Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa waktu belakangan ini, gerakan "4B" di Korea Selatan telah menarik perhatian di Amerika Serikat (AS) setelah Donald Trump resmi menjadi Presiden AS terpilih pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Apa itu gerakan "4B"?
Melansir dari The Korea Herald, "4B" adalah gerakan yang muncul pada sekitar 2018 lalu yang muncul di tengah kelompok perempuan. Gerakan sukarela ini mendorong para perempuan untuk menolak pernikahan heteroseksual, melahirkan, berkencan, atau berhubungan seks dengan laki-laki.
Istilah "4B" ini merupakan singkatan yang terdiri atas kata "bihon" (tidak menikah), "bichulsan" (tidak melahirkan), "biyeonae" (tidak berkencan), dan "bisekseu" (tidak berhubungan seks). Pada dasarnya, gerakan "4B" mendorong para perempuan untuk sepenuhnya melepaskan diri dari hubungan dengan laki-laki.
Foto: AFP via Getty Images/ANTHONY WALLACE
People walks on a street in the Gangnam district of Seoul on September 16, 2021. (Photo by Anthony WALLACE / AFP) (Photo by ANTHONY WALLACE/AFP via Getty Images)
Gerakan yang semula muncul di Korea Selatan ini menjalar ke Amerika Serikat. Menurut laporan, jumlah perempuan AS yang mulai melirik gerakan "4B" semakin banyak setelah kemenangan Trump dalam pilpres pada pekan lalu.
Meskipun Trump mengatakan akan memveto (membatalkan keputusan) larangan aborsi federal, ia telah mendukung hak negara bagian untuk memilih melarang atau membatasi akses aborsi setelah pembatalan Roe v Wade. Selain itu, Trump juga mengaku telah mencalonkan hakim untuk mengabulkan putusan tersebut.
Berdasarkan berbagai laporan, pemilihannya dan nasib hak aborsi yang tidak menentu membuat beberapa perempuan AS mulai mempertimbangkan gerakan "4B". Hal ini mulai tampak dari sejumlah unggahan di X (sebelumnya Twitter).
"Perempuan AS, sepertinya sudah waktunya untuk terpengaruh oleh gerakan "4B" Korea," tulis salah satu pengguna X, dikutip Selasa (12/11/2024).
"Sudah saatnya kita bergabung dengan gerakan ini. Laki-laki TIDAK akan diberi penghargaan atau memiliki akses ke tubuh kita," sambung unggahan tersebut.
Menurut tren Google, penelusuran kata kunci "4B" telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada Rabu waktu setempat setelah Pemilu AS. Minat terhadap gerakan tersebut tampak melonjak hingga 450 persen di AS, terutama di Washington, DC, Colorado, Vermont, dan Minnesota.
Sementara itu di TikTok, video tentang gerakan tersebut telah meraup jutaan penayangan (views) karena banyak perempuan muda AS yang menyatakan niat untuk mengikuti tren 4B versi mereka sendiri.
Terkait fenomena ini, profesor sosiologi di Hallym University dan presiden Asosiasi Studi Wanita Korea, Shin Kyung-ah, mengatakan bahwa fenomena perempuan AS untuk mempelajari gerakan "4B" merupakan hal yang sangat positif.
Sebagai informasi, gerakan "4B" sebenarnya pun sempat menjadi perhatian di Korea Selatan. Sebab, gerakan ini dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas terhadap budaya patriarki yang kuat dan dinilai tak bisa diperbaiki di Negeri Ginseng.
Lebih rinci, asal-usul gerakan ini berkaitan dengan tantangan berkelanjutan yang dihadapi perempuan selama modernisasi pesatnya ekonomi. Menurut para pengamat, hal itu disebut menggarisbawahi ketidaksetaraan gender yang terus berlanjut, khususnya bagi kalangan perempuan muda.
Nasib Perempuan di Korea Selatan
Foto: Warga Korea Selatan. (AP / Ahn Young-joon)
Meskipun telah melampaui laki-laki dalam tingkat penerimaan mahasiswa baru sejak 2005, perempuan di Korea Selatan masih tergolong kurang beruntung dalam hal pekerjaan dan upah. Menurut Kementerian Pendidikan, tingkat penerimaan mahasiswa baru perempuan pada 2020 adalah 81,4 persen, sementara laki-laki "hanya" 76,4 persen.
Namun pada 2023, statistik dari Kementerian Kesetaraan Gender dan Statistik Keluarga Korea menunjukkan bahwa hanya 68 persen perempuan berusia 30-an yang bekerja. Angka ini cukup jauh jika dibandingkan dengan 88,9 persen laki-laki berusia 30-an yang bekerja pada tahun serupa.
Korea Selatan juga memiliki kesenjangan upah gender terburuk di dunia. Menurut OECD, pada tahun 2022 perempuan memperoleh penghasilan rata-rata 31,2 persen lebih rendah daripada laki-laki alias kesenjangan lebih dari dua kali lipat rata-rata OECD.
Akibatnya, jalur kehidupan tradisional, seperti pernikahan dan melahirkan anak tampak kurang layak bagi banyak perempuan. Korea Selatan pun memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia, yakni turun menjadi 0,78 pada 2023.
Selain itu, gerakan "4B" muncul sebagai bagian dari respons yang lebih luas terhadap kekerasan gender, terutama yang dipicu oleh pembunuhan seorang perempuan di dekat Stasiun Gangnam di Seoul pada 2016 akibat kebencian umum terhadap perempuan.
Peristiwa tragis ini menarik perhatian nasional terhadap berbagai isu, seperti pembunuhan terhadap perempuan dan kejahatan seks digital. Insiden di dekat Stasiun Gangnam itu pun membuat banyak muncul diskusi tentang misogini atau budaya kebencian terhadap perempuan di negara tersebut.
Dalam tatanan masyarakat yang kompleks, gerakan "4B" dan feminisme telah menjadi isu yang sangat memecah belah di Korea Selatan. Dalam Pemilihan Presiden Yoon Suk Yeol pada 2022 lalu, sosok yang sering menggambarkan diri sebagai Trump versi Korea Selatan itu telah memperdalam perpecahan ini.
Yoon Suk Yeol disebut telah mengusulkan penghapusan Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga. Menurutnya, kementerian tersebut memperlakukan laki-laki sebagai "calon penjahat seks."
Secara kontroversial, Yoon pun pernah menyalahkan feminisme sebagai biang kerok rendahnya angka kelahiran negara itu. Menurutnya, feminisme mengganggu hubungan yang sehat antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu, Yoon pernah mengklaim bahwa "diskriminasi struktural berdasarkan gender" sistemik tidak ada di Korea Selatan, meskipun ada bukti yang menunjukkan bahwa perempuan Korea mendapat peringkat buruk dalam berbagai indikator ekonomi dan sosial internasional.
Posisi dan pernyataan ini telah memicu kecaman luas dari kelompok perempuan dan semakin memecah belah wacana nasional tentang kesetaraan gender.
Gerakan Escape the Corset juga memperoleh momentum. Gerakan ini mendesak para perempuan untuk menentang standar kecantikan yang kaku dengan menolak tata rias dan operasi kosmetik. Berdasarkan hal ini, gerakan "4B" tidak hanya menantang standar-standar ini, tetapi juga lembaga-lembaga yang memperkuat sistem patriarki.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video:Jurus RI Jadi Raja Kosmetik Tanah Air Hadapi Serbuan Impor China
Next Article Kronologi Ribuan Siswa di Korea Keracunan Kimchi