Dedi Mulyadi Debat Panas dengan Pelajar soal Larangan Wisuda Sekolah

7 hours ago 3

CNN Indonesia

Senin, 28 Apr 2025 12:06 WIB

Dedi Mulyadi berdebat dengan remaja korban penggusuran tentang pelarangan wisuda. Ia mempersilakan perayaan kelulusan mandiri dengan risiko ditanggung sendiri. Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berdebat dengan remaja yang baru lulus dari SMAN 1 Cikarang Utara sekaligus korban penggusuran rumah di bantaran kali terkait pelarangan sekolah menggelar wisuda. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNN Indonesia --

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berdebat dengan remaja yang baru lulus dari SMAN 1 Cikarang Utara sekaligus korban penggusuran rumah di bantaran kali terkait pelarangan sekolah menggelar wisuda.

Remaja tersebut mengkritik kebijakan pelarangan wisuda sebab dianggap para siswa akan kehilangan kenangan perpisahan sebelum kelulusan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ngerasa kan udah lulus ya. Kalau misalkan enggak ada perpisahan kita tuh enggak bisa kumpul bareng atau rasain gimana-gimana kumpulnya interaktif sama teman-teman itu pak," ujar remaja tersebut dalam akun YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel dikutip Senin (28/4).

Dedi kemudian menjawab kenangan di masa sekolah itu tak hanya kala perpisahan melainkan masa-masa ketika belajar selama 3 tahun SMP-SMA.

Ia juga menegaskan penyelenggaraan wisuda di sekolah selama ini membebani orang tua murid lantaran harus mengeluarkan biaya. Padahal, pemerintah sudah menggratiskan biaya sekolah.

Dedi kemudian mengkritik remaja tersebut karena berasal dari latarbelakang keluarga miskin tetapi meminta agar wisuda/perpisahan diadakan.

"Rumah aja enggak punya (mau) bayar perpisahan gimana speak up-nya. Harusnya saya kritik ya harusnya speak up-nya begini, kritik gubernur karena gubernur membebani rakyat sekolah harus bayar iuran kritik gubernur karena membiarkan orang tua membiarkan orang tua dibebani untuk pembayaran sekolah kritik gubernur karena membiarkan banjir," jelas Demul.

Remaja itu kemudian menjelaskan dirinya bukan bermaksud mengkritik melainkan menyampaikan aspirasi lantaran merasa tidak adil lantaran adiknya tidak bisa merasakan perpisahan atau wisuda.

"Bukan mengkritik Pak lebih tepatnya itu menurut saya itu kayak gitu tuh perlakuannya enggak adil," ujar remaja itu.

Kemudian, Dedi mempersilakan jika siswa ingin mengadakan wisuda atau perpisahan tetapi harus diselenggarakan secara mandiri dan tidak melibatkan sekolah.

Sebab, kata Dedi, pelibatan pihak sekolah rentan dirundung karena menyelenggarakan wisuda atau perpisahan lantaran dianggap mencari untung.

Ia juga menegaskan siswa harus bertanggung jawab dengan segala konsekuensi yang berpotensi terjadi jika menyelenggarakan wisuda/perpisahan mandiri.

"Kamu aja bikin, saya menjadi ketua panitia bikin acara perpisahan enggak akan ngelibatin sekolah, saya bikin acara sendiri, kalau besok busnya tebalik tanggung jawab sendiri," ujar Dedi.

"Kalau besok pada acara perpisahan orang mabuk-mabukan tanggung jawab sendiri, kalau besok perpisahan ada tawuran tanggung jawab sendiri tidak bawa institusi karena bagi saya di Jawa Barat biaya pendidikan harus murah tidak boleh ada beban bagi orang tua," sambungnya.

(fra/mab/fra)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research