Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Zambia, Kwacha, ambruk ke level terendah dalam sejarah melawan dolar Amerika Serikat (AS). Bencana kekeringan membuat ekonomi Zambia hancur dan berhutang dalam jumlah besar hingga memporakporandakan ekonomi negara tersebut.
Dikutip dari Refinitiv, Kwacha pada Kamis (8/1/2025) diperdagangkan di posisi ZMW 28,13/US$1. Posisi tersebut adalah yang terendah dalam sejarah. Pada 2024, mata uang Kwacha ambruk 8,41% terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Zambia sedang mengalami salah satu musim pertanian terparah dalam lebih dari 40 tahun. Kekeringan yang terjadi sejak 2023 tersebut menyebabkan kerugian besar pada tanaman dan ternak serta sangat mempengaruhi kesejahteraan dan mata pencaharian komunitas di seluruh negeri.
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut ada 84 dari 116 distrik di negara ini telah terdampak oleh krisis ini.
Pada 29 Februari 2024, Presiden Zambia menyatakan keadaan darurat nasional akibat kekeringan yang berkepanjangan. Negara ini juga masih dalam proses pemulihan dari wabah kolera yang dimulai pada Oktober 2023, dengan lebih dari 21.000 kasus yang dilaporkan.
Penurunan akses terhadap air juga menyebabkan wabah diare dan penyakit yang ditularkan oleh vektor lainnya, yang memperburuk krisis kesehatan.
Kekeringan juga membuat pemerintah Zambia gagal bayar pada awal 2024.
Kesepakatan restrukturisasi utangnya dan telah jatuh hampir 15% dalam enam bulan terakhir.
Foto: Zambia. (AP Photo)
Zambia. (AP Photo)
"Dalam pasar lokal seperti ini, beberapa pembayaran besar untuk listrik impor, atau sejenisnya, bisa dengan mudah membuat Zambia melemah," kata Charlie Robertson, kepala strategi makro di FIM Partners, kepada Reuters.
Access Bank Zambia dalam catatan penelitiannya menjelaskan kekeringan membuat Zambia krisis pasokan listrik hingga memaksa perusahaan-perusahaan pertambangan untuk mengurangi produksi tembaga, yang merupakan penghasil devisa utama. Dampak parah El Nino menyebabkan kekeringan terburuk di Afrika Selatan dalam seratus tahun terakhir, menghancurkan produksi tanaman dan memaksa otoritas Zambia untuk mengurangi pembangkit listrik di bendungan Kariba, sumber utama listrik negara tersebut.
"Jumlah air yang tersedia untuk pembangkitan listrik tenaga air masih tidak mencukupi untuk operasi yang berkelanjutan, terutama mengingat pola curah hujan regional yang tidak dapat diprediksi," kata perusahaan listrik negara Zesco pada hari Selasa lalu.
Kwacha Zambia anjlok ketika negara itu gagal membayar utang luar negeri sebesar US$11 miliar pada November 2020, tetapi sempat melonjak 20% pada Februari lalu ketika terlihat jelas bahwa upaya restrukturisasi utangnya akan berhasil. Seorang analis keuangan di Lusaka mengatakan beberapa perusahaan menjual dolar pada sesi Rabu untuk mempersiapkan pembayaran pajak lokal minggu depan, memberikan dukungan bagi kwacha.
Dilansir dari Refinitiv, kwacha tampak kembali terpuruk melawan Greenback beberapa waktu terakhir. Per 9 Januari 2025, posisi kwacha berada di angka ZMW 28,13/US$1. Posisi ini juga merupakan yang terlemah disepanjang sejarah.
Kondisi Zambia Masih Mengenaskan
Kegagalan panen secara luas dan melumpuhkan infrastruktur negara yang bergantung pada tenaga hidroelektrik menjadi dampak dari kekeringan yang terus terjadi di Zambia.
Sebanyak 95% dari pasokan listrik negara berasal dari hidroelektrik, yang menyebabkan pemadaman listrik berkepanjangan hingga 17 jam sehari.
Banyak orang kini menghadapi kelaparan dan kesulitan ekonomi yang parah, karena petani dan bisnis pertanian kehilangan pendapatan dan keuntungan yang signifikan.
Tanpa listrik, layanan penting seperti rumah sakit dan toko makanan berada dalam risiko, dan pompa air berhenti beroperasi, yang membatasi akses masyarakat terhadap air dan sanitasi dasar. ATM dan lampu lalu lintas offline, bisnis berjuang untuk beroperasi dalam kegelapan, dan cadangan makanan yang berharga rusak karena lemari es tidak dapat digunakan setelah pemadaman listrik harian yang berkepanjangan.
Efek berantai dari krisis lingkungan dan ekonomi ini dapat berdampak mendalam pada kesehatan mental, memicu depresi yang meluas. Ketika orang dihadapkan pada ketidakpastian yang konstan mengenai kebutuhan dasar mereka seperti makanan, air, dan listrik dapat menjadi sangat berat.
Tekanan pada mata pencaharian, ditambah dengan ketidakmampuan untuk merencanakan masa depan, membuat banyak orang merasa tidak berdaya dan kelelahan secara emosional.
Dari sisi ekonomi, laju kenaikan harga yang cukup cepat atau yang dikenal dengan istilah inflasi tampak memberikan tekanan tersendiri bagi masyarakat Zambia.
Inflasi yang meningkat, ditambah dengan inflasi pangan yang tinggi dan kenaikan harga komoditas, akan menghambat akses terhadap makanan bagi populasi rentan.
Foto: REUTERS/Oliver Mubonde
Parts of the Kariba Dam hydroelectric plant are seen from Siavonga district, Zambia November 8, 2024 REUTERS/Oliver Mubonde
Untuk diketahui, tingkat inflasi tahunan Zambia meningkat menjadi 16,7% pada Desember 2024, naik dari 16,5% pada bulan sebelumnya, melanjutkan tren percepatan inflasi selama 18 periode berturut-turut.
Ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak November 2021, di tengah melemahnya mata uang domestik karena negara ini terus menghadapi dampak negatif dari kekeringan yang berkepanjangan. Pertumbuhan harga pangan naik menjadi 18,6%, dari 18,2% pada November, dan inflasi non-pangan mempercepat menjadi 14,2%, dari 14,1% pada bulan lalu. Secara bulanan, harga konsumen naik 1,2% pada November, turun dari kenaikan 1,6% pada bulan sebelumnya.
Menanggapi tingginya angka inflasi di Zambia, Bank of Zambia memutuskan untuk terus menaikkan suku bunganya disepanjang 2024.
Bank Sentral Zambia menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 14% pada pertemuan rutin tanggal 13 November 2024, setelah mempertahankannya pada 13,5% pada bulan Agustus. Keputusan ini meningkatkan biaya pinjaman ke level tertinggi sejak April 2017, dengan tujuan untuk mengatasi tekanan inflasi yang terus-menerus dan mengendalikan ekspektasi.
Kenaikan sebesar 50 bps pada November tahun lalu semakin menambahkan total kenaikan suku bunga Zambia selama 2024. Sebagai catatan, selama 2024, Bank of Zambia telah menaikkan suku bunga sebesar 300 bps yakni dari 11% menjadi 14%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)