Orang Terkaya di Jakarta ini Tak Disangka Cebok Pakai Uang Kertas

1 month ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Kelakuan orang kaya yang pamer harta memang kerap menyebalkan. Salah satunya pernah dilakukan Oei Tambah Sia yang tak cuma pamer harta, tapi juga hobi menghamburkan uang dan cebok pakai uang kertas. 

Oei Tambah Sia sebenarnya sudah kaya dari lahir. Dia mendapat warisan dari orang tua yang merupakan pengusaha di Batavia. Namun, kekayaan membuat Oei terlena. Dia malah arogan dan sombong. 

Bermodalkan warisan orang tua, Oei sering main sabung ayam, berjudi, menghisap narkoba, dan menunjukkan sikap arogan.

Alwi Shahab dalam Oey Tambahsia, Playboy Betawi (2007) menjelaskan, salah satu sikap arogan tersebut terlihat saat dirinya buang hajat di pinggir kali. Semasa hidup, dia yang punya uang banyak sering cebok menggunakan uang kertas. Lalu, uang kertas itu diambil dan menjadi rebutan orang-orang miskin.

Selain itu, sikap arogan lain juga terlihat saat Oei berupaya memanfaatkan kekayaan untuk memiliki banyak wanita. Dia memang dikenal sebagai pria tampan dan fashionable. Praktis, mudah baginya untuk menggaet perempuan.

Achmad Sunjayadi dalam [Bukan] Tabu di Nusantara (2018) menceritakan, Oei tak puas dengan satu perempuan. Dia sering gonta-ganti perempuan yang cantik. Bahkan, dia punya bungalow khusus di kawasan Ancol sebagai tempat dia bersantai dengan para perempuan.

Biasanya dia mencari perempuan dengan menunggangi kuda sembari berkeliling kota. Jika tidak ketemu, maka dia meminta germo untuk mencarikan perempuan. Atau jika kepepet, maka dia mengambil paksa perempuan dari rumah.

Dengan sikap seperti itu, orang-orang hanya diam seribu kata. Sulit bagi mereka melawan orang punya uang dan kuasa. Alhasil, kelakuan Oei pun makin menjadi-jadi.

Dari deretan kelakuan nyeleneh pria kelahiran 1827 itu, pada akhirnya ada satu yang membuatnya tersandung. Kisah ini bermula saat dia mendekati perempuan berprofesi pesinden bernama, Mas Ajeng Gunjing.

Pertemuan Oei dengan Ajeng terjadi di Pekalongan saat menghadiri pesta pernikahan. Seperti yang sudah-sudah, dia mudah membawa Ajeng ke Jakarta untuk diajak bermesraan. Perempuan itu pun ditempatkan di bungalow miliknya.

Pada suatu waktu, Ajeng jatuh sakit dan dipindahkan ke rumah pribadi Tambah di Tangerang. Di sini, Ajeng dikunjungi saudara kandungnya, Mas Sutejo. Keduanya langsung akrab sebab masih sedarah. Namun, Oei tak mengerti dan melihat itu sembari dipanasi bara api cemburu.

Kemudian, Oei memerintahkan anak buahnya buat membunuh Sutejo. Maka, tewaslah pria Pekalongan itu. Untuk mengelabui, dia juga membunuh anak buahnya dan menuduh pesaingnya Liem Soe King sebagai tersangka.

Namun, akal bulus Oei tercium polisi yang sudah jengah atas tingkah lakunya sejak dahulu. Aparat tak percaya dan sukses mengumpulkan bukti hingga menyatakan bahwa Sutejo tewas di tangan Tambah. Dari sini, dia dibawa ke pengadilan.

Hakim memberi vonis hukuman mati. Akhirnya, pada 1851, dia dihukum gantung di depan Balai Kota (kini kawasan Kota Tua). Hukuman gantung itu disaksikan secara luas oleh warga Jakarta, sembari mengingatkan bahwa tak ada satupun orang yang bisa bertindak sewenang-wenang.


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Parle Resto & Cafe, Level up Experience Kuliner Indonesia!

Next Article Nasib Kelas Menengah RI Suram, Orang Kaya Makin Kaya

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research