Bisa Ditiru Prabowo, Begini Program Swasembada Pangan China

1 month ago 16

Jakarta, CNBC Indonesia- China menggalang kekuatan di sektor pertanian untuk menjaga keberlanjutan pangan bagi 1,4 miliar warganya.

Dilansir dari Reuters, pemerintah China pekan lalu menyerukan peningkatan dukungan finansial untuk menstabilkan produksi pangan utama, termasuk biji-bijian. Upaya ini merupakan bagian dari langkah besar mereka untuk memastikan ketahanan pangan nasional.

China berjanji memanfaatkan berbagai instrumen kebijakan moneter, seperti fasilitas relending dan rediscount, serta penyesuaian rasio cadangan wajib (RRR), guna mendukung sektor pertanian dan usaha kecil.

Dalam pernyataan bersama oleh bank sentral, kementerian pertanian, dan regulator keuangan, mereka juga mendorong perluasan kredit dan pinjaman dengan jaminan aset pertanian dan ternak, peningkatan pendapatan petani melalui pinjaman mikro, serta penguatan sistem asuransi pertanian, khususnya untuk tanaman biji-bijian.

Investasi besar-besaran juga dilakukan dalam penelitian pertanian dan teknologi, termasuk pengembangan mesin dan benih unggul, demi meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi ketergantungan pada impor. Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa China berkomitmen penuh untuk melindungi fondasi pangan mereka dari ancaman global.

Departemen Pertanian AS (USDA) memproyeksikan, produksi jagung China untuk tahun 2024-2025 diperkirakan mencapai 292 juta ton, meningkat 1,09% secara tahunan, sementara permintaan domestik naik 1,95% menjadi 313 juta ton.

Untuk kedelai, produksi diproyeksikan turun 0,7% menjadi 20,7 juta ton, meski permintaan domestik melonjak 4,19% menjadi 126,8 juta ton. Hal ini membuat impor jagung diprediksi stagnan di angka 23 juta ton, sementara impor kedelai diperkirakan naik 1% menjadi 109 juta ton.

Upaya ini juga didukung oleh data historis yang menunjukkan pertumbuhan positif dalam produksi pangan utama, seperti jagung yang meningkat 7% dibanding rata-rata lima tahun terakhir, meski beberapa komoditas seperti kedelai dan bunga matahari menunjukkan penurunan. Langkah besar ini menjadi sinyal kuat bahwa China tengah memprioritaskan kedaulatan pangan sebagai pilar fundamental pembangunan ekonominya.

Bagaimana dengan Indonesia? Di tanah air, langkah yang tak kalah heroik juga diambil untuk mendukung sektor pertanian dan perikanan. Presiden RI Prabowo Subianto baru saja menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2024 yang secara resmi memutihkan kredit macet para pelaku UMKM di sektor ini, khususnya di bank-bank Himbara.

Langkah ini sempat dipuji sebagai bentuk kesungguhan pemerintah dalam berpihak pada petani dan nelayan kecil oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, dan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat ditemui di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta, Rabu (6/11/2024) .

Mekanisme pemutihan ini diharapkan memberikan napas baru bagi pelaku UMKM untuk kembali produktif, tanpa bayang-bayang utang lama. Pemerintah bahkan meningkatkan subsidi pupuk hingga 100%, menyediakan benih unggul, serta alat dan mesin pertanian untuk mendukung target swasembada pangan pada 2028. Tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga soal kehormatan dan penghargaan terhadap para produsen pangan yang menjadi tulang punggung bangsa.

Meski memiliki pendekatan berbeda, ada gesekan menarik antara fokus China pada teknologi canggih dan pengelolaan keuangan yang presisi dengan fokus Indonesia pada solusi sosial yang menyentuh langsung akar masalah petani kecil.

Langkah China mencerminkan visi jangka panjang dengan orientasi pada teknologi, sedangkan Indonesia menonjolkan sisi humanis, memberikan ruang bagi petani kecil untuk bernapas lebih lega. Di akhir hari, keduanya mencerminkan kebutuhan mendasar setiap negara, ketahanan pangan adalah fondasi kehidupan.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research