Jakarta, CNBC Indonesia - Penyakit malaria masih menjadi ancaman bagi beberapa wilayah di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, kasus malaria di Indonesia terus meningkat. Pada 2023 Indonesia mencatat 418.546 kasus malaria, sedangkan pada 2024 terdapat kasus 543.965 kasus positif.
Plt. Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan RI, drg. Murti Utami mengatakan Indonesia menargetkan bebas malaria 5 tahun lagi atau pada 2030.
"Dari semua kasus yang ada 95% kasus terjadi di Timur Indonesia yaitu di regional Papua yang paling tinggi," kata drg. Murti saat acara Webinar Peringatan Hari Malaria Sedunia 2025 Kemenkes RI, Jumat (25/4/2025).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa wilayah lain yang paling banyak kontribusi terhadap kasus malaria adalah Maluku dan NTT.
Penyebab malaria adalah parasit Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Nyamuk ini menggigit pada malam hari, dan parasit akan masuk ke dalam tubuh manusia, berkembang biak di hati, dan kemudian menginfeksi sel darah merah.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), malaria diperkirakan dapat merenggut satu nyawa setiap menit.
Afrika masih menjadi negara dengan kasus malaria global tertinggi. Pada 2023, wilayah itu menjadi rumah bagi sekitar 94 persen dari semua kasus malaria global, dan 95 persen dari total kematian akibat malaria.
Kelompok usia anak-anak di bawah usia 5 tahun menyumbang sekitar 76 persen dari semua kematian akibat malaria di wilayah tersebut.
Hari Malaria Sedunia 2025
Hari Malaria Sedunia atau World Malaria Day selalu diperingati setiap tanggal 25 April. Peringatan ini digagas oleh WHO sejak 2007 sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen global dalam upaya mengeliminasi kasus malaria.
Tahun ini, Hari Malaria Sedunia 2025, WHO mengangkat tema "Malaria ends with us: Reinvest, Reimagine, Reignite" atau yang berarti "Malaria berakhir di tangan kita: Berinvestasi kembali, Membayangkan kembali, Menyalakan kembali".
Adapun tema tersebut diusung bertujuan untuk menghidupkan kembali upaya memerangi penyakit malaria di semua tingkatan, dari kebijakan global hingga aksi masyarakat, untuk mempercepat kemajuan dalam eliminasi angka kasus penyakit malaria.
Menurut WHO, kawasan Pasifik Barat menghadapi tantangan dalam perjalanan menuju eliminasi malaria. Secara khusus, epidemiologi malaria menunjukkan keragaman yang sangat besar, dengan penyakit ini sering terkonsentrasi di daerah terpencil dan/atau di antara populasi yang sangat sulit dijangkau, termasuk penduduk hutan, migran, penduduk asli, militer, atau pengungsi.
Tantangan utama lainnya di kawasan ini termasuk menjangkau populasi terpencil di Papua Nugini dan Kepulauan Solomon, mencegah kambuhnya malaria vivax melalui pengobatan penuh, dan menghentikan penularan malaria zoonosis knowlesi di Malaysia.
"Menjangkau populasi ini dengan pencegahan, diagnosis, dan pengobatan malaria merupakan strategi penting untuk mencapai target malaria global dan memenuhi janji nol malaria," kata WHO.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini: