Kado Tahun Baru Buat Prabowo: Mimpi Buruk PMI Manufaktur RI Berakhir!

1 month ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia- Aktivitas manufaktur Indonesia akhirnya bangkit setelah lima bulan terpuruk.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global hari ini, Kamis (2/1/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 51,2 pada Desember 2024. Angka ini memastikan PMI Indonesia kembali ke jalur ekspansif setelah terkontraksi selama lima bulan. Angka PMI ini juga menjadi yang tertinggi sejak tujuh bulan terakhir.

Seperti diketahui, PMI Manufaktur Indonesia mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).

Terakhir kali Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama lima bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 di mana aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P menjelaskan PMI Indonesia akhirnya kembali ekspansif ditopang oleh produksi dan pesanan baru yang lebih tinggi.

Kenaikan pesanan ini terjadi di tengah laporan mengenai kondisi permintaan yang lebih positif dan optimisme terhadap masa depan. Tak hanya itu, perusahaan juga kini menambah staf serta meningkatkan aktivitas pembelian mereka.

Kenaikan inventaris juga terlihat karena para produsen memandang adanya perbaikan pertumbuhan di masa datang pada 2025.

Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, mengatakan kembali ekspansifnya PMI Indonesia pada Desember adalah kabar baik.

"Ini adalah fase ekspansif untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun di tengah bukti adanya peningkatan penjualan dan produksi. Selain itu, ada harapan besar bahwa tren positif ini dapat dipertahankan," ujarnya dikutip dari website resmi S&P.

Dia menambahkan proyeksi aktivitas manufaktur RI juga masih cerah dengan banyak perusahaan yang mengharapkan peningkatan produksi pada 2025 seiring dengan stabilisasi kondisi makroekonomi dan perbaikan daya beli di kalangan klien. Sebagai hasilnya, kegiatan pekerjaan dan pembelian meningkat.

"Namun, tren harga kurang positif dengan tekanan biaya yang sedikit menguat sejak November dan tarif output yang kembali dinaikkan. Meskipun inflasi tetap terkendali secara luas untuk saat ini dan berada di bawah rata-rata jangka panjang, tren harga tentu akan diawasi dengan cermat di tahun baru." imbuh Paul.

S&P mencatat produksi meningkat secara moderat secara keseluruhan, namun dengan tingkat yang lebih cepat dibandingkan November. Untuk pekerjaan baru, data mencatatkan adanya pertumbuhan untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir.

Permintaan pasar secara umum dilaporkan lebih kuat, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan, volume pesanan ekspor baru akhinya naik untuk pertama kalinya dalam hampir setahun meskipun sedikit.

Para produsen memenuhi kebutuhan produksi dan pesanan baru yang lebih tinggi dengan meningkatkan aktivitas pembelian mereka untuk bulan kedua berturut-turut.

Pertumbuhan produksi solid bahkan menjadi yang terbaik sejak Mei dan digunakan tidak hanya untuk mendukung kebutuhan saat ini tetapi juga untuk membangun stok.

"Inventaris input perusahaan meningkat secara moderat untuk bulan kedua berturut-turut pada Desember, dengan perusahaan mencatat proyeksi positif untuk output dan pesanan baru dalam beberapa bulan mendatang," tulis S&P.

Faktor serupa membantu menjelaskan kenaikan serupa dalam inventaris barang jadi, dengan perusahaan menilai adanya pandangan optimis saat memproyeksi tentang tahun ini.

Sebagian besar perusahaan mengantisipasi peningkatan produksi di 2025 dengan proyeksi lingkungan makroekonomi yang lebih stabil, yang ditandai dengan pendapatan yang lebih tinggi dan daya beli yang lebih besar di kalangan klien.

Perusahaan Akhirnya Menambah Pekerja

Satu fakta yang menggembirakan adalah adanya penambahan staf atau pekerja pada Desember. Penambahan ini adalah yang pertama dalam tingkat dalam tiga bulan terakhir. Namun, pertumbuhannya hanya marginal, yang berarti tingkat pekerjaan yang belum selesai meningkat secara moderat untuk pertama kalinya sejak Mei 2024.

Di sisi harga, inflasi harga input tetap terlihat pada November, meskipun di bawah rata-rata jangka panjang survei ini.

S&P mengingatkan penguatan dolar AS meningkatkan harga barang impor. Namun, perusahaan berusaha melindungi margin mereka dengan menaikkan biaya mereka sendiri untuk bulan ketiga berturut-turut.

Beberapa tekanan pasokan juga dilaporkan, termasuk kinerja vendor yang memburuk secara keseluruhan untuk pertama kalinya dalam tiga bulan.

Perusahaan merespons biaya input yang lebih tinggi dengan menaikkan tarif mereka sendiri untuk bulan ketiga berturut-turut. Tingkat inflasi tersebut masih moderat, tetapi tetap yang tertinggi yang tercatat oleh survei sejak Agustus 2024.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research