Harga Emas Terbang 1% Tetapi Malah Bikin Deg-Degan

11 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas  melesat usai jatuhnya dolar Amerika Serikat (AS) hingga timbulnya kekhawatiran perang dagang yang makin berkecamuk usai Presiden AS Donald Trump kembali mengancam menaikkan tarif dagang kepada Kanada.

Kendati naik, investor dan pemilik emas masih dibuat deg-degan dengan pergerakan harga emas pekan ini. Pasalnya, banyak data ekonomi AS yang akan keluar pekan ini mulai dari inflasi hingga indeks harga produsen.

Pada perdagangan  Selasa (11/3/2025), harga emas dunia di pasar spot menguat 0,92% di level US$2.915,82 per troy ons. Penutupan tersebut berhasil mendorong emas kembali level psikologis US$2.900 per troy ons.

Penutupan kemarin menghapus catatan buruk emas yang ambruk 0,73% pada perdagangan Senin kemarin. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang tertinggi dalam empat hari terakhir.

Pada perdagangan hari ini Rabu (12/3/2025) hingga pukul 06.27 WIB, harga emas dunia di pasar spot nyaris tak bergerak dengan menguat sangat tipis 0,002% ke US$ 2.916,09 per troy ons.

Harga emas naik nyaris 1% pada hari Selasa di tengah melemahnya dolar dan kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat perang tarif, sementara investor menanti data inflasi yang dapat menjelaskan arah suku bunga AS di masa mendatang.

Pada perdagangan Selasa (11/3/2025) Indeks dolar AS telah mencapai level terendah di 103,42 sejak pertengahan Oktober. Dolar yang melemah membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar AS lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

"Emas kemungkinan akan tetap didukung di tengah ketidakpastian pasar yang sedang berlangsung, sehingga meningkatkan permintaan untuk aset safe haven. Namun, setiap perkembangan positif dalam negosiasi Rusia-Ukraina dapat mengurangi premi risiko," ujar Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse by OANDA, kepada Reuters.

Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap mitra dagang utama telah menyebabkan volatilitas yang signifikan di pasar global dan meningkatkan kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi.

Presiden  Trump pada hari Selasa (11/3/2025), meningkatkan perang dagang yang sedang berkembang dengan Kanada, berjanji untuk menggandakan tarif yang akan berlaku dalam beberapa jam pada semua produk baja dan aluminium impor dari tetangga utara Amerika menjadi 50%, meskipun ia kemudian mengatakan ia kemungkinan akan menurunkannya setelah pejabat Kanada setuju untuk berunding.

Serangan terbaru Trump, yang membuat pasar keuangan terguncang dan memicu kembali ketakutan akan inflasi, menyusul pengumuman Perdana Menteri Ontario Doug Ford bahwa ia akan mengenakan biaya tambahan sebesar 25% pada listrik yang dipasok oleh provinsi terpadat di Kanada itu ke lebih dari satu juta rumah di AS kecuali Trump mencabut semua ancaman tarifnya terhadap ekspor Kanada ke AS.

Emas batangan dianggap sebagai nilai lindung terhadap ketidakpastian dan cenderung berkembang pesat dalam lingkungan bunga rendah karena merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Selain itu, perhatian pasar akan tertuju pada Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan diumumkan pada hari ini, Rabu (12/3/2025) dan Indeks Harga Produsen (PPI) hari Kamis. 

Hari ini Rabu (12/3/2025),AS akan mengumumkan data inflasi periode Februari 2025. Sebelumnya, tingkat inflasi tahunan di AS naik tipis menjadi 3% pada Januari 2025, dibandingkan dengan 2,9% pada Desember 2024, dan di atas perkiraan pasar sebesar 2,9%, yang menunjukkan kemajuan yang terhenti dalam mengekang inflasi.

Secara bulanan, inflasi AS naik sebesar 0,5%, di atas 0,4% pada bulan sebelumnya dan ekspektasi akan melambat menjadi 0,3%.

Jika inflasi lebih tinggi atau kembali menanjak maka bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan menahan pemangkasan suku bunga, demikian juga sebaliknya.

Kebijakan The Fed yang akan menahan suku bunga berdampak negatif ke emas karena bisa kembali mengerek dolar AS.

"Harga emas sudah diperdagangkan pada level yang sangat tinggi karena kenaikan tajam sejak awal tahun, yang membatasi potensi kenaikan," menurut catatan Commerzbank kepada Reuters.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research