal ditempatkan dan disetor.
TOBA memperkirakan aksi korporasi tersebut bakal menyedot paling banyak Rp 474,58 miliar, dengan asumsi buyback saham terlaksana sepenuhnya.
Perkiraan biaya buyback itu dihitung dengan menggunakan harga saham TOBA pada penutupan perdagangan 4 Oktober 2024, yaitu sebesar Rp 580 per saham. Apabila harga saham saat pelaksanaan buyback berbeda dengan harga yang digunakan sebagai acuan, maka dana yang disisihkan TOBA akan menyesuaikan dengan harga saham terkini di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Manajemen TOBA menjelaskan bahwa sumber dana yang diperkirakan untuk buyback bukan merupakan dana hasil penawaran umum. Manajemen juga menegaskan bahwa dana tersebut bukan merupakan dana yang berasal dari pinjaman atau utang dalam bentuk apa pun.
Selain itu, juga hendak melakukan divestasi dua aset PLTU dengan kapasitas total 200MW melalui penjualan seluruh saham Perseroan (langsung maupun tidak langsung) di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL) dan PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP). Transaksi ini sejalan dengan komitmen Perseroan dalam mencapai target netralitas karbon pada tahun 2030 melalui inisiatif TBS 2030.
Nilai penjualan saham ini mencapai kurang lebih US$ 144,8 juta, yang akan memberikan dampak positif terhadap arus kas Perseroan.
Perseroan akan menerima hasil penjualan dalam bentuk kas yang lebih tinggi dibandingkan dengan total modal yang ditanamkan untuk pembangunan kedua PLTU tersebut sebesar kurang lebih US$ 87,4 juta. Melalui transaksi ini, Perseroan akan memperoleh keuntungan kas disamping dari dividen yang telah diterima selama PLTU beroperasi.
Namun, dari sisi pencatatan akuntansi keuangan, transaksi ini akan mencatatkan kerugian non-kas sebesar kurang lebih US$ 77 juta. Hal ini disebabkan oleh standar akuntansi PSAK yang mengharuskan pencatatan dimuka atas pendapatan konstruksi pembangkit dan transmisi independent power producer (IPP) dengan skema build own operate transfer (BOOT) selama 25 tahun sesuai periode Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) yang berlaku.
November 2024
Salah satu perusahaan manufaktur bahan kimia, PT Lautan Luas Tbk (LTLS) terpantau melakukan aksi pembelian saham kembali atau buyback. Perusahaan memulai periode 21 November 2024 dengan jumlah saham sebanyak 86.178.500. Saham ini meningkat 110.600 menjadi 86.289.100 pada 22 November 2024. Pada 25 November 2024, perusahaan menambah 300 saham lagi, menjadikan totalnya 86.289.400.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)