Ini Ramalah Terbaru Kinerja Bank Raksasa RI: BRI, Mandiri Hingga BCA

1 week ago 11

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan saham perbankan big caps di awal tahun memang masih kurang menggairahkan meskipun kinerja keuangan hingga November 2024 masih terpantau tumbuh di keempat bank tersebut.

Kendati belum menggembirakan, saham bank masih berpotensi menguat karena sejumlah faktor. Di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan merangkak naik.

Kini pun muncul berbagai macam pertanyaan dari para investor "Apakah aksi jual saham perbankan sudah berakhir?"

Saham perbankan Indonesia berkapitalisasi besar menjadi beban bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) acuan tahun lalu. Di sepanjang 2024, IHGS mencatatkan penurunan sebesar 2,65% dengan menutup akhir tahunnya di level 7.079,90 pada Senin (30/12/2024).

IHSG tertekan karena ketidakpastian global dan kondisi ekonomi dalam negeri. Ketidakpastian memicu investor asing untuk menarik dananya dari Indonesia sehingga IHSG pun goyah. Outflow terutama disebabkan oleh terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dan pelonggaran The Fed yang tidak sekencang proyeksi sebelumnya.

Dari dalam negeri, pelemahan daya beli dan ekonomi ikut membuat IHSG ambruk tahun lalu.

Pada Oktober-Desember 2024, aksi jual asing bersih bank-bank besar Indonesia mencapai Rp31 triliun (US$1,9 miliar), salah satu aksi jual bersih terbesar dalam sejarah mereka.

Kinerja bankFoto: Bahana
Kinerja bank

bahana sekuritasFoto: bahana sekuritas

Dari jumlah tersebut, setidaknya Rp18,3 triliun aksi jual asing bersih hanya terjadi pada BBRI, menyusul pengumuman bahwa raksasa perbankan mikro itu mencatat kemunduran dalam pemulihan biaya kreditnya pada 3Q24.

Aksi jual asing bank-bank Indonesia telah berlanjut hingga awal 2025 yakni dimana BBCA, BMRI, BBRI, dan BBNI semuanya turun lebih dari 1% secara year to date (ytd), menyeret turun IHSG acuan, yang jatuh 1,07% hingga level 7.087,82 pada perdagangan intraday hari ini Kamis (9/1/2025).

Aksi jual bank-bank Indonesia sejalan dengan laporan Strategi Ekuitas Bahana Sekuritas yang diterbitkan pada Mei 2024, yang memperingatkan investor bahwa margin bank-bank Indonesia mungkin masih tertekan sepanjang tahun 2024. Namun pandangan dari Bahana Sekuritas saat ini adalah bahwa nilai-nilai telah mulai muncul, sehingga menghadirkan peluang untuk mengakumulasi bank-bank Indonesia.

Pemberi pinjaman blue-chip sekarang sebagian besar diperdagangkan pada -1SD dari rata-rata P/B atau P/E 5 tahun terakhir mereka, valuasi yang menarik mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil dan sektor perbankan yang relatif kurang penetrasi.

Kinerja bankFoto: Bahana
Kinerja bank

Untuk tahun 2025, Bahana Sekuritas memperkirakan sedikit peningkatan dalam pertumbuhan laba bank y-y menjadi sekitar satu digit tinggi untuk BBRI, BMRI, dan BBNI (sedikit peningkatan dibandingkan dengan sekitar 4% di FY24), dan sekitar pertengahan belasan untuk BBCA dan BRIS.

Sementara itu, kualitas aset bank yang baik kemungkinan akan dipertahankan pada tahun 2025, setelah pencadangan yang besar tahun lalu. Untuk awal tahun 2025, urutan prioritas kami adalah BBCA > BRIS > BMRI > BBRI.

BBCA dan BRIS khususnya menonjol dengan pertumbuhan laba bersih y-y yang solid masing-masing sebesar 14,3% dan 21,5% per 11M24.

bahana sekuritasFoto: bahana sekuritas

Beli saham perbankan saat tanda pertama pemulihan ekonomi makro, Bahana Sekuritas berpandangan bahwa indeks dolar (DXY) di angka 108 sangat overbought dan ekuitas Indonesia sangat oversold dari sudut pandang investor asing.

Pandangan Bahana Sekuritas adalah The Federal Reserve (The Fed) AS akan memangkas suku bunga lebih dari dua kali lipat yang dibayangkan dalam dot-plot tahun ini, didorong oleh inflasi domestik yang rendah dan penolakan Presiden AS Donald Trump terhadap suku bunga tinggi.

Bahana Sekuritas percaya bahwa dolar yang terlalu kuat akan lebih banyak merugikan daripada menguntungkan perusahaan-perusahaan AS, dengan sebagian besar pendapatan Apple, Google, Meta, Netflix, Tesla sebenarnya berasal dari penjualan luar negeri mereka.

Dengan demikian, Bahana Sekuritas berpendapat bahwa dolar AS tinggal satu cuitan Trump lagi untuk memulai penurunannya selama beberapa bulan, yang pada akhirnya akan menguntungkan aset-aset Emerging Markets termasuk saham-saham perbankan Indonesia yang bertindak sebagai proksi pasar saham.

Sementara itu, penekanan Presiden Indonesia Prabowo Subianto pada kebijakan-kebijakan yang menguntungkan masyarakat berpenghasilan rendah (Makanan Bergizi Gratis/MBG dan program-program bantuan sosial lainnya) akan menguntungkan bank-bank dalam jangka panjang dengan penekanan pada segmen kredit UKM, seperti BRIS atau BBRI.


CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research