Perjalanan Pasar Keuangan RI 2024: Diselimuti Awan Gelap

1 month ago 15

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak penuh volatilitas sepanjang 2024. Sentimen seputar suku bunga dan daya beli masyarakat menjadi pendorong utama pasar.

Beragam catatan dan kejadian pasar keuangan akan dibahas pada Newsletter kali ini. Pada halaman pertama akan disuguhkan catatan perdagangan pasar saham selama setahun dan halaman kedua catatan perjalanan nilai tukar rupiah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada akhir perdagangan Senin (30/12/2024), di mana pada merupakan perdagangan terakhir di 2024.

IHSG ditutup menguat 0,62% ke posisi 7.079,9. IHSG masih berada di level psikologis 7.000. Sementara sepanjang tahun indeks utama pasar saham Indonesia terkoreksi 2,65%, sekaligus menjadi performa terburuk sejak 2020 (era pandemi Covid-19).

Meskipun menutup tahun di zona negatif, IHSG sempat mencatatkan harga tertinggi sepanjang masa di 7.905,39 pada 19 September 2024. Sedangkan titik terendah di 6.726,92 pada 19 Juni 2024.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan terakhir 2024 mencapai sekitar Rp11 triliun dengan melibatkan 23 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1 juta kali. Sebanyak 338 saham menguat, 251 saham melemah, dan 210 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penopang terbesar IHSG di perdagangan terakhir 2024 yakni mencapai 3,01%.

Sementara dari sisi saham, emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi penopang terbesar IHSG yakni mencapai 13,8 indeks poin.

Selain itu, ada pula tiga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu yakni PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) masing-masing sebesar 11,2, 2,9, dan 1,9 indeks poin.

IHSG menutup perdagangan terakhir 2024 di level psikologis 7.000, tepatnya di level 7.079-an. Sayangnya, IHSG gagal untuk berakhir di level psikologis 7.100. 

Pergerakan pasar saham tanah air tahun ini meninggalkan berbagai catatan. Bahkan ada sejumlah aturan bahkan sempat mengundang "kemarahan" investor karena dinilai merugikan.

Sepanjang 2024, BEI mengeluarkan sejumlah regulasi baru yang sempat mengguncang pasar saham, mulai dari Full Call Auction (FCA), short selling, hingga single stock futures.

Penerapan Full Call Auction (FCA) menjadi perhatian khusus para investor maupun trader pada tahun ini. FCA yang diimplementasikan sejak 25 Maret 2024 dan merupakan kelanjutan tahap I (hybrid call auction) yang sudah diterapkan pada 12 Juni 2023, sempat di kecam oleh beberapa pelaku pasar. Tak sedikit pula investor yang protes atas kebijakan metode FCA ini.

Mula keributan FCA terjadi usai suspensi saham Energi Baru dan Terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) kembali dibuka pada perdagangan sesi I Rabu (29/5/2024).

Namun sayangnya, setelah dibuka suspensinya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), kini saham BREN diperdagangkan menggunakan sistem FCA. Saham BREN saat itu pun langsung anjlok dengan menyentuh auto reject bawah (ARB).

Sejak keributan saat itu, BEI pun mengkaji ulang sistem FCA dan merevisinya pada Juni 2024. Sebagaimana diketahui, terdapat 11 kriteria yang menyebabkan suatu saham masuk dan keluar dari PPK FCA.

Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengubah beberapa kriteria saham notasi khusus yang dapat berpotensi masuk FCA. BEI pun merevisi kriteria nomor 1, 6, 7 dan 10.

Selain itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan aturan terkait margin short selling pada 3 Oktober 2024. Akan tetapi, pada implementasinya sampai saat ini belum ada Anggota Bursa (AB) yang telah menerima lisensi sebagai penyedia Short Selling sehingga layanan tersebut belum bisa dimanfaatkan oleh investor.

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik mengungkapkan terdapat 23 Anggota Bursa (AB) yang berminat untuk mengajukan lisensi sebagai penyedia short selling.

Jeffrey berharap proses ini bisa dilakukan dengan lancar sehingga pada akhir 2024 diharapkan sudah ada AB yang telah menerima lisensi short sell dan pada kuartal satu 2025 sudah ada AB yang memfasilitasi short sell kepada investor.

Manfaat short selling dapat menambah likuiditas dan dapat memaksimalkan profit kepada investor baik dalam kondisi market bullish dan bearish.

Pada tahun ini, BEI meluncurkan produk derivatif baru yakni Single Stock Futures (SSF) pada November 2024. Dengan produk ini, masyarakat bisa membeli kontrak saham blue chip dengan lebih hemat.

Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, saat ini sudah ada tiga anggota bursa (AB) yang telah mendapatkan izin penyelenggara SSF. Ia juga berharap pada saat peluncuran sudah ada investor yang mentransaksikan produk baru itu.

Single Stock Futures (SSF) merupakan Perjanjian atau kontrak antara dua belah pihak untuk menjual atau membeli suatu saham. Dengan kata lain, yang menjadi underlying SSF nantinya adalah saham.

Perbedaan utama antara SSF dan saham terletak pada modal transaksi. Jika membeli saham harus menyiapkan modal penuh sebesar 100% dari harga 1 lot, Fee Transaksi SSF bisa berkisar hanya 4% dari harga 1 lot tersebut per kontrak. Selain itu, investor bisa mengambil posisi short saat market turun.

Dengan adanya instrumen ini, investor pun bisa menikmati pergerakan harga emiten-emiten 'mahal' dengan merogoh kocek yang tidak terlalu besar. Apalagi SSF menggunakan underlying saham konstituen Indeks LQ45, dengan satuan kontrak sebanyak 100 saham.

Pages

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research