Jakarta, CNBC Indonesia - Keganasan perang masih terus terjadi di Timur Tengah. Sepanjang akhir pekan kemarin, genosida ke warga Gaza, Palestina masih terus dilakukan tentara Israel.
Kantor berita Wafa melaporkan, bahwa sebuah ledakan besar mengguncang daerah Abu Mahadi di sebelah barat kamp pengungsi Nuseirat. Beberapa bangunan tempat tinggal di dekatnya juga meledak.
Wafa juga melaporkan bahwa pesawat tempur Israel melancarkan serangan udara di dekat Rumah Sakit Yordania di Kota Gaza dan juga di kota Rafah di Gaza selatan. Belum ada laporan mengenai korban yang diakibatkan oleh serangan-serangan tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza kembali memberi update terbaru total warga Gaza yang tewas. Per Senin (30/12/2024) sejak Oktober 2023, total warga Gaza tewas mencapai 45.514.
Kementerian tersebut juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sedikitnya 108.189. Perang telah terjadi 14 bulan dan belum menemukan titik temu pembicaraan gencatan senjata.
Dibalik perang yang masih berlanjut hingga hari ini, terdapat beberapa pihak yang diuntungkan, termasuk produsen senjata.
Harga saham perusahaan-perusahaan pertahanan besar di Amerika Serikat (AS) naik setelah Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023. Kontraktor pertahanan Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan RTX atau yang sebelumnya Raytheon, semuanya menyebutkan potensi peluang bisnis perang Israel-Hamas.
Para eksekutif meninjau bisnis penjualan alat perang, dapat dipengaruhi oleh perang antara Israel dan Hamas.
Sebelum perang Israel vs Hamas, perusahaan senjata juga diuntungkan oleh berkobarnya perang Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022.
Berikut beberapa saham senjata di sektor pertahanan yang tercatat di bursa saham AS:
1. Lockheed Martin (NYSE:LMT)
Lockheed Martin adalah perusahaan pertahanan terbesar di dunia dan kontraktor terbesar pemerintah AS. LMT adalah kontraktor utama F-35 Joint Strike Fighter, pesawat termahal di dunia. Fasilitas penelitian Lockheed yang legendaris "Skunk Works" di California terkenal di dunia, dan perusahaan tersebut telah memanfaatkan kekuatan penelitiannya untuk menjadi pemimpin dalam bidang pesawat tempur canggih, rudal berteknologi tinggi, dan elektronik mutakhir.
Perusahaan ini memproduksi F-35 Joint Strike Fighter dan juga melihat prospek pendapatan yang cerah, sebagian karena perang Israel-Hamas.
Disepanjang 2024, saham LMT naik sebesar 7,21% dengan ditutup di level US$485,94 per 31 Desember 2024.
2. Boeing (NYSE:BA)
Boeing terkenal dengan pesawat komersilnya, namun bisnis pertahanannya cukup besar untuk menduduki peringkat teratas dalam industri penerbangan. Boeing membuat beberapa pesawat dan helikopter berbeda untuk Pentagon dan juga terlibat dalam misi luar angkasa. Bisnis pertahanan perusahaan juga telah merambah ke kapal selam otonom dan produk lainnya.
Akan tetapi banyaknya kasus kecelakaan terhadap pesawat komersilnya, mendorong penurunan harga saham BA. Disepanjang 2024, pergerakan harga saham BA merosot 32,10% di level US$177 per 31 Desember 2024.
3. Northtop Grumman (NYSE:NOC)
Northrop Grumman bertanggung jawab atas pembom siluman dan memiliki portofolio luar angkasa yang besar. Perusahaan ini terkait erat dengan triad nuklir, yaitu kombinasi rudal nuklir, pembom, dan kapal selam yang mampu menyerang balik jika suatu negara diserang.
Northrop Grumman kurang spesifik dalam laporan pendapatannya pada tanggal 26 Oktober 2023, namun masih merujuk pada kemungkinan investasi sistem persenjataan baru sebagai akibat dari perang Israel-Hamas.
Disepanjang 2024, harga saham NOC sempat memuncak pada 1 Oktober 2024 di level tertinggi US$555,57 sebelum pada akhirnya merosot. Sehingga kenaikan pergerakan saham NOC disepanjang 2024 hanya tercatat sebesar 0,25% di level US$469,29 per 31 Desember 2024.
4. General Dynamics (NYSE:GD)
General Dynamics adalah salah satu dari dua pembuat kapal militer utama dan memiliki portofolio tank dan kendaraan darat yang menjadikannya salah satu vendor pilihan Angkatan Darat A.S. General Dynamics juga memiliki salah satu bisnis TI dan layanan terbesar yang berfokus pada pertahanan, sehingga memberikan stabilitas pendapatan pada saat Pentagon mengurangi pembelian peralatan.
Disepanjang 2024, saham GD tercatat mengalami sedikit kenaikan 1,47% di level US$263,49 per 31 Desember 2024.
5. Raytheon Technologies (NYSE:RTX)
Raytheon Technologies tidak membuat kapal perang atau pesawat tempur, namun memiliki peran dalam berbagai platform militer penting yang dipimpin oleh kontraktor lain. Ini adalah produk merger tahun 2020 antara Raytheon, spesialis elektronik pertahanan dan rudal, dan United Technologies, yang membuat mesin pesawat dan berbagai suku cadang luar angkasa lainnya.
Disepanjang 2024, pergerakan saham RTX mencatatkan kinerja saham yang cukup baik dengan melesat 37,53% di level US$115,72 per 31 Desember 2024.
6. Leidos Holdings (NYSE:LDOS)
Leidos Holdings adalah perusahaan teknologi informasi (TI) pemerintah terbesar. Perusahaan ini juga secara aktif melakukan ekspansi ke bidang perangkat keras, menyediakan perangkat elektronik dan otak untuk kapal otonom dan membangun portofolio yang kuat dalam kemampuan penelitian rahasia yang ditujukan untuk komunitas intelijen dan luar angkasa.
Tak kalah dengan saham RTX, saham LDOS juga mencatatkan kinerja harga saham yang ciamik dengan naik 33,09% sepanjang 2024 dengan menutup akhir tahun di level US$144,06 per 31 Desember 2024.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)