Jangan Tertipu, Begini Cara Mendeteksi Review Palsu di Internet

1 week ago 13

Jakarta, CNBC Indonesia - Munculnya kecerdasan buatan (AI) yang memungkinkan orang memproduksi ulasan daring secara cepat dan mendetail tanpa usaha berarti, telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pengusaha.

Selama ini, ulasan palsu memang telah lama menjadi masalah di banyak e-commerce global, seperti Amazon dan Yelp. Ulasan tersebut biasanya diperjualbelikan dalam grup media sosial tertutup antara makelar ulasan palsu dan bisnis yang bersedia membayar.

Melansir AP News, Sabtu (12/4/2025), tak jarang bisnis sendiri yang memprakarsai ulasan palsu dengan memberi insentif seperti kartu hadiah kepada konsumen agar meninggalkan ulasan positif. Namun, kemunculan alat pembuat teks berbasis AI seperti ChatGPT membuat pelaku dapat menghasilkan ulasan palsu dalam jumlah besar dan waktu singkat.

Praktik menyesatkan ini melanggar hukum di Amerika Serikat dan biasanya meningkat menjelang musim belanja liburan. Pada masa tersebut, banyak konsumen sangat bergantung pada ulasan sebelum membeli hadiah.

Ulasan palsu berbasis AI kini ditemukan di berbagai sektor, mulai dari e-commerce, penginapan, restoran, hingga layanan seperti perbaikan rumah, perawatan medis, dan les musik. Perusahaan teknologi dan pengawas bernama The Transparency Company menyatakan bahwa mereka mulai mendeteksi lonjakan ulasan AI sejak pertengahan 2023.

Dalam laporan terbarunya, The Transparency Company menganalisis 73 juta ulasan di sektor rumah tangga, hukum, dan kesehatan. Hasilnya, hampir 14% ulasan terindikasi palsu, dan sekitar 2,3 juta di antaranya diyakini sepenuhnya atau sebagian dihasilkan oleh AI.

"Alat ini sangat bermanfaat bagi para penipu ulasan," ujar Maury Blackman, investor dan penasihat perusahaan rintisan teknologi yang akan memimpin The Transparency Company mulai 1 Januari. Ia ikut meninjau hasil kerja perusahaan tersebut sebelum menjabat secara resmi.

Pada Agustus, perusahaan perangkat lunak DoubleVerify juga melaporkan adanya peningkatan signifikan dalam aplikasi ponsel dan smart TV yang ulasannya dibuat oleh AI. Ulasan tersebut kerap digunakan untuk menipu pengguna agar menginstal aplikasi berbahaya yang bisa mengambil alih perangkat atau menjalankan iklan tanpa henti.

Sebulan kemudian, Komisi Perdagangan Federal (FTC) menggugat perusahaan di balik alat penulis AI bernama Rytr. FTC menuduh perusahaan tersebut menjual layanan yang berpotensi mencemari pasar dengan ulasan palsu.

FTC menyebut beberapa pengguna Rytr telah menghasilkan ratusan hingga ribuan ulasan palsu untuk bisnis seperti jasa perbaikan pintu garasi dan penjual tas bermerek tiruan. Pada tahun ini, FTC juga secara resmi melarang praktik jual beli ulasan palsu.

CEO Pangram Labs, Max Spero, menyatakan, perangkat lunak deteksi AI miliknya berhasil mengidentifikasi ulasan AI yang muncul di posisi teratas hasil pencarian Amazon. Menurutnya, ulasan tersebut sangat terstruktur dan tampak meyakinkan sehingga bisa mengecoh sistem peringkat.

Namun, menentukan keaslian ulasan tetap menjadi tantangan. Amazon menyebut pihak luar sering gagal mengidentifikasi penyalahgunaan karena tidak memiliki akses ke sinyal data internal.

Pangram Labs mengaku telah melakukan deteksi untuk sejumlah situs besar, namun Spero enggan menyebut nama karena terikat perjanjian kerahasiaan. Ia juga meneliti secara independen situs seperti Amazon dan Yelp.

Di Yelp, banyak komentar AI tampak ditulis oleh akun yang ingin memperoleh lencana "Elite". Lencana ini memungkinkan pengguna menghadiri acara eksklusif dan dipercaya meningkatkan kredibilitas akun.

Peneliti sekaligus mantan penyidik kriminal federal, Kay Dean, menyebut bahwa pelaku ulasan palsu mengincar lencana tersebut agar profil mereka terlihat lebih nyata. Strategi ini diyakini memperbesar kemungkinan ulasan mereka dipercaya oleh pengguna lain.

Meski demikian, tidak semua ulasan buatan AI bersifat menipu. Sebagian konsumen mungkin menggunakan AI untuk mengekspresikan pendapat yang jujur.

Beberapa pengguna juga mengaku memakai AI demi memastikan tata bahasa mereka benar, terutama mereka yang bukan penutur asli bahasa Inggris. Dalam hal ini, AI dinilai dapat membantu meningkatkan kualitas ulasan secara informatif.

"Kalau niatnya baik, AI bisa membuat ulasan jadi lebih informatif," kata Sherry He, profesor pemasaran dari Michigan State University yang meneliti ulasan palsu. Ia menyarankan agar platform teknologi lebih fokus pada pola perilaku pelaku kejahatan alih-alih membatasi penggunaan AI secara umum.

Peneliti menyarankan agar konsumen tetap waspada terhadap ulasan yang terlalu positif atau terlalu negatif. Kalimat yang terlalu sering mengulang nama produk atau model juga bisa menjadi petunjuk.

Namun, riset Balázs Kovács, profesor di Yale, menunjukkan, banyak orang sulit membedakan ulasan manusia dan ulasan AI. Detektor AI pun kerap kesulitan bila teks yang dianalisis terlalu pendek.

Pangram Labs menambahkan bahwa ulasan AI cenderung panjang, terstruktur, dan banyak menggunakan frasa kosong atau klise. Contoh frasa tersebut antara lain "hal pertama yang saya perhatikan" dan "benar-benar mengubah hidup."


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Kulit Breakout, Lawyer Ini Banting Stir Jadi Pengusaha Skincare

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research