Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki usia 67 tahun pada tahun ini, PT Pertamina (Persero) memperkuat kiprahnya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi yang strategis dan berperan besar dalam perekonomian.
Kontribusi Pertamina dalam perekonomian Indonesia sangat signifikan mulai dari menjaga ketahanan energi hingga menyumbang pendapatan negara. Pertamina bahkan menjadi penyumbang setoran pajak BUMN terbesar sepanjang tahun 2023 kepada negara dengan setoran pajak mencapai Rp224,53 triliun.
Tentunya kontribusi besar ini didorong dari kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) yang solid. Sepanjang tahun 2023, PT Pertamina (Persero) mencatatkan laba total sebesar US$4,77 miliar atau sekitar Rp72,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.255 per US$). Perolehan laba tersebut naik 17% dibanding laba tahun 2022.
Kinerja positif keuangan Pertamina juga nampak pada EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar US$14,36 miliar. Angka ini naik 6% dibanding EBITDA di tahun 2022. Sementara, pendapatan konsolidasian 2023 adalah sebesar US$ 75,79 miliar.
Pertamina berhasil mengelola operasinya untuk mempertahankan pertumbuhan laba. Kinerja keuangan pada 2023 meningkat dibandingkan 2022 karena pengelolaan efisiensi, optimalisasi biaya, liabilitas, dan pembayaran kompensasi.
Foto: pertamina
pertamina
Melalui Subholding Hulu, produksi minyak dan gas (migas) bertumbuh 8% dari tahun 2022 sebesar 967 ribu barel setara minyak per hari (million barrel oil per day/MBOEPD) menjadi 1.044 MBOEPD pada 2023.
Produksi tersebut dialokasikan untuk kebutuhan energi nasional, dimana dari 24% blok dalam negeri yang dikelola Pertamina berkontribusi terhadap pasokan minyak dan gas nasional sebanyak 69% dan 34%. Pada 2023, Pertamina juga melakukan 6 akuisisi blok, termasuk Blok Masela, Blok Bunga dan Peri Mahakam.
Produksi dan pengangkatan keduanya menghasilkan peningkatan sekitar 8%, didorong oleh peningkatan kontribusi dari operasi domestik dan internasional.
Foto: Global Footprint. (Pertamina)
Global Footprint. (Pertamina)
Dari Subholding Pengolahan dan Petrokimia, produksi kilang meningkat 2% dari tahun dari 333 juta barel (BBL) pada 2022 menjadi 341 juta barel pada 2023. Program refinery development master plan (RDMP) Balikpapan telah mencapai 84% per akhir Desember 2023, serta keberhasilan lain seperti inovasi produk energi ramah lingkungan berupa sustainable aviation fuel (SAF), BioSolar B35, dan Pertamax Green.
Hasil produk bernilai pun meningkat sebesar 1%, yang dikaitkan dengan peningkatan kapasitas di unit sekunder dan konversi produk bernilai.
Foto: Pertamina Bisnis Terintegrasi. (Dok Pertamina)
Pertamina Bisnis Terintegrasi. (Dok Pertamina)
Sementara pada bisnis pemasaran dan niaga, melalui subholding Commercial & Trading, realisasi penjualan produk BBM dan Non-BBM juga meningkat sebesar 2%, yakni dari 98 juta kiloliter (KL) pada 2022 menjadi 100 juta KL pada 2023.
Foto: pertamina
pertamina
Selain itu, Pertamina Patra Niaga telah mulai menyalurkan BBM ramah lingkungan Pertamax Green 95, Biosolar 35. Pertamina, di tahun 2023 terus menjalankan program BBM 1 Harga, One Village One Outlet (OVOO) dan Pertashop di seluruh wilayah Indonesia, yang hingga akhir tahun 2023 telah mencakup 98% wilayah.
Sebagai lini bisnis yang berhubungan dengan konsumen, Pertamina terus mengoptimalkan pemanfaatan digitalisasi secara terintegrasi, mulai dari distribusi hingga layanan, sehingga proses bisnis sektor ini dapat menghasilkan efisiensi yang signifikan bagi Pertamina.
Subholding Gas juga berhasil meningkatkan penjualan gas dari 327 ribu BBTU (billion british thermal unit) di tahun 2022 menjadi 337 ribu BBTU di tahun 2023.
Foto: pertamina
pertamina
Kenaikan ini didorong oleh pertumbuhan permintaan dari sektor industri, komersial dan rumah tangga. Sementara itu, jaringan gas (jargas) pada 2023 bertambah 55 ribu, atau secara akumulasi menjadi 820 ribu sambungan rumah tangga (SRT). Sementara, transmisi gas meningkat sekitar 8% dari 493 Miliar SCF di tahun 2022 menjadi 532 Miliar SCF pada 2023.
Subholding Integrated Marine Logistics (SH IML) juga mencatatkan kinerja yang positif di sepanjang 2023. Transportasi kargo Pertamina meningkat 3% dari tahun sebelumnya yakni dari 157 juta KL pada 2022 menjadi 161 juta KL pada 2023.
SH IML saat ini mengoperasikan 784 tanker serta supported vessels di domestik dan 50 rute internasional. Sebagian besar kapal milik Pertamina juga telah menggunakan desain EcoShip, yang berdampak pada penurunan emisi dan efisiensi bahan bakar hingga 8%.
Selanjutnya, penjualan gas meningkat sekitar 3% karena permintaan yang lebih tinggi dari pelanggan industri, komersial, dan rumah tangga, terutama dari Jawa Timur.
Transmisi gas pun juga meningkat signifikan sekitar 8% karena aktivitas yang lebih tinggi dari proyek Jambaran Tiung Biru melalui pipa Gresik-Semarang, serta di wilayah Sumatera Utara dan Kalimantan.
Foto: pertamina
pertamina
Adapun di sisi subholding Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), produksi listrik dari energi baru dan terbarukan, termasuk panas bumi naik 17% dari 4.658 giga watt hour (GWh) pada 2022 menjadi 5.451 GWh pada 2023.
SH PNRE juga melakukan komersialisasi beberapa operasional, diantaranya IPP Jawa 1 Unit 2, Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Rokan, Refinery Unit II, III, IV, dan VI.
Peningkatan signifikan dalam bisnis rendah karbon menghasilkan kinerja positif segmen Listrik & NRE, tercermin dari jumlah listrik yang dihasilkan dari sumber yang bertanggung jawab dan peningkatan kapasitas terpasang.
Foto: pertamina
pertamina
Sebagian besar indikator operasi di seluruh subholding meningkat pada 2023 dibandingkan dengan tahun 2022. Kenaikan operasional Pertamina Grup dipicu oleh tumbuhnya permintaan dari konsumen, terutama pada sektor energi transisi dimana pertumbuhannya cukup tinggi.
Hal ini mencerminkan Pertamina menjalankan visinya untuk mendorong pemanfaatan energi transisi, sekaligus menjaga ketahanan energi nasional pada sektor migas.
Selama tahun 2023, salah satu kunci pemanfaatan digitalisasi di Pertamina diimplementasikan melalui Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC), yang merupakan transformasi digital dalam memonitor dan mengendalikan seluruh proses bisnis Pertamina dapat berjalan dengan baik, termasuk proses distribusi dan ketersediaan pasokan energi.
Selain itu, peningkatan kinerja di sepanjang 2023 terjadi pasca restrukturisasi organisasi pembentukan Holding dan Subholding, kinerja PT Pertamina (Persero). Tantangan global, terutama dengan penurunan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar, berhasil dilalui dengan baik oleh Pertamina melalui pengelolaan operasional yang semakin efisien serta dilakukannya optimalisasi manajemen keuangan.
Kontribusi Pertamina Untuk Indonesia
Sebagai BUMN, PT Pertamina (Persero) berkomitmen turut menggerakan perekonomian nasional. Sepanjang tahun 2023, Pertamina berkontribusi hingga Rp425,5 triliun kepada penerimaan negara. Kontribusi tersebut berasal dari pembayaran pajak dan dividen.
Kontribusi penerimaan negara dari Pertamina terdiri dari pembayaran pajak sebanyak Rp224,53 triliun, yakni Pajak Penghasilan (PPh), pajak dibayar di muka, pajak pertambahan nilai (PPN) keluaran, custom atau bea masuk, dan pajak daerah.
Dan Pertamina pun menjadi penyumbang setoran pajak BUMN terbesar sepanjang 2023 kepada negara, dengan menduduki peringkat pertama sebagai BUMN penyumbang pajak terbesar pada 2023.
Selain pajak, penerimaan lain yakni Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp66,17 triliun, dividen dan signature bonus sebesar Rp14,03 triliun.
Kontribusi lain yang diberikan Pertamina adalah dalam bentuk Minyak Mentah dan Kondensat Bagian Negara (MMKBN) yang pada tahun 2023 mencapai Rp120,79 triliun.
Sementara itu, selain taat pajak, Pertamina juga berkontribusi pada implementasi program kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Sepanjang 2023, Pertamina Group berhasil menyerap TKDN sebesar Rp374 triliun, atau mencapai 47% dari total TKDN BUMN secara nasional. Komitmen Pertamina dalam TKDN bertujuan untuk mendorong bertumbuhnya industri dalam negeri.
Dengan kontribusi Pertamina kepada negara dan industri, diharapkan dapat mendukung multiplier effect yang positif bagi masyarakat, menggerakkan industri di Tanah Air dan mendorong perekonomian nasional.
Foto: Global Footprint. (Pertamina)
Global Footprint. (Pertamina)
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina
Kinerja 2024, Pendapatan Pertamina Nyaris Rp 1000 Triliun
Performa kinerja Pertamina pun terus meningkat. Hal ini dibuktikan dimana PT Pertamina (Persero) mencatatkan pendapatan perseroan sepanjang Januari hingga Oktober 2024 mencapai US$ 62,5 miliar atau sekitar Rp 996,25 triliun.
Pendapatan tersebut lantas berdampak pada laba perusahaan yang tercatat mencapai US$ 2,6 miliar atau sekitar Rp 41 triliun.
Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro mengungkapkan bahwa dengan capaian sampai Oktober 2024 itu, pihaknya optimistis sampai dengan akhir tahun ini akan bisa menyamakan pendapatan pada tahun 2023.
"Kami perlu ceritakan bahwa di 2024 kami mengalami situasi yang memberikanpressuredi bisnismidstream,khususnya di kilang dan ini dibuktikan dengan hal serupa terjadi di banyaknya kilang-kilang di dunia yang harus struggle untuk menjalankan operasionalnya," ungkap Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa (3/12/2024).
Guna mendukung target kinerja perusahaan, sampai Oktober Pertamina sudah menggelontorkan belanja investasi sebesar US$ 4,7 miliar. Di mana, terbesar diutamakan untuk kegiatan hulu yang menghasilkan produksi minyak.
Di sisi lain, Pertamina terus berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi sebagai bagian dari semangat holding-subholding. Sepanjang 2024 misalnya, perusahaan telah berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar US$ 780 juta, yang terdiri dari kegiatancost saving,cost affordance, danrevenue generators.
Pages