Jakarta, CNBC Indonesia - Virus HPV selama ini kerap dikaitkan hanya dengan kanker serviks pada perempuan. Namun para ahli mengingatkan infeksi human papillomavirus (HPV) juga bisa menyerang pria dan menyebabkan berbagai jenis kanker lainnya.
"HPV itu bukan hanya soal serviks. Pria juga bisa terinfeksi, bisa di penis, anus, bahkan mulut dan tenggorokan. Jadi ini bukan virus khusus perempuan," tegas pakar patologi klinik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia (PDS Patklin), Prof. Dr. dr. Aryati, M.S., Sp.PK(K) dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (245/4/2025).
Ia menjelaskan, HPV memiliki lebih dari 100 tipe, dan setidaknya 14 di antaranya dikategorikan berisiko tinggi karena dapat menyebabkan kanker. Prof Aryati juga bilang bahwa virus ini menyebar melalui kontak kulit ke kulit, bukan hanya melalui hubungan seksual seperti yang selama ini banyak dipercaya masyarakat.
"Ada HPV tipe risiko rendah seperti tipe 6 dan 11 yang bisa menyebabkan kutil kelamin. Tapi yang berbahaya adalah yang risiko tinggi seperti tipe 16, 18, bahkan 52. Ini semua bisa menyerang pria juga," katanya.
HPV Bisa Timbulkan Kanker Tenggorokan hingga Anus
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus kanker yang disebabkan oleh HPV juga meningkat pada pria, terutama kanker orofaring (bagian tengah tenggorokan), anus, dan penis. Di negara-negara maju, vaksin HPV kini juga direkomendasikan untuk anak laki-laki sebagai upaya pencegahan dini.
Sayangnya, di Indonesia, vaksin HPV masih difokuskan pada anak perempuan usia sekolah dasar sebagai bagian dari program imunisasi nasional. Sementara kelompok lain, termasuk laki-laki dan perempuan dewasa, belum sepenuhnya tercakup.
Prof Aryati mengatakan, pemerintah saat ini mendorong skrining kanker serviks melalui deteksi DNA HPV, terutama bagi perempuan usia 30 tahun ke atas yang belum pernah mendapat vaksin.
Namun, ia mengakui upaya pencegahan masih menghadapi tantangan besar dari sisi biaya dan pemahaman masyarakat. Tes DNA HPV yang paling akurat bisa mencapai harga di atas Rp1 juta, sementara metode konvensional seperti IVA dan Pap smear masih banyak digunakan meski sensitivitasnya bervariasi.
"Vaksin sudah kita gratiskan untuk anak perempuan, tapi bagi kelompok yang belum terlindungi, kita dorong skrining. Sayangnya, banyak masyarakat masih menganggap ini hanya penyakit seksual, padahal penyebarannya jauh lebih kompleks," jelas ia.
Para ahli mendorong agar kampanye edukasi tentang HPV diperluas dan tidak hanya menyasar perempuan. Pemahaman bahwa HPV juga mengancam pria penting untuk membangun kesadaran kolektif dan mempercepat eliminasi penyakit terkait HPV.
"Kalau kita hanya fokus ke serviks, kita bisa kehilangan potensi mencegah kanker lain yang juga disebabkan oleh virus yang sama," ujar Prof. Aryati.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Di Balik Layar Pabrik Maklon Kosmetik Korea
Next Article Orang Kaya Lebih Rentan Kanker daripada Orang Miskin, Benarkah?