Jakarta, CNBC Indonesia - Islandia menjadi pelopor dan unggul dari negara-negara lainnya di Eropa dalam keseimbangan kehidupan kerja dan inovasi ekonomi. Hal ini berhasil dicapai berkat keberanian salah satu negara Nordik itu untuk menerapkan seminggu hanya bekerja empat hari.
Melansir dari The Daily Star, hasil penelitian oleh Asosiasi Keberlanjutan dan Demokrasi Islandia (Alda) dan Autonomy Institute menemukan bahwa kerja hanya empat hari dalam seminggu berhasil menguntungkan perekonomian dan masyarakat Islandia.
Secara perinci, Alda menyebut bahwa pengurangan jam kerja bagi masyarakat Islandia menunjukkan gambaran yang menarik. Pertama, sebanyak 62 persen pekerja yang jam kerjanya dikurangi mengaku merasa lebih puas dengan jadwal mereka.
Lalu, 97 persen percaya bahwa jam kerja yang lebih pendek memudahkan mereka untuk menyeimbangkan pekerjaan dengan kehidupan pribadi dengan 52 persen mencatat adanya peningkatan. Kemudian, 42 persen merasa bahwa jam kerja yang dikurangi berhasil menurunkan tingkat stres dalam kehidupan pribadi, dibandingkan dengan hanya enam persen yang merasakan peningkatan.
Di luar statistik, hasil yang diperoleh juga menunjukkan perkembangan terkait keseimbangan dan kesejahteraan yang dipulihkan. Karyawan Islandia di berbagai industri melaporkan merasa lebih sehat, lebih fokus, dan lebih terlibat dalam pekerjaan.
Peneliti Alda, Gudmundur D. Haraldsson menyebut bahwa keberhasilan penerapan minggu kerja yang lebih pendek di Islandia menunjukkan bagaimana "perekonomian kuat dalam sejumlah indikator" dan para pekerja juga merasa lebih baik.
Saat ada banyak negara yang masih "bergulat" dengan masalah produktivitas dan kelelahan, langkah Islandia diklaim bisa menjadi alternatif yang menginspirasi.
"Bukti kami menunjukkan bahwa saat pekerja memiliki keseimbangan kerja-kehidupan (work-life balance) yang lebih baik dan lebih banyak beristirahat, perekonomian juga diuntungkan," kata direktur penelitian Autonomy, Will Stronge, dikutip Senin (28/10/2024).
Lebih lanjut, Stronge menyebut bahwa perubahan besar ini kemungkinan merupakan hal yang dibutuhkan negara-negara di seluruh Eropa dan sekitarnya untuk mendorong pertumbuhan dan kesejahteraan yang berkelanjutan.
Menurut laporan BBC, pada 2023 lalu perekonomian Islandia tumbuh sebesar lima persen alias melampaui sebagian besar negara Eropa. Selain itu, tingkat pengangguran tetap rendah dan stabil pada angka 3,4 persen alias hampir setengah dari rata-rata ekonomi negara maju Eropa.
Kemudian, Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat kinerja ekonomi Islandia yang kuat dengan menyoroti tingkat pertumbuhan dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya, meskipun ada tantangan ekonomi global yang dihadapi negara-negara lain.
Sebagai informasi, Islandia mulai menerapkan uji coba waktu bekerja empat hari dalam seminggu sejak 2015 hingga 2019. Selama uji coba tersebut, lebih dari 2.500 pekerja sektor publik atau sekitar satu persen dari angkatan kerja waktu bekerjanya dikurangi, yakni dari seminggu 40 jam menjadi 35-36 jam tanpa pemotongan gaji.
Hasilnya, produktivitas di Islandia tergolong konsisten atau meningkat di samping peningkatan besar dalam kesejahteraan pekerja. Selain stres, kelelahan, dan masalah kesehatan yang menurun, kepuasan terhadap keseimbangan kehidupan kerja pun turut meningkat secara signifikan.
Keberhasilan uji coba ini pun menciptakan penerapan yang lebih luas. Pada 2020, serikat pekerja di seluruh Islandia mulai menegosiasikan jam kerja yang lebih pendek untuk puluhan ribu pekerja sehingga memungkinkan sebagian besar karyawan memiliki minggu kerja yang lebih pendek.
Pada 2020 hingga 2022, lebih dari separuh tenaga kerja Islandia telah menerima tawaran pengurangan jam kerja, termasuk empat hari kerja seminggu.
(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini: