Jakarta, CNBC Indonesia - Di tataran level global kini sedang muncul fenomena semakin banyaknya lini usaha yang menagihkan tip kepada pelanggannya. Fenomena ini bahkan memiliki sebutan lain, yakni tipflasi.
"Tipflasi" ini istilah yang dimunculkan oleh seorang pakar etika, Thomas Farley, yang juga dikenal sebagai Mr. Manners. Ia merujuk pada fenomena makin banyaknya tempat usaha seperti restoran, taksi, hingga restoran yang menyodorkan pembayaran tip ke pelanggannya, seperti naiknya harga-harga saat inflasi.
Pada masa-masa di tengah tingginya inflasi, semua barang serba mahal, Thomas berujar, banyak sektor usaha seperti memaksakan pelanggan membayar tip dengan menanyakan "seberapa banyak anda mau membayar tip".
"Rasanya seperti memaksa, rasanya seperti membutuhkan, dan hampir setiap pelanggan yang saya ajak bicara berkata, 'Mengapa bisnis sekarang tidak membayar lebih banyak ke pekerjanya?'" kata Farley dikutip dari CNBC Make It, Sabtu (15/7/2023).
Farley mengatakan, tak usah pusing dengan fenomena itu, malah ada pengetahuan baru yang bisa masyarakat peroleh untuk menentukan mana pekerjaan yang perlu diberikan tip atau tidak.
Berikut ini, saran yang diberikan Farley dan pakar etika lainnya supaya masyarakat tidak asal memberikan tip terhadap tipe pekerjaan, kondisi, atau orang yang menagihkannya:
1. Kalangan profesional
Farley berujar, masyarakat tidak perlu memberikan tip kepada pekerja yang memperoleh gaji dari tempatnya bekerja, termasuk orang-orang yang menjual barang atau jasa di sektor perdagangan.
Dengan begitu, masyarakat tidak perlu memberi tip kepada dokter, pengacara, guru, tukang ledeng, atau teknisi kabel.
"Akan sangat tidak ortodoks dan sangat canggung," kata Farley. Selain itu, dalam situasi tertentu, "Anda dapat terlihat mencoba untuk menjilat atau mungkin semacam suap."
2. Counter service
Pekerja yang bertugas memberikan layanan di gerai atau konter pasti memperoleh gaji dari jasa yang mereka berikan, seperti barista atau kasir. Maka, masyarakat tak perlu memberikan tip kepada mereka meski mereka menyuguhkan pemberian tip melalui tablet atau perangkat lainnya.
"Ketika mereka memberikan perangkatnya, dan masyarakat menjadi merasa segan sehingga memberikan tip, itu sebetulnya tidak perlu diberikan," kata Elaine Swann, pakar gaya hidup dan etika serta pendiri Swann School of Protocol.
Kendati begitu, Swann mengatakan, bukan tidak mungkin tip tidak perlu diberikan kepada pekerja di bidang itu yang memberikan pelayanan lebih. "Misalnya, mungkin Anda sering mengunjungi tempat itu secara teratur dan mereka mengingat pesanan Anda."
3. Acara terbuka yang menaruh stoples tip
Swann juga mengingatkan, jika masyarakat pergi ke acara terbuka seperti di kafe atau bar, stafnya mungkin mengeluarkan stoples tip. "Perlu diingat bahwa pemilik acara itu kemungkinan besar sudah menangani tipnya," kata Swann. "Tip itu akan dimasukkan dalam apa yang harus mereka bayar untuk tempat atau layanan bartending."
Itu berarti masyarakat juga tidak diwajibkan untuk memberi tip. Namun Farley, mengatakan, tip bisa saja diberikan supaya masyarakat mendapatkan layanan yang lebih baik sepanjang malam.
"Jika ada bar yang sibuk, dan ada banyak orang yang harus menerima pesanan, fakta bahwa Anda mengakuinya mungkin membuat Anda menuangkan lebih banyak (tip ke stoples)," ucapnya.
4. Tip ganda
Swann juga mengingatkan, masyarakat tidak perlu memberi tip dua kali untuk layanan yang sama. Swann mengaku, baru-baru ini mendengar keluhan dari seorang wanita yang memberi tip kepada pelayan yang mengerjakan layanan kuku di salon dan kemudian diminta untuk memberi tip lagi saat membayar di konter. "Itu hanya perlakuan perusahaan yang mencoba mendapatkan lebih banyak uang dari Anda."
5. Layanan yang buruk
Swann menyarankan supaya masyarakat tidak memberikan tip kepada usaha yang memberikan layanan buruk, seperti di tempat cukur rambut atau restoran.
Namun, khusus untuk restoran, Swann mengingatkan, tidak ada salahnya memberikan tip ke pelayan, sepanjang kepuasan masyarakat terhadap layanannya tidak terganggu dengan hal-hal teknis, seperti makanan yang lama keluar hingga tempat yang berisik. Namun, besaran tip menurutnya bisa dikurangi, misal dari 20% menjadi 10%.
"Jika makanan terlalu lama keluar, itu masalah dapur. Jika tidak disiapkan dengan benar, itu masalah dapur. Jika lingkungannya tidak menyenangkan, katakan karena terlalu berusik, itu tidak ada hubungannya dengan pelayanan," ujarnya.
(miq/miq)
Saksikan video di bawah ini: