Rezeki Tak ke Mana, Warga RI Gali Tanah Malah Dapat Harta Karun Rp18 M

4 days ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Kisah fiksi sering menceritakan seseorang yang menggali tanah lalu secara tak sengaja menemukan harta karun yang membuatnya kaya raya. Gara-gara fiksi, publik tentu saja tak mudah mempercayainya.

Meski begitu, narasi demikian faktanya pernah dialami oleh warga Kalimantan Selatan bernama Dahri. Saat sedang menggali tanah, Dahri tak sengaja menemukan harta karun senilai Rp18 miliar.

Praktis dia pun menjadi miliarder dadakan. Bagaimana Bisa?

Peristiwa yang mengubah jalan hidup Dahri terjadi pada Juni 1972. Pada suatu hari, Dahri sedang menggali tanah bermodalkan cangkul yang dibawa dari rumah. Dengan mudah, tanah pun langsung tercabik olehnya. 

Namun, belum mencapai kedalaman satu meter, Dahri tiba-tiba menghentikan penggalian. Bukan karena lelah atau malas, tapi pandangannya teralihkan saat melihat benda berkilau muncul di lubang hasil penggalian.  

Setelah diangkat dan dibersihkan, benda tersebut adalah intan yang jadi bahan utama pembuatan berlian. Dahri pun langsung kegirangan sebab berpikir akan menjadi miliarder dadakan.

Seketika, temuan Dahri langsung viral dan menjadi pemberitaan media. Kemudian diketahui intan temuan Dahri senilai 16 karat dan menjadi salah satu yang cukup besar pada masanya. 

"Sebutir intan 16 karat telah ditemukan baru-baru ini di dalam suatu lubang yang dangkal di daerah pendulangan rakyat keramat di kecamatan penghubung wilayah Cempaka, Banjar Baru, Kalimantan Selatan," tulis pewarta Sinar Harapan (27 Juni 1972). 

Tak butuh waktu lama, Dahri langsung menjual intan itu ke pihak terkait demi segepok uang. Tak disangka, dia mendapat uang Rp7 juta dari penjualan intan 16 karat. Pada 1972, uang Rp7 juta sangat luar biasa besar. 

Dalam pemberitaan Suara Pembaruan (8 Januari 1988), harga emas tahun 1972 hanya Rp45, sehingga uang Rp7 juta bisa membeli 15 Kg emas. Jika disandingkan dengan harga emas masa kini (1 gram: Rp1,2 juta), maka 15 Kg emas bisa dibeli seharga Rp18 Miliar.

Artinya, intan 16 karat temuan Dahri setara uang Rp18 Miliar pada masa sekarang. Praktis, bukan uang segepok lagi yang diterima Dahri, tapi malah 'segunung'. Alhasil, dia pun menjadi miliarder dadakan dan banyak menerima selamat atas pencapaian tak sengaja itu. 

Mudah Temukan Berlian

Temuan Dahri bisa menunjukkan bagaimana mudahnya orang menemukan bahan baku berlian itu di Kalimantan. Pernah dalam sejarah warga Kalimantan secara tak sengaja menemukan intan 166 karat seharga Rp15 triliun. Temuan tersebut menjadi penemuan harta karun intan terbesar dalam sejarah. 

Dari temuan tersebut, bisa diketahui benang merahnya, yakni Kalimantan memang pulau penghasil berlian. Popularitas berlian Kalimantan sudah lama menjadi sorotan. 

Pertama, ada penjelajah Portugis bernama Tome Pires. Dalam catatan perjalanan berjudul Suma Oriental, dia melihat banyak kota-kota pelabuhan di Kalimantan, seperti Banjar di Kalimantan Selatan atau Lawe di Kalimantan Barat, telah menjadikan berlian sebagai barang komoditas ekspor.

Bahkan, berlian-berlian dari Kalimantan disebutnya sebagai berlian terbaik di dunia yang tak bisa ditemukan di daerah lain di muka bumi. Selain Pires, pejabat Inggris Thomas Stanford Raffles dalam karya besarnya History of Java (1817) juga menyoroti hal sama.

Saat menjadi orang nomor satu di Hindia Belanda kurun 1811-1816, dia melihat berlian bisa mudah diperoleh di Kalimantan. Entah di sungai, kaki bukit, bahkan dataran biasa. Bahkan, menurutnya, semakin dalam tanah digali, kualitas berlian juga semakin baik.

Tak heran, berlian jadi objek eksploitasi selain rempah-rempah oleh penjajah. Tercatat, sejak 1738, Belanda sudah mengekspor berlian dari hasil tambang di Kalimantan senilai US$200 ribu - US$ 300 ribu setiap tahunnya. Seluruh berlian kemudian digunakan sebagai perhiasan orang-orang kaya di dunia.


(mfa/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Next Article Bongkar Rumah, Kuli Desa Temukan Emas Rp5 Miliar

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research