Trump Bikin Kacau, Asing Kabur Nyaris Rp10 Triliun Dari RI

2 weeks ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing masih terus keluar dari pasar keuangan domestik pada pekan lalu. Investor asing tak segan-segan melakukan net sell dalam jumlah yang cukup besar dalam dua pekan terakhir yang tembus Rp13 triliun.

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 13-16 Januari 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp9,57 triliun, terdiri dari beli neto Rp0,01 triliun di pasar saham, jual neto Rp4,17 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan jual neto Rp5,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 16 Januari 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp2,63 triliun di pasar saham, jual neto Rp0,59 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp5,84 triliun di SRBI.

Besarnya arus dana asing yang keluar pekan lalu bukan hanya terjadi baru-baru ini, melainkan sejak September 2024 khususnya lagi pasca Presiden Terpilih AS Donald Trump menang dalam pemilu AS melawan Kamala Harris pada November silam.

Sejak awal November 2024, terpantau total dana asing keluar dari Tanah Air sekitar Rp51 triliun dengan rincian net sell sebesar Rp10,35 triliun di SBN, Rp16,29 triliun di pasar saham, dan Rp24,07 triliun di SRBI.

Trump Menang, Dana Asing Hilang

Kemenangan Trump membuat pasar keuangan AS tampak menjadi lebih menarik bagi investor. Hal ini dibuktikan dengan indeks dolar AS (DXY) yang menanjak signifikan hingga sempat menyentuh level 110 pada intraday 13 Januari 2025.

Bahkan per hari ini pun (20/1/2025) pukul 10:18 WIB, DXY masih berada di level 109,16.

Tidak hanya itu, imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun yang tinggi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menempatkan dananya.

Lebih lanjut, kemenangan Trump membuat bank sentral AS (The Fed) semakin sulit untuk memangkas suku bunganya di tahun ini mengingat potensi perang dagang hingga tarif impor barang yang masuk ke AS yang berpeluang membuat inflasi AS khususnya dari sisi konsumen kembali menanjak.

Ketika hal ini terjadi, maka suku bunga The Fed akan tetap berada di level yang cukup tinggi dan berujung pada imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun yang masih akan tetap tinggi.

Hal ini semakin dipertegas oleh ekonom Bank of America (BofA) yang menyoroti soal ketangguhan pasar tenaga kerja AS sebagai faktor kunci dalam penilaian ulang mereka, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi tidak mendukung pelonggaran lebih lanjut oleh The Fed.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa inflasi tetap di atas target Fed, dengan proyeksi bank sentral sendiri untuk tahun 2025 menunjukkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi dan risiko yang condong ke atas.

BofA tidak mengantisipasi revisi bulan depan akan secara signifikan mempengaruhi keputusan Fed. Perusahaan ini percaya bahwa pasar tenaga kerja telah stabil setelah periode volatilitas di musim panas dan awal musim gugur, dan bahwa revisi tersebut kemungkinan akan mencerminkan penurunan tingkat, bukan perubahan dalam tren keseluruhan.

Para ekonom juga mencatat bahwa baik inflasi berbasis pasar maupun PCE inti telah mendatar pada tingkat yang tidak sesuai dengan target Fed, sehingga menawarkan sedikit jaminan untuk perubahan kebijakan.

"Kegiatan ekonomi tetap kuat. Kami melihat sedikit alasan untuk pelonggaran tambahan," mereka menyimpulkan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research