Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan diproyeksi masih berada di zona surplus periode Desember 2024. Surplus kali ini diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2024 pada Rabu (15/1/2025).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Desember 2024 akan mencapai US$3,55 miliar.
Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan November 2024 yang mencapai US$4,42 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 56 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI), Kurniawati Yuli Ashari menyampaikan bahwa harga batu bara cenderung mengalami penurunan. Apalagi batu bara merupakan komoditas utama ekspor Indonesia.
Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara secara bulanan pada Desember 2024 mengalami depresiasi sebesar 7,57% yakni dari US$137,4 per ton menjadi US$127 per ton.
Jika dilihat secara bulanan, penurunan harga batu bara Desember 2024 juga merupakan yang terparah sejak Januari 2024 atau hampir satu tahun terakhir.
Semakin rendahnya harga batu bara ini membuat surplus neraca perdagangan Indonesia berpotensi mengalami penurunan mengingat porsi batu bara sebesar 11,53% (pada November 2024) dan merupakan komoditas unggulan jika dibandingkan besi dan baja maupun Crude Palm Oil/CPO dan turunannya.
Hal ini semakin diperparah setelah data dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Caixin China menunjukkan terjadi penurunan pada periode Desember 2024.
Sebagai informasi, PMI Manufaktur HSBC China adalah indikator komposit yang dirancang untuk memberi pandangan menyeluruh mengenai aktivitas sektor manufaktur dan berfungsi sebagai indikator penting mengenai ekonomi keseluruhan.
Nilai indeks di bawah 50 mengindikasikan bahwa ekonomi manufaktur menurun, sedangkan nilai indeks di atas 50 mengindikasikan ekspansi sektor manufaktur.
Per Desember 2024, angka PMI Manufaktur China sebesar 50,5. Posisi ini lebih rendah dibandingkan periode November 2024 yang sebesar 51,5.
Hal ini juga disampaikan oleh Kurniawati bahwa turunnya ekspor Indonesia diakibatkan karena turunnya PMI manufaktur China sebagai mitra dagang utama Indonesia.
RI Sangat Bergantung Pada Batu Bara
Ketergantungan Indonesia pada batu bara dalam komposisi neraca perdagangan terlihat dalam realisasi ekspor batu bara di 2024 yang tercatat cukup besar yakni 436,32 juta ton.
Kendati terlihat cukup besar, namun angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan target ekspor batu bara di 2024 yang sebesar 490 juta ton.
Foto: Realisasi Produksi & Penjualan Batu Bara
Sumber: MODI ESDM
Tidak hanya ekspor batu bara yang meningkat, namun produksi realisasi produksi batu bara sepanjang 2024, per Selasa, 14 Januari 2025 sudah mencapai 831,57 juta ton.
Realisasi produksi batu bara pada 2024 ini terpantau melebihi sekitar 17% dari target yang ditetapkan sebesar 710 juta ton.
Hal tersebut terpantau dalam catatan Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)