Manulife: Pasar Obligasi Masih Punya Ruang Menguat di Tengah Tren Penurunan 2025

3 hours ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Director & Chief Investment Officer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Ezra Nazula menilai masih ada potensi penguatan di pasar obligasi, meskipun telah mengalami penurunan signifikan sepanjang 2025. Alasannya, salah satunya karena optimisme terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar dengan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dan The Fed.

“Kami melihat pasar obligasi masih memiliki potensi penguatan. Dengan kata lain, walaupun sudah mengalami penurunan signifikan sepanjang tahun ini, imbal hasil SBN 10 tahun masih berpotensi turun,” ujar Ezra dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (22/10/2025).

Ezra menjelaskan beberapa faktor pemicu penguatan pasar obligasi. Pertama, pemotongan suku bunga oleh BI masih berpotensi dilakukan pada kuartal IV 2025, sejalan dengan ekspektasi penurunan suku bunga bank sentral AS, The Fed.

Kedua, masih tingginya likuiditas perbankan yang dikombinasikan dengan penyerapan likuiditas BI yang rendah — antara lain imbal hasil dan jumlah penerbitan SRBI yang semakin turun, serta fasilitas deposito di BI yang rendah — serta pasokan obligasi di pasar yang terjaga.

Ketiga, inflasi yang tetap terjaga membuat imbal hasil riil SBN 10 tahun secara relatif tetap menarik.

Keempat, ia menjelaskan spread antara imbal hasil tenor pendek lima tahun dengan tenor menengah 10 tahun juga masih cukup melebar apabila dibandingkan dengan rata-rata spread satu tahun terakhir.

“Sehingga, kami melihat masih ada potensi spread akan menyempit dengan kurva bullish flatten,” ujar Ezra.

Terkait The Fed, ia memproyeksikan pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) akan tetap data-dependent, yakni bergantung pada perkembangan data inflasi dan data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, untuk BI, ia memproyeksikan masih ada ruang satu kali lagi pemangkasan BI Rate sampai akhir 2025.

Menurutnya, pemangkasan BI Rate sepanjang tahun ini dilakukan untuk mendorong pertumbuhan, seiring dengan transmisi kebijakan ke penurunan suku bunga deposito dan kredit yang belum maksimal karena terhambat oleh likuiditas pasar yang masih ketat.

“Pertimbangan itulah yang membuat BI merasa pemangkasan lanjutan masih dibutuhkan,” ujar Ezra.

sumber : ANTARA

Read Entire Article
Lifestyle | Syari | Usaha | Finance Research