Studi Temukan Jumlah Kasus Autisme Meningkat Pesat, Apa Sebabnya?

16 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa jumlah penderita autisme di seluruh dunia meningkat pesat. Setidaknya, 1 dari 127 orang berada dalam spektrum autisme. Ini artinya ada 61,8 juta orang di seluruh dunia yang memiliki autisme.

Melansir Euro News, ara peneliti di balik studi yang diterbitkan dalam Lancet Psychiatry ini menggunakan data dari tahun 2021 untuk mencapai perkiraan terbaru.

Peneliti menemukan prevalensi gangguan spektrum autisme (ASD) dua kali lebih tinggi di kalangan pria daripada wanita.

Kesenjangan diagnosis ditemukan sebagai faktor yang mungkin berkontribusi dalam perbedaan prevalensi tersebut. Sebab, anak perempuan cenderung menerima diagnosis di kemudian hari atau tidak didiagnosis sama sekali karena gejala yang berbeda.

Penelitian terbaru itu melibatkan 10 lembaga di Australia termasuk Universitas Queensland, Universitas Adelaide, dan Universitas Sydney. Tim peneliti menemukan bahwa ASD paling umum terjadi pada orang di bawah usia 20 tahun.

Selama penilaian terakhir yang dilakukan pada data tahun 2019, prevalensinya adalah satu dari 271 orang atau 369 per 100.000 orang.

Perbedaan ini sebagian besar dijelaskan oleh perubahan metode, untuk mengecualikan penelitian yang mungkin meremehkan tingkat autisme.

Angka terbaru ini sejalan dengan prevalensi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memperkirakan bahwa satu persen anak di seluruh dunia mengidap autisme.

Ciri-ciri autisme

Autisme atau Gangguan Spektrum Autisme (ASD) adalah kondisi perkembangan saraf kompleks yang bermanifestasi pada anak usia dini dan berlanjut sepanjang hidup.

Karakteristiknya bervariasi, mulai dari kesulitan dalam komunikasi dan interaksi sosial, tantangan yang terkait dengan pemrosesan sensorik, perilaku, minat, atau aktivitas yang berulang, dan dalam beberapa kasus cacat intelektual, yang semuanya terjadi pada berbagai tingkat keparahan.

Tanda-tanda kondisi tersebut dapat terlihat antara usia 1 dan 3 tahun, kata American Psychiatric Association di situs webnya.

"Orang autis memiliki risiko lebih tinggi mengalami isolasi sosial, kesulitan akademis atau pekerjaan, dan mungkin memerlukan dukungan psikososial hingga dewasa," kata penulis studi tersebut.


(hsy/hsy)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Daya Tarik Bisnis Kosmetik Lokal Hadapi Tantangan Bisnis 2025

Next Article Ayah-Bunda, Ini Rekomendasi Screen Time Anak Sesuai Umur

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research