Tanaman Asli RI Diburu Dunia, Disebut di Al-Quran dan Dipakai Firaun

3 days ago 8

Jakarta, CNBC Indonesia - Tanaman kamper rupanya telah menjadi primadona baru yang dimiliki Indonesia. Bahkan, di berbagai kebudayaan, tanaman yang bernama latin Dryobalanops aromatica itu menduduki posisi penting.

Di Islam, misalnya, kamper atau kapur barus (kafur) disebut di kitab suci Al-Quran, khususnya Surat Al-Insan ayat ke-5. Surat itu berisi janji Allah kepada "orang-orang yang berbuat kebajikan yang akan minum dari gelas (berisi minuman) bercampur air kafur."

Lalu bagi masyarakat Mesir Kuno, kamper menjadi andalan untuk mengawetkan jenazah. Para Firaun yang sudah meninggal diawetkan dalam wujud mumi menggunakan kamper. Cara demikian membuat jasadnya bisa utuh ribuan tahun.

Pentingnya posisi kamper berbanding terbalik dengan cara memperolehnya. Kamper merupakan tanaman langka dan untuk memperolehnya butuh waktu lama. Tak heran, dahulu kamper setara dengan emas, tembaga, dan sebagainya, sebab dikategorikan barang berharga. Saking mahalnya.

Pada sisi lain, bagi penghuni tanah Indonesia ribuan tahun lalu, tanaman tersebut bukan barang mahal nan langka. Sebab, kamper merupakan tanaman asli Indonesia yang setiap orang mudah mendapatkannya.

Kamper Tanaman Asli RI

Perlu diketahui, kamper atau kapur barus yang dimaksud bukan dalam artian pewangi berbentuk kecil yang biasa dikenal sekarang. Benda yang saat ini dikenal adalah hasil sintesis kimia dari Naphtalene (C10H8). Sedangkan, kamper zaman dahulu berasal dari pohon kamper bernama Latin Dryobalanops aromatica. Pohon tersebut punya ciri khas sangat wangi dan bisa diminum karena menyehatkan tubuh.

Sejak abad ke-4 Masehi, kamper sudah diperdagangkan di sebagian besar wilayah dunia. Para pedagang menyebut lokasi penghasil kamper bernama Fansur. Belakangan, peneliti kontemporer berupaya menebak lokasi Fansur di peta modern.

Pertama ada Peneliti Prancis Nouha Stephan. Dalam riset "Kamper dalam Sumber Arab dan Persia", dia menganalisis teks-teks tradisional yang menyebut Fansur, salah satunya deskripsi ahli geografi Ibn Sa'id al Magribi. Ibn Sa'id yang meninggal di akhir abad ke-13 merinci secara spesifik bahwa Fansur penghasil kamper berasal dari Pulau Sumatera.

Selanjutnya, hal senada juga diungkap arkeolog Edward Mc. Kinnon dalam Ancient Fansur, Aceh's Atlantis (2013). Dia menyebut Fansur terletak di ujung barat Aceh. Hipotesis ini didasarkan pada pertimbangan letak geografis dan data perdagangan dari catatan tertulis yang menyebut nama Panchu sebagai penghasil kamper.

Bukti sahih lain juga diungkap Claude Guillot dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu (2008). Dia menyimpulkan ada tiga kawasan tempat kamper tumbuh dengan sendirinya yang perlu diperhatikan, yakni Sumatera, Semenanjung Melayu, dan Borneo (Kalimantan). Namun, sejarawan tersebut mengerucutkan secara spesifik lebih lanjut soal lokasinya, yakni daerah Barus di Sumatera.

"Kami dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar atau seluruh kamper yang diperdagangkan sebelum kira-kira abad ke-10 Masehi dan penemuan kamper di Borneo berasal dari utara Sumatera, yakni Barus," tulis Guillot.

Terkait penghasil utama kamper, nama Barus memang sudah dikenal lama dalam dunia perdagangan global. Sejarawan Jajat Burhanudin dalam Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia (2020) menjelaskan, kota ini sudah menjadi bandar pelabuhan kuno sejak abad ke-1 Masehi berdasarkan catatan ahli Romawi, Ptolemy.

Biasanya, para pedagang Arab mengunjungi daerah tersebut melalui rute tersendiri. Jajat menduga, orang Arab dan Persia tiba di Barus melalui perjalanan langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon, lalu tiba di Pantai Barat Sumatera.

Pada titik inilah, Barus terbukti sebagai daerah penghasil kamper dan sudah berkembang jadi pelabuhan penting di Sumatera. Sejarawan Prancis Denys Lombard dalam Nusa Jawa Silang Budaya (1996) menceritakan, para pengembara Arab menggunakan kapal-kapal besar untuk mengangkut kamper. Mereka lalu menjualnya dengan harga tinggi di pasar internasional.

Belakangan peran penting kamper juga tak hanya di sektor perdagangan, tetapi juga religi. Kelak, sejarah Indonesia mencatat berkat perdagangan kamper, Islam bisa masuk ke Nusantara pada abad ke-7 Masehi.


(tps/wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Industri Kecantikan "Glowing" di Tengah Awan Gelap Ekonomi

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research