8000hoki.com Demo server Slots Maxwin Vietnam Terkini Gampang Lancar Menang Online
hokikilat.com List Situs website Slot Gacor Cambodia Terbaru Pasti Lancar Menang Full Online
1000 hoki Data Demo situs Slot Maxwin Philippines Terbaik Gampang Jackpot Banyak
5000 hoki Platform website Slots Gacor Indonesia Terpercaya Mudah Menang Terus
7000 Hoki Online List Login web Slots Maxwin Indonesia Terkini Sering Lancar Jackpot Full Terus
9000 hoki Data Situs server Slot Maxwin Singapore Terpercaya Pasti Lancar Menang Full Non Stop
Situs situs Slot Maxwin Myanmar Terkini Mudah Lancar Scatter Full Non Stop
Idagent138 Akun Slot Game Terpercaya
Luckygaming138 login Slot Game
Adugaming login Akun Slot
kiss69 Akun Slot Terpercaya
Agent188 Id Slot Online
Moto128 Daftar Akun Slot Anti Rungkad Terpercaya
Betplay138 Slot Anti Rungkad Online
Letsbet77 Daftar Slot Maxwin Terpercaya
Portbet88 Akun Slot Anti Rungkad
Jfgaming168 Slot Gacor Terpercaya
Mg138 Akun Slot Anti Rungkat Terpercaya
Adagaming168 Akun Slot Gacor
Kingbet189 Slot Gacor Terpercaya
Summer138 Slot
Evorabid77 Id Slot Gacor Online
Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2024 menjadi masa yang penuh tantangan bagi banyak generasi Z. Mereka yang baru lulus perguruan tinggi menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan, sementara yang sudah bekerja pun banyak yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Sebuah laporan baru-baru ini dari Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, mengungkapkan data tentang pekerja Gen Z. Berdasarkan survei mereka, sekitar enam dari 10 perusahaan mengaku telah memecat lulusan baru yang direkrut tahun ini.
Sejumlah alasan disebutkan dalam laporan tersebut, di antaranya adalah kurangnya motivasi, minimnya profesionalisme, hingga keterampilan komunikasi yang buruk. Kepala Penasihat Pendidikan dan Pengembangan Karier di Intelligent, Huy Nguyen menilai, fresh graduate sering kesulitan beradaptasi di dunia kerja karena lingkungannya sangat berbeda dengan dunia pendidikan.
"Banyak yang belum siap menghadapi suasana kerja yang kurang terstruktur, dinamika budaya perusahaan, hingga ekspektasi untuk bekerja secara mandiri," ujar Huy Nguyen dikutip dari Euronews, Kamis (10/4/2025).
Laporan lain yang dirilis pada April juga menunjukkan, banyak Gen Z masih bergantung pada dukungan orang tua saat mencari kerja. Survei dari ResumeTemplates mencatat 70 persen responden mengaku meminta bantuan orang tua dalam proses pencarian kerja.
Bahkan, 25 persen di antaranya membawa orang tua saat wawancara kerja, dan sebagian lainnya meminta orang tua membantu mengirimkan lamaran atau menulis resume.
Ini alasan utama perusahaan memecat karyawan Gen Z:
- Kurangnya motivasi atau inisiatif (50 persen)
- Kurangnya profesionalisme (46 persen)
- Keterampilan organisasi yang buruk (42 persen)
- Keterampilan komunikasi yang lemah (39 persen)
- Kesulitan menerima masukan (38 persen)
- Kurangnya pengalaman kerja yang relevan (38 persen)
- Keterampilan pemecahan masalah yang rendah (34 persen)
- Keterampilan teknis yang tidak memadai (31 persen)
- Ketidakcocokan budaya kerja (31 persen)
- Kesulitan bekerja dalam tim (30 persen)
Cerita Gen Z yang Kena PHK
Gebsy (nama samaran), seorang Gen Z berusia 25 tahun asal Jakarta, adalah salah satu dari mereka yang terkena PHK. Ia mengatakan, perusahaan memutuskan kontraknya karena dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, meski ia merasa sudah memberikan performa terbaik.
Menurut Gebsy, perbedaan generasi antara dirinya dengan atasan yang berasal dari generasi Baby Boomers dan Milenial, membuat misi kerja menjadi tidak sejalan. Selama tiga bulan bekerja di sebuah perusahaan teknologi, ia mengaku kerap diremehkan.
"Mereka kolot. Selera desainnya kuno, kurang menghargai kreativitas saya sebagai Gen Z, dan work-life balance juga kurang diperhatikan," kata Gebsy kepada CNBC Indonesia.
Selain itu, masalah gaji menjadi faktor lain yang menggerus motivasinya. Ia pernah mendapat cibiran dari atasan ketika mengajukan kenaikan gaji, padahal upah yang diterimanya jauh di bawah Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta yang saat ini sebesar Rp3,7 juta.
Sebagai lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) dari salah satu universitas di Tangerang, Gebsy merasa wajar meminta gaji yang lebih layak, apalagi profesi desainer grafis menuntut keterampilan khusus. Ia juga mengeluhkan beban kerja tambahan di luar tugas utama dan kerap dihubungi pada akhir pekan.
(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Kulit Breakout, Lawyer Ini Banting Stir Jadi Pengusaha Skincare
Next Article Survei Terbaru: 70% Gen Z Pakai Bantuan Orang Tua Buat Lamar Kerja