REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ustadz Muhammad Jazir ASP, meninggal dunia setelah berjuang melawan komplikasi penyakit. Kepergian tokoh masjid yang dikenal luas sebagai pelopor gerakan memakmurkan masjid ini meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi jamaah Jogokariyan, tetapi juga umat Islam secara luas.
Di akhir hayatnya, Ustadz Jazir tetap menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama. Putra bungsu almarhum, Haidar Muhammad Tilmisani, mengungkapkan meski kondisi ayahnya sudah sering tidak sadar, isi pikirannya tetap berkutat pada amal saleh dan perjuangan umat, bahkan sempat menyinggung soal bantuan untuk korban bencana di Sumatera.
"Di akhir-akhir itu banyak tidak sadarnya, tetapi beliau ketika mengigau atau ngomong sendiri itu isinya pasti tetap tentang amal sholeh tentang perjuangan. Kemarin saja masih ngomongin ini 'aku tuh lagi mau bantu-bantuan buat Sumatera', masih sempat," katanya saat dijumpai di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.
Haidar juga menyampaikan pesan yang selama ini terus disampaikan oleh almarhum kepada keluarga dan jamaah Masjid Jogokariyan. "Mengurusi masjid itu tidak sekedar mengurusi bangunan, tetapi kita itu sedang membangun peradaban. Bagi teman-teman yang semuanya mungkin sempat pernah terinspirasi dari Bapak saya mari bersama-sama kita teruskan perjuangan," ungkapnya.
Ia melanjutkan perjuangan tersebut tidak hanya terbatas di Masjid Jogokariyan, tetapi dapat dilanjutkan oleh siapa saja yang memiliki kepedulian yang sama. "Tidak hanya dijogokaryan di semua yang saya kira pernah bersentuhan berinteraksi dan kemudian memiliki cita-cita yang sama kepedulian yang sama sama-sama berhak untuk meneruskan perjuangan itu," ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Haidar juga menyampaikan salah satu cita-cita besar Ustadz Jazir yang belum sepenuhnya terwujud. Sang Ayah rupanya ingin agar ada kemandirian masjid melalui wakaf produktif.
"Beliau pengen masjid itu, kalau bisa semua masjid itu punya namanya wakaf produktif sehingga infak masjid itu tidak habis untuk bangunan tetapi bisa digunakan untuk masyarakat," ujarnya.
Ia menjelaskan, wakaf produktif tersebut diharapkan berbentuk badan usaha milik masjid yang tidak hanya menopang operasional, tetapi juga memberi jaminan kesejahteraan bagi para pengabdi masjid. "Kalau pengabdi ustad itu kan tidak punya pensiun nah itu cita-cita beliau membangunkan wakaf produktif yang bisa membiayai itu," kata dia.
Kepergian Ustadz Jazir juga mendapat perhatian dari berbagai tokoh. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan duka mendalam dan mengenang almarhum sebagai kader Muhammadiyah yang gigih dan istiqamah.
"Almarhum adalah kader Muhammadiyah yang dikenal tekun, gigih, dan memiliki komitmen kuat dalam menggerakkan dakwah Persyarikatan di tingkat akar rumput. Kiprahnya dalam membangun dan mengembangkan Masjid Jogokariyan menjadi teladan bagi gerakan masjid di Indonesia," katanya.
Menurut Haedar, dedikasi Ustadz Jazir tidak hanya memperkuat fungsi ibadah masjid, tetapi juga peran sosial dan pemberdayaan umat.
"Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni segala khilafnya, diterima amal ibadahnya, serta mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT," katanya.

4 hours ago
3












































