Saham Bank Mandiri Masih Diburu Investor Saat Dunia Kisruh

3 weeks ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia -Saham perbankan big caps masih tetap menjadi buruan utama para investor meskipun harganya turun. Salah satunya adalah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Saham Bank Mandiri menjadi salah satu saham yang terkena aliran jual asing di sepanjang 2024 mencapai Rp139 triliun. Hal ini mendorong harga sahamnya terkoreksi di sepanjang 2024 sebesar 5,79%.

Sepanjang tahun ini, saham BMRI telah merosot 6,41% di level Rp5.450 pada perdagangan intraday Selasa (14/1/2025).

Saham-saham perbankan tengah melandai di tengah kencangnya arus modal asing yang keluar dari Indonesia setelah Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden Amerika Serikat (AS).
Arus modal asing tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di negara lain. Hal ini tercermin dari banyaknya mata uang global yang melemah terhadap dolar AS.

Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 6-9 Januari 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp4,38 triliun, terdiri dari jual neto Rp1,92 triliun di pasar saham, jual neto Rp2,90 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), dan beli neto Rp0,44 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 9 Januari 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp1,10 triliun di pasar saham, beli neto Rp3,83 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp2,67 triliun di SRBI.

Akan tetapi ada hal yang menarik, meskipun saham BMRI terus mengalami penurunan, justru jumlah pemegang saham BMRI terus meningkat.

Hingga 31 Desember 2024 jumlah investor saham BMRI tercatat sejumlah 194.709 investor, angka tersebut naik 15.806 investor dari periode bulan sebelumnya.

Nampak investor lokal menjadi penyumbang peningkatan jumlah investor saham Bank Mandiri.

stockbitFoto: stockbit

Hal apa yang mendorong kepercayaan investor meningkat terhadap saham BMRI?

Tentu saja dari sisi kinerja keuangan perseroan, Bank Mandiri kembali mencetak laba bersih pada laporan keuangan per November 2024. Dengan masih tumbuhnya laba perseroan dan penurunan harga saham, hal ini tentu mendorong valuasi saham Bank Mandiri semakin murah, sehingga layak untuk dikejar para investor.

Pada periode November 2024, Bank Mandiri membukukan laba bersih periode berjalan mencapai Rp 47,17 triliun, naik 4,7% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp45,1 triliun.

Peningkatan laba didorong dari jumlah kredit yang diberikan mengalami pertumbuhan sebesar 22,69% menjadi Rp1.283,44 triliun, dari periode sebelumnya sebesar Rp1.046.05 triliun. Pertumbuhan tersebut sudah berada diatas rata-rata industri perbankan yang tercatat tumbuh 10,79%.

Selain itu, pendapatan bunga Bank Mandiri juga melesat 14,34% (yoy), nilainya menembus Rp 101,69 triliun. Dan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) tercatat naik 5,23% (yoy) menjadi Rp 68,55 triliun.

Masih dari sisi pendapatan, pendapatan lain yang salah satunya berasal dari komisi, fee, dan administrasi tercatat sebesar Rp 15,99 triliun, tumbuh 12,83% (yoy).

Kemudian, Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri per November tercatat sebesar Rp1.367 triliun, naik 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara rinci, giro tercatat sebesar 581,49 triliun, tumbuh 17,90% dari sebelumnya Rp493,20 triliun.

Adapun, tabungan naik 12,33% menjadi Rp505,02 triliun, dari periode sebelumnya sebesar Rp449,56 triliun, serta deposito tercatat sebesar Rp280,55 triliun, dari periode sebelumnya sebesar Rp249,46 triliun.

Loan-to-Deposit Ratio Bank Mandiri pun tetap relatif tinggi di level 93,9% pada November 2024, dan menjadi salah satu yang tertinggi di antara big-four
banks lainnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research