Jakarta, CNBC Indonesia - Calon Presiden Partai Republik, Donald Trump, meraih suara terbanyak usai bersaing sengit melawan Calon Presiden Partai Demokrat yang juga Wakil Presiden AS saat ini, Kamala Harris, dalam Pemilu AS, Selasa (6/11/2024).
Dengan demikian, Trump menjadi Presiden AS ke-47 selama empat tahun ke depan. Kesuksesan Trump kali ini tak terlepas dari figur melekat sebagai pengusaha populer yang merintis karier sejak tahun 1968.
Dalam berbagai biografi dan acara, Trump selalu mengaku kesuksesan hari ini diperoleh dari keringat sendiri. Soal perjalanan bisnis hingga punya US$6 miliar atau Rp100 triliun, dia selalu menyebut sebagai self-made billionaire dan tak pernah mendapat bantuan sepeser pun dari pendahulu.
Meski begitu, fakta sejarah berlainan. Kesuksesan dan kekayaan Donald Trump hari ini padahal terjadi berkat bantuan warisan kakek dan ayahnya.
Bagaimana bisa?
Perusahaan yang membuat Trump punya Rp100 T adalah The Trump Organization LLC. Perusahaan punya gurita bisnis yang bergerak di berbagai sektor. Mulai dari perhotelan, lapangan golf, real estate, dan berbagai properti lain. Semuanya tersebar di seluruh dunia.
Meski begitu, Trump bukan peletak dasar kekayaan, melainkan kakeknya bernama Friedrich Trump yang mengawali seluruh kegiatan bisnis Trump. Friedrich Trump merupakan imigran asal Jerman yang datang ke Amerika Serikat untuk mengadu nasib.
Selama di Jerman, Friedrich hidup melarat. Sejak usia belasan tahun dia sudah harus bekerja dan mengambil peran sebagai kepala keluarga usai ayahnya meninggal. Awalnya dia bekerja sebagai petani di ladang anggur.
Perlahan, dia alih profesi menjadi tukang cukur sebelum akhirnya pindah ke AS, tepatnya New York, tahun 1883. Trump dalam autobiografi The Art of the Deal (1987) menyebut, kepindahan kakeknya ke AS disebabkan oleh visi "American Dream" yang gandrung pada masanya.
Saat tiba, Friedrich bekerja lagi sebagai tukang cukur. Lalu enam tahun kemudian mulai mempunyai bisnis cukur rambut dan restoran sendiri bermodalkan uang US$ 600. Dari sini, perekonomiannya mulai membaik.
Titik balik bisnis Friedrich terjadi tatkala dia membeli lahan kosong pada 1893. Nantinya, lahan kosong tersebut bakal difungsikan untuk restoran dan hotel yang bisa mengakomodir para penambang emas di Washington.
Bermodalkan US$ 125, proyek properti pun dimulai. Menurut Gwenda Blair dalam The Trumps: Three Generations of Builders and A Presidential Candidate (2000), bisnis restoran dan properti itu jadi pondasi kekayaan dan kesuksesan yang akan berguna bagi keturunan Friedrich, termasuk cucunya Donald Trump.
Dari semula properti di Washington, bisnis Friedrich merambah ke banyak kota hingga luar negeri. Pada puncak kejayaan, pria kelahiran 1869 mengantongi uang US$ 588 ribu. Sayang, umur Friedrich tak lama. Pada 1919 atau saat berusia 50 tahun dia wafat.
Ketika wafat, kerajaan bisnis jatuh ke tangan putranya, Frederick Trump. Sama seperti ayah, Frederick juga hobi bisnis properti. Dia pun menyatukan berbagai perusahaan warisan ayah di bawah bendera E. Trump & Son. Di sana, dia tak hanya bisnis properti, tapi juga supermarket dan taman hiburan.
Berkat warisan dan kemampuan berbisnis, Frederick dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya dunia. Hartanya US$300 juta atau setara Rp4 Triliun masa kini. Saat wafat pada 1999, seluruh kerajaan bisnis jatuh ke tangan anak dan generasi ketika keluarga Trump, yakni Donald Trump.
Pada titik ini, akumulasi semua itu membuat kekayaan Trump meningkat. Dia pun hidup enak sebab tak merintis karier dan bisnis dari nol. Sampai akhirnya, dia juga memegang pencapaian orang terkaya dunia seperti kakek dan ayah. Hanya saja hartanya lebih banyak yakni sebesar US$ 6 miliar atau setara Rp100 T.
Bermodalkan kekayaan itu, nama Donald Trump makin naik daun. Popularitas di dunia usaha yang kemudian merembet ke dunia hiburan perlahan membawanya masuk ke ranah politik. Sejarah kemudian mencatat Donald Trump sebagai Presiden AS berlatar miliarder pertama sepanjang sejarah negara.
(mfa/mfa)
Saksikan video di bawah ini: