Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas Manufaktur negara-negara ASEAN masih mengalami kontraksi.
Menurut rilis Data Purchasing Managers' Index (PMI) oleh S&P Global untuk periode Juni 2025, hasilnya PMI Manufaktur ASEAN berada di zona kontraksi 48,6. Hasil Juni ini menjadi yang terburuk sejak Agustus 2021.
"Sektor manufaktur ASEAN turun ke posisi terendah dalam 46 bulan. Produksi terus mengalami kontraksi, dengan turunnya pesanan baru, aktivitas pembelian serta ketenagakerjaan yang menurun tajam," tutur Maryam Baluch, Ekonom S&p Global Market Intelligence.
Berdasarkan pantauan CNBC Indonesia Research, diantara negara-negara di ASEAN, hanya Thailand dan Filipina yang mencatatkan PMI Manufaktur nya ekspansif dengan besaran masing masing 51,7 dan 50,7.
Selebihnya, seperti Malaysia, Myanmar, dan Vietnam PMI Manufaktur nya masih berada di zona kontraksi dengan besaran masing-masing 49,3, 49, dan 48,9.
Sementara itu, S&P Global belum merilis data PMI Manufaktur Singapura untuk Juni 2025.
Sama halnya dengan Malaysia, Myanmar, dan Vietnam, PMI Manufaktur Indonesia juga mengalami kontraksi yakni 46,9. Hal ini membuat PMI Manufaktur Indonesia selama tiga bulan beruntun berada di zona kontraksi yakni 46,7 (April), 47,4 (Mei) dan 46,9 (Juni).
Turunnya jumlah pesanan baru serta penurunan permintaan terhadap barang-barang Indonesia yang semakin cepat, menjadi faktor turunnya aktivitas manufaktur Indonesia.
Data juga menunjukkan bahwa penurunan penjualan terutama bersumber dari pemintaan dalam negeri. Sebaliknya, bisnis eksport tidak mengalami perubahan setelah dua bulan beruntun mengalami kontraksi. Output pabrik di Indonesia pun ikut melemah.
Lemahnya penjualan dan produksi ini juga mendorong perusahaan untuk mengurangi kapasitas, dengan tingkat ketenagakerjaan menurun untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terkahir dan pada laju tercepat sejak Agustus 2021.
Menurut Usaham Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence, kontraksi pada sektor manufaktur Indonesia semakin cepat pada pertengahan tahun 2025, yang menjadi pertanda buruk untuk beberapa bulan mendatang.
"Ke depannya, optimisme perusahaan terhadap prospek output cenderung menurun, dengan tingkat kepercayaan jatuh ke level terendah dalam delapan bulan terakhir serta melemahnya tingkat keyakinan ini terjadi di tengah kekhawatiran terhadap kondisi perekonomian global dan potensi dampak terhadap sektor manufaktur indonesia," tutur Usamah Bhatti, Ekonom di S&P Global Market Intelligence, dalam situs resmi mereka.
Indonesia Terburuk di ASEAN?
Bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia terlihat memiliki angka PMI Manufaktur terendah.
Kontraksi PMI Manufaktur Indonesia makin dalam dibandingkan bulan Mei 2025, di saat negara-negara ASEAN lainnya justru mencatatkan perbaikan.
Malaysia pada bulan Juni mengalami perbaikan dari 48,8 menjadi 49,3. Sementara itu, Myanmar juga mengalami hal yang sama naik dari 47,6 menjadi 49.
Berbeda halnya dengan Thailand dan Filipina, dua negara tetangga ini mencatatkan ekspansi sekaligus ada pertumbuhan.
Thailand mengalami pertumbuhan PMI Manufaktur dari 51,2 ke 51,7 di Juni 2025. serta Filipina yang tumbuh dari 50,1 menjadi 50,7.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)