Dokter Persada Hospital Malang Bantah Lakukan Pelecehan Seksual

1 day ago 6

Surabaya, CNN Indonesia --

AY, dokter Persada Hospital yang diduga melakukan pelecehan seksual terhadap seorang pasien berinisal, QAR, membantah melakukan tindakan tidak senonoh tersebut.

Hal itu diungkap dokter spesialis forensik sekaligus anggota Sub Komite Etik dan Disiplin Persada Hospital, dr Galih Endradita. Pernyataan AY, itu disampaikan dalam pemeriksaan internal awal.

"Tentang apakah ada pengakuan, sampai sekarang yang kami dapatkan itu tidak ada pengakuan," kata Galih saat konferensi pers, Jumat (18/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pemeriksaan internal oleh Sub Komite Etik dan Disiplin Persada Hospital, kata Galih, dokter AY menyebut tindakan yang dilakukannya kepada pasien QAR merupakan bagian dari pemeriksaan standar.

"Kalau kejadiannya menurut dokternya yang bersangkutan itu adalah pemeriksaan standar yang dia lakukan," ucapnya.

Meski belum ada pengakuan langsung dari dokter AY selaku terduga, Galih menyatakan, proses etik tidak selalu menunggu pengakuan, melainkan cukup didasarkan pada fakta dan kesaksian yang dikumpulkan dari kedua belah pihak.

"Tapi kalau prinsip menegakkan aturan itu kan tidak perlu ada pengakuan sebenarnya untuk kemudian memutuskan apakah ini bersalah atau tidak. Karena nanti keputusan itu melanggar etika, atau tidak itu setelah kita mendapatkan informasi dari pengadu baru kita putuskan," ucapnya.

Karena itu, Persada Hospital masih menunggu kesempatan berkomunikasi atau bertemu langsung dengan pihak korban selaku pengadu, untuk melakukan proses etik lanjutan.

"Yang kita perlukan sekarang adalah nanti kita bermaksud berkomunikasi dengan pasien tentang kasus ini. Setelah itu muncul keputusan. Jadi persidangan etik itu selalu ada klarifikasi dari pengadu dan yang diadukan," ucapnya.

Kronologi kasus

Seorang perempuan di Kota Malang, Jawa Timur, QAR menjadi korban dugaan pelecehan seksual oleh dokter berinisial AY. Hal jtu terjadi saat dia dirawat di sebuah rumah sakit circa 2022 silam.

Penasihat hukum QAR, Satria Marwan mengatakan, peristiwa itu dialami kliennya di sebuah rumah sakit swasta ternama di Malang, Persada Hospital.

"Kejadian itu terjadi pada September 2022, dia ke Malang untuk berlibur lalu sakit dan datang ke rumah sakit swasta yang terbaik menurut Google," kata Satria, Kamis (17/4).

Awalnya, korban mengaku mengeluh sakit sinusitis dan vertigo berat. Dia pun memeriksakan diri ke IGD rumah sakit pada 26 September 2022 dini hari.

Ia lalu ditangani seorang dokter IGD berinisial AY. Setelah itu dokter tersebut ternyata meminta nomor telepon korban dengan alasan untuk mengirimkan hasil pemeriksaan kesehatan pasien.

"Korban diminta untuk meninggal nomor telepon, katanya kalau ada perkembangan bisa dikontak langsung oleh rumah sakit," ucap dia.

Sepulangnya ia dari rumah sakit, di hari yang sama, tiba-tiba dokter AY lah yang mengirimkan pesan hasil pemeriksaan kesehatan. Korban pun kaget mengapa buka nomor resmi rumah sakit yang mengabarinya.

Setelah kejadian itu, AY pun secara terus-menerus mengirimkan pesan kepada kliennya. Hal itu bahkan tidak berhubungan dengan persoalan pemeriksaan korban.

"Korban di-spam chat, di situ korban tidak menanggapi," katanya.

Namun, kondisi kesehatan korban ternyata belum membaik. QAR pun akhirnya harus menjalani rawat inap di ruang VIP rumah sakit swasta tersebut selama 27-28 September.

Di situlah, AY diduga melakukan aksinya. Ia mendatangi QAR yang sedang sendirian di ruang rawar inap VIP. Padahal dia merupakan dokter IGD, dan bukanlah dokter yang bertugas merawat QAR saat itu.

"Kejadian dugaan pelecehan itu terjadi 27 September, dia di ruang VIP sendirian dan dokternya datang pakai pakaian kasual karena mungkin sedang tidak bertugas," ucapnya.

Saat di ruang tempat QAR dirawat, AY diduga meminta korban membuka baju pasiennya, dengan alasan dia akan melakukan pemeriksaan menggunakan stetoskop.

"Korban merasa terkejut dan tidak mengerti harus berbuat apa. Oknum dokter melakukan pemeriksaan dan anehnya stetoskop cukup lama diarahkan di bagian dada," kata dia.

Saat itu, AY lalu mengeluarkan ponselnya dan diduga memotret tubuh korban. QAR sempat curiga dan menegur, namun terduga beralasan sedang membalas pesan WhatsApp rekannya.

"Korban meyakini saat itu pelaku sedang mengambil gambar di daerah dada, klien saya langsung menutup bajunya dan bilang ke dokter akan istirahat karena lelah," ucapnya.

Satria menyatakan akibat kejadian itu, kliennya sampai saat ini mengalami trauma dan ketakutan. Hal itu membuat QAR memendam dan tak bisa langsung melaporkan perubatan AY.

"Kesimpulannya korban ini sebelumnya takut dan tersiksa secara batin karena memendam ini hampir tiga tahunan, tetapi karena ada beberapa kejadian serupa beberapa waktu ini dia akhirnya memberanikan diri untuk speak-up," kata dia. 

(frd/agt)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research